Menteri Siti Nurbaya Minta Hujan Buatan Lebih Awal, Ini Alasannya

Reporter

Antara

Sabtu, 21 Januari 2023 11:39 WIB

Penerbangan saat operasi modifikasi cuaca menurunkan hujan untuk mencegah kebakaran hutan di wilayah Riau, Minggu 25 Mei 2020, atau hari kedua Lebaran. (BBTMC)

TEMPO.CO, Jakarta - Tim teknologi modifikasi cuaca atau biasa dikenal juga dengan teknologi hujan buatan akan segera terbang lagi. Kali ini misinya bukan mencegah hujan ekstrem dan banjir, tapi sebaliknya menurunkan hujan mencegah bencana asap kebakaran hutan dan lahan.

Permintaan misi itu datang dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya. Dia mengikuti prediksi cuaca oleh BMKG yang menyatakan wilayah Riau, sebagian Jambi dan sebagian Sumatera sudah akan memasuki musim kemarau Februari.

Pada saat yang sama sebagian besar wilayah Indonesia sebenarnya masih dalam periode puncak musim hujan. BMKG juga memprediksi penurunan curah hujan baru semakin nyata per April dan Mei di mana curah hujan sudah ada yang mendekati di bawah 150 milimeter, bahkan 50 mm, per bulan.

Tapi, Menteri Siti memutuskan operasi hujan buatan diharapnya sudah dimulai akhir Februari atau tengah Maret. "Karena biasanya Pak Presiden akan pesan jangan sampai Lebaran ada asap," katanya dalam konferensi pers penanganan kebakaran hutan dan lahan di kantornya, Jumat 20 Januari 2023.

Berdasarkan data kementeriannya, Siti menerangkan, kebakaran hutan dan lahan memang sudah terjadi. Dia menunjuk ada 66 titik kebakaran hutan dengan luas 459 hektare yang terjadi pada 11 provinsi di Indonesia terhitung sejak 1 sampai 19 Januari 2023.

Advertising
Advertising

Sebagai gambaran, sepanjang 2022, luas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia didata Kementerian LHK mencapai luasan 204.000 hektare. Jumlah itu menurun dari 2021 yang seluas 358.000 hektare. Dan, hujan buatan melalui modifikasi cuaca dianggap efektif dalam penanganannya.

Pesawat tempur F-16 dari Skadron Udara 16/Rydder Lanud Roesmin Pekanbaru, terbang di atas lahan yang terbakar di Koto Tuo, Kampar, Riau, Rabu, 21 Juli 2021. Skadron Udara 16/Rydder menemukan lokasi kebakaran hutan dan lahan saat melakukan sesi latihan rutin. ANTARA/Skadron Udara 16/Rydder Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru/Lettu Pnb Tommy Yulianto

Sebelumnya, BMKG menyatakan bencana kebakaran hutan bakal meningkat pada tahun ini. Penyebabnya, fenomena La Nina yang semakin lemah dan masuk netral. Seperti diketahui, gangguan La Nina telah berperan meredam kebakaran hutan dan lahan di Tanah Air sepanjang tiga tahun terakhir--seperti halnya telah menyebabkan banjir di banyak wilayah.

Baca juga: Menteri Siti Nurbaya dan Presiden Jokowi Dipuji karena Deforestasi Berkurang, Kenapa Walhi tak Terpukau?

Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, kondisi netral itu hampir berimpit dengan El Nino lemah. Dimulai dari April, penurunan curah hujan akan terus terjadi dan semakin luas sampai Juni-Juli.

Daerah yang mengalami zona kering terutama di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, serta Kalimantan. "Potensi kebakaran hutan dan lahan akan kita antisipasi sebaiknya mulai April," ujar dia.


Berita terkait

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

3 jam lalu

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

Menurut Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, fenomena hawa panas memiliki karakteristik yang berbeda dan tak memenuhi kriteria sebagai gelombang panas.

Baca Selengkapnya

BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

6 jam lalu

BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

Fenomena gelombang panas (heatwave) seperti yang baru saja membekap wilayah luas di daratan Asia terjadi karena terperangkapnya udara panas

Baca Selengkapnya

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

6 jam lalu

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada.

Baca Selengkapnya

Peringatan Dini BMKG: Sejumlah Provinsi Berpotensi Hujan Lebat Disertai Petir

13 jam lalu

Peringatan Dini BMKG: Sejumlah Provinsi Berpotensi Hujan Lebat Disertai Petir

Potensi hujan signifikan terjadi karena kontribusi dari aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial.

Baca Selengkapnya

Di Daratan Asia Gelombang Panas, BMKG: Indonesia Suhu Panas Biasa

21 jam lalu

Di Daratan Asia Gelombang Panas, BMKG: Indonesia Suhu Panas Biasa

Suhu panas muncul belakangan ini di Indonesia, setelah sejumlah besar wilayah daratan benua Asia dilanda gelombang panas (heat wave) ekstrem.

Baca Selengkapnya

3 Tips agar Rumah Terhidar dari Kebakaran saat Musim Kemarau

1 hari lalu

3 Tips agar Rumah Terhidar dari Kebakaran saat Musim Kemarau

Berikut tiga tips yang dapat membantu mengurangi risiko kebakaran rumah dari dampak musim kemarau.

Baca Selengkapnya

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Laut Jawa dan Samudra Hindia

1 hari lalu

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Laut Jawa dan Samudra Hindia

Potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah Indonesia dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran.

Baca Selengkapnya

Dasarian Pertama Mei, Hujan Diprediksi Berkurang di Separuh Wilayah Jawa Barat

1 hari lalu

Dasarian Pertama Mei, Hujan Diprediksi Berkurang di Separuh Wilayah Jawa Barat

Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat memprakirakan 52,1 persen wilayah berkategori hujan rendah.

Baca Selengkapnya

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

1 hari lalu

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

Garut dan sebagian wilayah di Jawa Barat kembali digoyang gempa pada Rabu malam, 1 Mei 2024. Buat Garut ini yang keempat kalinya sejak Sabtu lalu.

Baca Selengkapnya

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

2 hari lalu

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

Gempa bumi M4,2 mengguncang Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. BPBD Kabupaten Bandung mengecek informasi kerusakan akibat gempa.

Baca Selengkapnya