Cegah Wabah Antraks Berulang, Periset BRIN Akan Kembangkan Vaksin Oral

Jumat, 21 Juli 2023 11:14 WIB

Petugas Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo menyiapkan dosis vitamin dan vaksin antraks untuk sapi ternak warga pada kegiatan Vaksinasi Antraks di desa Karanganyar, Weru, Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa, 11 Juli 2023. ANTARA/Mohammad Ayudha

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Veteriner Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Rahmat Setya Adji mengatakan BRIN akan mengembangkan vaksin oral untuk mencegah penyebaran wabah antraks pada hewan ternak. Vaksinasi hewan dinilai menjadi langkah yang perlu segera dilakukan dalam mengendalikan wabah antraks di wilayah-wilayah endemi.

“Saya baru melakukan identifikasi isolat bakteri antraksnya, kami akan mulai kembangkan tahun depan,” jelas Rahmat saat menjadi narasumber dalam acara Media Lounge Discussion (MeLoDi) di Gedung BJ Habibie, Jakarta, Kamis, 20 Juli 2023.

Menurutnya, vaksin antraks sudah dikembangkan dan diproduksi di Surabaya dan Bogor, hanya saja perlu jenis vaksin oral yang lebih aman, mudah digunakan, murah dan protektif. Jika mudah penggunaannya, diharapkan warga dapat melakukan sendiri, sehingga vaksinasi akan lebih masif. "Vaksinasi terhadap hewan tidak gampang dan tidak mudah seperti vaksinasi manusia," jelasnya.

Ia mengakui untuk mengembangkan vaksin oral juga tidak mudah, meski tahapannya tidak sesulit pengembangan vaksin untuk manusia. Tahapannya, jika identifikasi isolat bakteri hasilnya prospektif, maka selanjutnya dapat melakukan uji laboratorium, uji lapangan terbatas, registrasi, dan bisa langsung diaplikasikan.

Rahmat menyebutkan sejauh ini BRIN turut melakukan penelitian diagnosis dan deteksi wabah antraks, salah satunya yang terjadi akhir-akhir ini di Gunung Kidul, Yogyakarta. Pihaknya melakukan diagnosis dan deteksi dengan uji serologi sebagai upaya mendeteksi penyebaran antraks.

Advertising
Advertising

Sebelumnya, wabah antraks melanda Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tiga warga dilaporkan meninggal akibat memakan daging hewan yang terkena antraks. Rahmat, yang sebelumnya bertugas di Kementerian Pertanian, mengatakan kejadian di wilayah tersebut berulang dari tahun 2019 hingga 2023.

Sekilas Antraks

Antraks adalah penyakit bakterial bersifat menular akut pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. "Bakteri penyebab antraks, apabila terpapar udara, akan membentuk spora yang sangat resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia termasuk desinfektan tertentu dan dapat bertahan selama 150-200 tahun di dalam tanah," jelasnya.

Antraks umumnya menyerang secara cepat pada hewan herbivora, seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya serta dapat menular ke manusia. Antraks yang menyerang hewan kambing, domba, sapi, kerbau, bisa mati secara tiba-tiba tanpa gejala selama 48 jam.

Akibat ketidaktahuan warga tentang kondisi ternak yang mati mendadak, malah langsung menyembelih. Menurut Rahmat, hal ini sangat berbahaya karena begitu disembelih 1 tetes darah hewan mengandung 1 miliar bakteri.

Untuk itu, Rahmat menyarankan jika ada hewan yang mati mendadak harus diwaspadai antraks. Hewan tersebut tidak boleh disentuh atau disembelih. Tempat matinya perlu dilakukan dekontaminasi dengan cara menyiramkan formalin pada area tanah sekira 50 liter per meter persegi, karena bakteri bisa masuk hingga 20 cm. "Penanganan lingkungan ini penting agar antraks tidak muncul kembali," katanya.

Idealnya, lanjut Rahmat, hewan yang mati dibakar sampai habis atau menggunakan mobile incinerator, akan tetapi hal itu butuh biaya besar. Oleh karena itu, hewan tersebut dapat dikubur dengan kedalaman 2 meter, dan lokasi kuburannya disiram pakai formalin, lalu disemen dan ditandai.

"Jika di satu kandang ada hewan yang masih hidup, hewan itu dapat diberi antibiotik yang mengcover 3-4 minggu diisolasi, jika hewan itu tidak mati maka baru divaksinasi," katanya.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Temuan Peneliti MIT Mengklaim AI Telah Mempelajari Cara Menipu Manusia

13 jam lalu

Temuan Peneliti MIT Mengklaim AI Telah Mempelajari Cara Menipu Manusia

Kemampuan sistem AI ini dapat melakukan hal-hal seperti membodohi pemain game online atau melewati captcha.

Baca Selengkapnya

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

15 jam lalu

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

Ilmuwan NOAA mendeteksi badai geomagnetik terbaru yang terjadi pada 23 Maret 2024 dan dampaknya diperkirakan berlanjut hingga Mei ini.

Baca Selengkapnya

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

18 jam lalu

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

Demam berdarah dengue (DBD) menjadi masalah bagi negara-negara tropis di dunia. Acapkali dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.

Baca Selengkapnya

Seberapa Ekstrem Dampak Badai Matahari Pekan Ini? Simak Penjelasan Peneliti Antariksa BRIN

22 jam lalu

Seberapa Ekstrem Dampak Badai Matahari Pekan Ini? Simak Penjelasan Peneliti Antariksa BRIN

Badai matahari memicu paparan elektromagnetik yang mempengaruhi sejumlah alat komunikasi dan navigasi di bumi. Fenomena langka dari siklus surya.

Baca Selengkapnya

Ekspedisi Jalur Sesar Baribis, BPBD Jabar Sosialisasi Bahaya Gempa

1 hari lalu

Ekspedisi Jalur Sesar Baribis, BPBD Jabar Sosialisasi Bahaya Gempa

Ekspedisi Sesar Baribis akan tersebar ke beberapa titik untuk sosialisasi dan upaya mitigasi bahaya gempa.

Baca Selengkapnya

Potensi Gempa Sesar Lembang, Peneliti BRIN Sebut Tingkat Ancaman Besar Karena Dangkal

1 hari lalu

Potensi Gempa Sesar Lembang, Peneliti BRIN Sebut Tingkat Ancaman Besar Karena Dangkal

Sampai kedalaman 4,5 meter tanah ditemukan empat kejadian gempa yang berkaitan dengan Sesar Lembang

Baca Selengkapnya

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

2 hari lalu

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

Pemugaran situs Candi Parit Duku di Jambi mengungkap lima lapisan tanah purba atau lapisan budaya dalam istilah arkeologi.

Baca Selengkapnya

4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

3 hari lalu

4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

Jamaah Haji 2024 wajib menerima 3 vaksin, namun khusus jamaah dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, ada penambahan vaksin polio.

Baca Selengkapnya

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

3 hari lalu

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

Alat dan perangkat lunak meteran air bersistem token yang dikembangkan Telkom University direncanakan masuk ke pasaran.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Bencana Geologi, BRIN Teliti Sebaran Sesar Pemicu Gempa

3 hari lalu

Antisipasi Bencana Geologi, BRIN Teliti Sebaran Sesar Pemicu Gempa

Tim BRIN meneliti sejumlah kondisi geologi yang bisa memicu gempa bumi di Indonesia. Salah satunya soal Sesar Lembang dan sesar lain di sekitarnya.

Baca Selengkapnya