Sisa Siklon Tropis Herman Tumbuh Kembali di Jatim, Berdampak Hujan Deras

Rabu, 5 April 2023 22:27 WIB

Ilustrasi Siklon Tropis. bmkg.go.id

TEMPO.CO, Jakarta - Siklon tropis Herman dua hari lalu telah meluruh sepenuhnya. Namun, menurut peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer di Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, sisa-sisa awan peluruhan siklon tropis Herman kini mengalami pertumbuhan kembali di selatan Jawa Timur per Rabu, 5 April 2023.

“Efek langsung dari penguatan kembali siklon Herman, yaitu berupa hujan deras dan angin kencang yang terjadi di Jawa Timur,” ujarnya, Rabu.

Berdasarkan pantauan terhadap data awan tumbuh dan angin dari SADEWA (Satellite-based Disaster Early Warning System) yang dikembangkan BRIN, sisa-sisa awan peluruhan siklon ini telah mengalami proses konvergensi atau pemusatan. Kemudian tumbuh menjadi sistem kluster awan meluas atau skala meso yang disebut juga dengan Mesoscale Convective System (MCS) sejak pukul 12.00 WIB.

Menurut Erma, pola awan konvektif yang terus terbentuk hingga sore, menandakan kluster sistem awan badai tersebut terus berlanjut dengan pola yang sama selama lebih dari empat jam. Pada tahap ini, sistem kluster awan yang meluas berpotensi terus berlanjut menjadi depresi tropis. “Lalu berubah menjadi badai tropis yang disebut juga dengan genesis siklon tropis atau bibit siklon tropis,” ujarnya.

Penguatan kembali siklon Herman yang pernah mencapai kekuatan level 5 dan digolongkan sebagai super-siklon ini, mendapat dukungan penuh dari kelembapan yang berlimpah di wilayah Indonesia bagian timur karena efek dari pembentukan dua vorteks di Laut banda. Dua vorteks atau pusaran angin di laut Banda ini, kata Erma, sebenarnya tumbuh bersama dengan vorteks di Samudra Hindia yang menjadi cikal bakal siklon tropis Herman.

Advertising
Advertising

Vorteks Laut Banda ini sempat meluruh sepenuhnya dan mentransfer peluruhannya itu untuk menyuplai energi bagi pertumbuhan pesat siklon Herman. Seiring dengan waktu, vorteks Laut Banda kemudian tumbuh kembali bersamaan dengan meluruhnya siklon Herman.

“Kini dua vorteks di Indonesia timur kembali berperan memperkuat peluruhan siklon Herman sehingga berpotensi terus meningkat dan berubah menjadi bibit siklon,” ujarnya.

Vorteks Laut Banda berdampak langsung bagi peningkatan hujan dan angin kencang untuk wilayah di bagian timur seperti Papua, Halmahera, Maluku, Ambon, Kupang (Nusa Tenggara Timur). Sementara efek langsung dari penguatan kembali siklon Herman, yaitu berupa hujan deras dan angin kencang yang terjadi di Jawa Timur.

Efek tak langsung dari eksistensi siklon tropis Herman dan dua vorteks, menurut Erma, memicu kondisi kaos pada cuaca yang terjadi di wilayah Indonesia selama periode dua hingga lima hari mendatang. Kondisi itu dapat diketahui melalui peningkatan signifikan hujan yang terjadi secara acak di berbagai wilayah.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

1 jam lalu

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

Pemugaran situs Candi Parit Duku di Jambi mengungkap lima lapisan tanah purba atau lapisan budaya dalam istilah arkeologi.

Baca Selengkapnya

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

1 hari lalu

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

Alat dan perangkat lunak meteran air bersistem token yang dikembangkan Telkom University direncanakan masuk ke pasaran.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Bencana Geologi, BRIN Teliti Sebaran Sesar Pemicu Gempa

1 hari lalu

Antisipasi Bencana Geologi, BRIN Teliti Sebaran Sesar Pemicu Gempa

Tim BRIN meneliti sejumlah kondisi geologi yang bisa memicu gempa bumi di Indonesia. Salah satunya soal Sesar Lembang dan sesar lain di sekitarnya.

Baca Selengkapnya

Terdapat 24.000 Sampah Antariksa, Ini Studi BRIN soal Potensi Jatuhnya ke Wilayah Indonesia

1 hari lalu

Terdapat 24.000 Sampah Antariksa, Ini Studi BRIN soal Potensi Jatuhnya ke Wilayah Indonesia

Sampah antariksa saat ini sekitar 24.000. Peneliti BRIN melakukan studi soal potensi jatuhnya ke wilayah Indonesia.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

2 hari lalu

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

Deklarasi Ganjar menjadi oposisi di pemerintahan Prabowo bisa jadi merupakan penegasan arah politik PDIP.

Baca Selengkapnya

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

2 hari lalu

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

Tim peneliti di Telkom University mengembangkan sistem perangkat lunak dan alat pencatat meteran air bagi kalangan pelanggan perusahaan air minum.

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

3 hari lalu

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

4 hari lalu

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

Bukan heatwave yang mengancam wilayah Indonesia. Simak hasil kajian tim peneliti BRIN berikut.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

4 hari lalu

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

Peneliti BRIN Rien Ritawidya mengembangkan studi Lutesium-177-PSMA untuk obat nuklir kanker prostat

Baca Selengkapnya

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

4 hari lalu

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

BRIN mengembangkan konstelasi satelit untuk observasi bumi. Satelit NEO-1 kini memasuki tahap penyelesaian akhir.

Baca Selengkapnya