Rencana Demo dari Dokter sampai Apoteker, Kemenkes Ingatkan Sumpah Profesi

Minggu, 7 Mei 2023 12:49 WIB

Ilustrasi dokter. Newsworks.org

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan menanggapi seruan aksi damai menolak pembahasan RUU Kesehatan dari lima organisasi profesi: dokter, dokter gigi, perawat, bidan dan apoteker. Seruan berisi ajakan turun ke jalan pada Senin, 8 Mei 2023, dan bahkan aksi mogok massal 17-20 Mei 2023.

Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril, kegiatan mengungkapkan pendapat merupakan hal yang biasa. Namun demonstrasi dan rencana pemogokan massal dikhawatirkannya akan mengorbankan kepentingan masyarakat yang lebih luas, yakni melayani para pasien.

Syahril mengingatkan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil serta ketentuan lain yang berlaku pada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan. Karenanya, kepada para dokter dan tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit dan unit layanan Kementerian Kesehatan, dimintanya untuk tidak meninggalkan tugas memberikan pelayanan pada jam kerja tanpa menyertakan alasan yang sah dan izin dari pimpinan satuan kerja.

"Marilah teman sejawat mengingat sumpah kita: Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan, dan Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien,” katanya lewat keterangan tertulis, Minggu 7 Mei 2023.

Unjuk rasa lima organisasi profesi dimaksud yaitu Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). Dalam pernyataannya di Surabaya, Ketua IDI Jawa Timur, Sutrisno, mewakili lima organisasi profesi tenaga kesehatan itu, mengatakan bahwa penghentian layanan masyarakat pada prinsipnya tidak akan terjadi.

Advertising
Advertising

Dia meminta masyarakat tidak perlu khawatir. "Masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan tetap menjadi prioritas. Semua pelayanan tetap berjalan seperti biasa," ucapnya pada Jumat lalu dalam dialog dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengenai seruan unjuk rasa dari dokter sampai apoteker tersebut.

Terpisah, Ketua Umum Pengurus Besar IDI, M. Adib Khumaidi, menyebutkan aksi damai bentuk keprihatinan para organisasi profesi kesehatan melihat proses pembuatan regulasi yang dianggap terburu-buru. Prosesnya disebut tidak memperhatikan masukan dari organisasi profesi yang notebene merupakan pekerja lapangan.

Unjuk rasa ingin mengingatkan pemerintah bahwa masih ada banyak permasalahan kesehatan di lapangan yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daripada terus membuat UU baru. Adib menyampaikan itu sembari menjamin akses pelayanan kesehatan untuk masyarakat tetap terlayani dengan baik meski dia menyinggung juga soal hak untuk cuti layanan.

ANTARA

Pilihan Editor: Covid-19 Tak Lagi Darurat Kesehatan Global, Ini Arti dan Konsekuensinya


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

17 jam lalu

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

Presiden Jokowi menyoroti urgensi peningkatan jumlah dokter spesialis di Indonesia. Apa pesan untuk pemimpin baru?

Baca Selengkapnya

Cerita Prestasi Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Raih Nilai Tes Nasional Tertinggi 2023

18 jam lalu

Cerita Prestasi Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Raih Nilai Tes Nasional Tertinggi 2023

Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Jember diharapkan tetap profesional dalam bekerja di masyarakat nanti.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

1 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

4 hari lalu

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

Seorang dokter bedah Palestina terkemuka dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza meninggal di penjara Israel setelah lebih dari empat bulan ditahan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

5 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

8 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

10 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

14 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

14 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

20 hari lalu

Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

Sekretaris Nasional Perempuan Mahardhika, Tyas Widuri, menilai penahanan Anandira Puspita dan bayinya berpotensi mereviktimisasi korban dugaan perselingkuhan suaminya.

Baca Selengkapnya