Temuan ini mengungkapkan bahwa lalat buah betina entah bagaimana bisa menentukan pasangan potensialnya sejak pertemuan pertama dan secara biologis bereaksi untuk meningkatkan peluang kesuksesan menghasilkan keturunan. Dalam eksperimen itu, para ilmuwan memasangkan lalat betina dengan lalat jantan dari strain yang sama dan dengan lalat dari strain berbeda.
Mereka juga mencatat perbedaan reproduktif dan perilaku setelah serangga itu kawin. Ketika betina berpasangan dengan lalat jantan dari strain berbeda, kelihatannya mereka bisa mengetahui bahwa pasangannya lebih cocok secara genetis, mungkin karena keturunannya lebih sehat karena bukan hasil kawin sedarah dan menghasilkan lebih banyak telur dan anak.
Tampaknya lalat betina dapat merasakan mana lalat jantan yang memiliki kedekatan hubungan kekerabatan dengan mereka, sebuah faktor yang dapat mengarah pada cacat genetis. Mereka juga memberikan respons yang lebih baik pada lalat jantan yang diperkirakan bisa menghasilkan keturunan lebih sehat. "Anda dapat menyebutnya cinta pada pertemuan pertama," kata Andrew Clark dari Cornell University, Amerika Serikat. "Itu mungkin lebih akurat karena kami tidak tahu pasti tentang pertemuan yang membangkitkan respons tersebut."
Clark menjelaskan kontak antara lalat betina dan lalat jantan bukanlah sekadar pandangan, melainkan lebih ke arah pengenalan bau, suara, atau indra lain yang memberi sinyal pada si betina bahwa pasangan biologisnya ada di sekitar dia. Studi ini dipublikasikan secara detail dalam jurnal GENETICS edisi April 2009.
TJANDRA DEWI | LIVESCIENCE