Jelang Hari Malaria Dunia 25 April: Sikat Nyamuk Tua!
Jumat, 24 April 2009 16:44 WIB
"Percuma pakai obat nyamuk," kata Abe, karyawan di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, suatu ketika. "Lebih baik langsung tebas pakai raket (listrik)."
Sebuah hasil studi yang dimuat dalam PloS Biology, 7 April, menyadarkan kita bahwa ketika resistensi berkembang di antara nyamuk-nyamuk muda itu adalah nyamuk tua yang berperan dalam penyebaran malaria. Itu terjadi karena parasit malaria butuh waktu untuk berkembang dalam tubuh nyamuk.
Begitu parasit malaria menginfeksi seekor nyamuk, mereka butuh setidaknya 10-14 hari--atau dua sampai enam kali siklus produksi telur--sebelum matang dan bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk. Dari sanalah mereka bisa berpindah ke dalam darah manusia ketika nyamuk itu hinggap menggigit kita.
"Ini adalah ironi besar dari malaria karena kebanyakan nyamuk tidak hidup cukup lama untuk menularkan penyakit. Semakin berbahaya seekor nyamuk, semakin pendek sisa hidupnya," kata Andrew Read, ketua tim yang melakukan studi itu. "Jadi, yang harus dibunuh sebenarnya adalah 'nyamuk renta' dan biarkan saja mereka yang masih muda,"
Menggunakan sebuah model matematika untuk mengikuti proses evolusi dari resistensi nyamuk terhadap insektisida, Read memprediksi kalau angka gigitan nyamuk malaria bisa berkurang sampai 95 persen dengan hanya menumpas nyamuk yang sudah melewati sedikitnya empat kali siklus produksi telur. Model dibangun berdasarkan data panjang hidup dan siklus pengeraman telur parasit dalam darah manusia dan perkembangan parasit dalam tubuh Anopheles gambiae di Afrika dan Papua Nugini--keduanya hot spot malaria.
Keluaran dari model itu, Read menjelaskan, late-life insecticides (istilah untuk jenis insektisida yang mengincar nyamuk di usianya yang sudah senja) akan mampu mengendalikan malaria dan memecahkan masalah tentang nyamuk-nyamuk yang resisten. Harapan dari teknik baru ini adalah tekanan untuk si nyamuk bisa mengembangkan resistensinya akan jauh lebih sedikit.
"Ini artinya late-life insecticides akan lebih berguna dalam jangka yang jauh lebih panjang--bahkan selamanya--daripada insektisida konvensional," kata profesor biologi dan entomologi yang juga Kepala Pusat Dinamika Penyakit Menular di Pennsylvania State of University itu.
Read menambahkan, serangga biasanya harus membayar ongkos tertentu untuk bisa mengembangkan kemampuan resistensinya terhadap bahan kimia insektisida. "Nah, jika hanya sedikit nyamuk tua yang lolos, ekonomi evolusioner bisa dengan sendirinya menghentikan resistensi itu dan mencegahnya menyebar luas."
Masalahnya sekarang adalah menemukan jenis insektisida yang bisa memenuhi kriteria misi membunuh nyamuk Anopheles (betina) tua sebagai agen penyebar malaria. Satu opsi adalah menggunakan senyawa kimia aktif yang sudah ada, hanya pengencerannya dengan air lebih banyak lagi.
Opsi lain menggunakan jamur sebagai senjata. Matthew Thomas, profesor entomologi di PSU, anggota tim peneliti, mengungkapkan ada jenis jamur yang bisa membunuh nyamuk dalam 10-12 hari. Periode ini dianggap cukup pendek untuk membunuh serangga yang terinfeksi parasit sebelum mereka menjadi berbahaya, namun cukup panjang untuk membiarkan nyamuk berbiak.
Thomas menambahkan, eksperimen menyemprotkan spora jamur (biopestisida) itu ke dinding rumah dan juga kelambu sedang berjalan di Tanzania. Jika infeksi jamur ke tubuh nyamuk benar terjadi dan teori 95 persen di atas terbukti, maka ke depan kita bisa berharap gigitan nyamuk Anopheles cuma bikin gatal.
Asal diketahui saja, setiap tahunnya malaria menyebabkan sejuta orang meninggal. Dalam laporannya, Read menyebut teknik penyemprotan residu kimia dalam rumah (IRS) yang terbukti tidak efektif bertanggung jawab untuk evolusi nyamuk-nyamuk Anopheles yang jadi imun di berbagai wilayah seperti Yunani, Indonesia, Haiti, dan Sudan.
"Insektisida-insektisida yang menyerang secara membabi buta dan tanpa pandang bulu hanya akan memprovokasi seleksi maksimal akan generasi nyamuk yang lebih kebal yang pada gilirannya membuat insektisida itu tak berguna," katanya. Dia menambahkan, "Late-life insecticides bisa menghemat biaya jutaan dolar untuk membasmi malaria secara global."
WURAGIL | PSU | PLOSJOURNALS | ECONOMIST