TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan kalau Covid-19 bukan lagi darurat kesehatan global. WHO menurunkan level ancaman dari penyakit infeksi virus corona SARS-CoV-2 itu pada 5 Mei 2023 setelah tiga tahun menetapkan status kewaspadaan yang tertinggi tersebut.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan pandemi Covid-19 sudah mengalami 'tren menurun' selama lebih dari setahun dengan kekebalan komunitas meningkat, baik secara alami maupun berkat vaksinasi. Tingkat kematian pun berkurang dan tekanan pada layanan kesehatan mengendur.
"Tren ini telah memungkinkan sebagian besar negara kembali ke kehidupan seperti sebelum ada Covid-19," katanya.
Tedros mengungkap kalau keputusannya ini mengikuti hasil rapat ke-15 dari Komite Kedaruratan yang digelar sehari sebelumnya. Komite merekomendasikan agar dirinya mendeklarasikan pengakhiran periode public health emergency of international concern [PHEIC]. "Saya terima nasihat itu," katanya.
Covid-19 dideklarasikan sebagai sebuah PHEIC pada 30 Januari 2020, setelah wabahnya yang mulai merebak di Cina pada Desember 2019 ditemukan telah menyebar ke 18 negara lain di dunia. PHEIC adalah alarm tertinggi WHO menghadapi ancaman terhadap kesehatan publik global, yang kejadiannya berarti sudah sangat tidak biasa, mengancam kesehatan masyarakat dunia, dan membutuhkan respons internasional yang terkoordinasi.
Mengakhiri status kedaruratan itu menjadi sebuah langkah simbolik besar menuju ujung dari pandemi. Ini juga berarti negara-negara tak lagi berkewajiban membagikan data kesehatannya kepada WHO.
WHO menghitung, sejak 2020, Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 765 juta orang di dunia dan membunuh lebih dari 7 juta di antaranya. Beruntung terjadi mutasi virus, dan juga ada distribusi vaksin global, penyakit infeksi virus SARS-CoV-2 kini cenderung tak lagi menyebabkan penyakit yang serius.
Banyak negara bahkan boleh dibilang telah kembali ke normal dalam beberapa bulan belakangan. Ditandai dengan dicabutnya aturan pembatasan jaga jarak (social distancing), kewajiban pakai masker di tempat publik, dan uji sampel swab.
Relawan COVID-19 mengemas baju di Rumah Sakit Darurat COVID (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Jumat 31 Maret 2023. RSDC Wisma Atlet Kemayoran resmi ditutup pada Jumat (31/3/2023), setelah pertama kali merawat pasien Covid-19 pada 23 Maret 2020. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Namun Tedros memperingatkan virus corona 'masih akan terus ada'. WHO menekankan negara-negara di dunia kini perlu transisi ke pengendalian SARS-CoV-2 dalam cara yang sama seperti halnya penyakit infeksi lainnya, seperti flu.
"Dia (virusnya) masih membunuh dan masih terus bermutasi," kata Tedros sambil menambahkan, "Risikonya belum berubah, yakni gelombang kasus baru dan kematiannya lewat kemunculan varian-varian baru dari virus ini"
Tedros memperingatkan hal terburuk dampak dari deklarasi diakhirinya PHEIC Covid-19 adalah negara-negara yang tak lagi waspada, "lalu melucuti kembali sistem surveillance yang telah dibangunnya atau mengirim pesan kepada warganya kalau Covid-19 tak perlu lagi dirisaukan."
Menghadapi kemungkinan itu, Tedros mengatakan, sebuah komite review baru akan dibentuk menggantikan dibubarkannya Komite Kedaruratan WHO. "Tugasnya membangun rekomendasi jangka panjang untuk memberi masukan kepada negara-negara dalam hal pengendalian Covid-19 berdasarkan situasi terbaru yang berkembang."
NEW SCIENTIST
Pilihan Editor: Hari Password Sedunia, 123456 Tak Lagi Kata Sandi Terpopuler
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.