Fenomena Awan Raksasa di Atas Gunung Merapi, Begini Penjelasannya

Senin, 13 Maret 2023 13:21 WIB

Fenomena awan timur Merapi. Foto : Instagram/dhimasgalihsadati779

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah foto viral di media sosial menunjukkan awan bak cendawan raksasa merekah di langit di timur Gunung Merapi pada Minggu, 12 Maret 2023. Banyak netizen membenarkan dan menyatakan melihat awan tersebut.

Di antara kehebohan yang tercipta kemudian, Didi Satiadi, peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, BRIN, menyebut awan itu biasa saja. Dia mengaitkan pembentukan awan itu dengan abu vulkanik atau aerosol dari awan panas erupsi Gunung Merapi yang sedang terjadi Sabtu-Minggu, 11-12 Maret 2023.

Abu itu, kata Didi, "bisa menjadi inti kondensasi yang meningkatkan potensi pembentukan awan.”

Didi membagikan penjelasan tambahannya pada Senin, 13 Maret 2023. Dia memperlihatkan gambar tangkapan layar yang memperlihatkan sebaran awan dari Satelit Himawari-8 pada Minggu, jam 16.00 WIB, di sekitar wilayah Jawa Tengah. Gambar satelit mengkonfirmasi kumpulan awan di sebelah utara Gunung Merapi.

Citra satelit lebih jelas mengungkap dugaan pertemuan angin relatif kering dari arah selatan dengan angin relatif basah dari arah utara. Pertemuan membentuk garis konvergensi di sebelah utara Gunung Merapi. Inilah yang menciptakan awan-awan tersebut.

Advertising
Advertising

“Dapat dilihat bahwa awan cenderung terbentuk di sebelah utara dari garis tersebut," kata Didi sambil menambahkan, "Karena angin yang basah dari arah utara cenderung tertahan dan terangkat oleh angin yang kering dari selatan." Lokasi Gunung Merapi dekat dengan pertemuan antara angin kering dari selatan dan angin basah dari utara tersebut.

Didi juga menghubungkan dengan posisi semu Matahari saat ini yang mendekati garis khatulistiwa. Wilayah Pulau Jawa dalam waktu dekat umumnya akan memasuki masa peralihan musim atau dikenal sebagai masa pancaroba. Dalam masa pancaroba, angin monsun dari Asia dan Australia cenderung melemah.

Turbulensi dan pemanasan lokal, sebagai gantinya akan lebih dominan. Ini yang disebut Didi dapat mendorong proses konveksi lokal, pertumbuhan awan, dan hujan konvektif. "Juga dapat meningkatkan potensi terjadinya puting beliung."

Beda Awan Panas Merapi dari Awan Biasa

Erupsi Gunung Merapi kembali memuntahkan awan panas yang masif pada Sabtu lalu. Didi, menerangkan, awan panas (pyroclastic flow) yang berasal dari letusan gunung berapi memiliki sifat agak berbeda daripada awan yang selama ini dikenal.

Ia menjelaskan bahwa wedhus gembel merupakan aliran yang sangat cepat dari gas dan materi vulkanik yang sangat panas yang dimuntahkan oleh gunung berapi yang sedang aktif, dan sangat dipengaruhi gravitasi. Sedangkan awan biasa adalah butir-butir air atau es yang terjadi karena udara yang lembap terangkat ke atas dan mengalami penurunan suhu.

Kembali ke pemandangan awan unik pada Minggu sore, Didi menuturkan,"Abu vulkanik atau aerosol yang berasal dari gunung berapi dapat berperan sebagai inti kondensasi yang dapat meningkatkan potensi terbentuknya awan biasa."


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Rentetan Erupsi Gunung Semeru Hari Ini: Kolom Abu Sampai 800 Meter, Awan Panas 3 Kilometer

8 jam lalu

Rentetan Erupsi Gunung Semeru Hari Ini: Kolom Abu Sampai 800 Meter, Awan Panas 3 Kilometer

Gunung Semeru dilaporkan erupsi sepanjang Sabtu, 18 Mei 2024. Status masih Siaga.

Baca Selengkapnya

Revisi UU Polri, Peneliti BRIN Soroti Potensi Kecemburuan di Internal Polisi

1 hari lalu

Revisi UU Polri, Peneliti BRIN Soroti Potensi Kecemburuan di Internal Polisi

Peneliti BRIN Sarah Nuraini Siregar menanggapi potensi kecemburuan di internal polisi akibat revisi UU Polri yang dapat memperpanjang masa jabatan aparat penegak hukum tersebut.

Baca Selengkapnya

Revisi UU Polri Perpanjang Usia Pensiun Polisi, Ini Kata Peneliti BRIN

1 hari lalu

Revisi UU Polri Perpanjang Usia Pensiun Polisi, Ini Kata Peneliti BRIN

Peneliti BRIN menanggapi mengenai revisi UU Polri yang bisa memperpanjang jabatan polisi.

Baca Selengkapnya

Perangkat Portabel Buatan BRIN Ini Bisa Deteksi Penyakit Tanaman Teh

2 hari lalu

Perangkat Portabel Buatan BRIN Ini Bisa Deteksi Penyakit Tanaman Teh

Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber BRIN mengembangkan alat deteksi dini penyakit tanaman teh berbasis pembelajaran mesin.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

3 hari lalu

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

Riset ini berpeluang untuk membuat pemetaan sensor yang bisa mendeteksi kecemasan dan tingkat stres pada pegawai.

Baca Selengkapnya

Gunung Ibu Meletus Lagi, Semburan Abu Kelabu Menyundul Ketinggian 5.000 Meter

3 hari lalu

Gunung Ibu Meletus Lagi, Semburan Abu Kelabu Menyundul Ketinggian 5.000 Meter

Gunung Ibu di Maluku Utara kembali erupsi siang ini, pukul 13.54 WIT dengan muntahan kolom abu teramati setinggi 5.000 meter di atas puncak kawah.

Baca Selengkapnya

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

4 hari lalu

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

Tim peneliti di Pusat Studi HAM Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin mengkaji proses Ibu Kota Negara (IKN): sama saja dengan PSN lainnya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Sebut Awan Lindungi Indonesia dari Gelombang Panas, Bagaimana Mekanismenya?

4 hari lalu

Peneliti BRIN Sebut Awan Lindungi Indonesia dari Gelombang Panas, Bagaimana Mekanismenya?

Indonesia relatif terlindungi dari heatwave mayoritas areanya adalah laut dan terdiri dari banyak pulau. Awan juga mengurangi dampak paparan surya.

Baca Selengkapnya

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

5 hari lalu

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

Ilmuwan NOAA mendeteksi badai geomagnetik terbaru yang terjadi pada 11 Maret 2024 dan dampaknya diperkirakan berlanjut hingga Mei ini.

Baca Selengkapnya

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

5 hari lalu

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

Demam berdarah dengue (DBD) menjadi masalah bagi negara-negara tropis di dunia. Acapkali dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.

Baca Selengkapnya