Dua tim dari SMA Negeri 1 Bulukumba menyapu dua posisi inovator terpilih yang diperebutkan dalam bidang lingkungan dan energi. Tim pertama, yang beranggotakan Nurzamzam Arman, Ayu Adriyani, dan Deny Sundari, mengajukan karya berjudul "Magic Box Ramah Lingkungan dan Hemat Energi". Sedangkan tim kedua, yaitu Dewi Lestari Amaliah dan Andi Muhammad Hasbi Khaerrurijal, membuat inovasi bahan bakar alternatif berjudul "Minyak dan Briket dari Limbah Kulit Daging Kelapa dengan Menggunakan Drill Presser Tools dan Bcl (Briket Clipp Tools)".
Tim SMA Negeri 1 Bulukumba lainnya, beranggotakan Zahra Rahmani Rahma, Andi Anita Kurnia Rahma, Andi Kartika Dwi Permata Sari, Samsul Rahmat, dan Andi Tri Resti Fauziah Sahib, terpilih sebagai inovator bidang teknologi tepat guna dengan memanfaatkan pompa ban sepeda bekas yang dimodifikasi sebagai alat pengepres briket. Inovator lain untuk bidang tersebut diraih oleh Azharifathul Khair, Asnidar Masna, Syahdani Ichzan, Ahwan Azhari Tahir, dan Putri Dwi Ilham, tim dari SMA 1 Liliaraja, Soppeng, yang merancang alat pengering rumput laut inovatif yang dinamai "BlackBox."
Untuk bidang pangan, terpilih Samsul Rahmat, siswa SMPN 1 Bulukumba yang mengajukan karya tentang abon buah jambu mete rasa ikan yang bernilai ekonomis dan bergizi. Inovator muda terpilih bidang pangan lainnya diraih Dian Amaliah Sari dan Nurul Sholihah Budiana, tim dari Sekolah Dasar Negeri 3 Kasimpureng, Bulukumba, Sulawesi Selatan, dengan inovasi berjudul "Pemanfaatan Insang Ikan Menjadi Keripik".
Keenam tim itu berhasil menyisihkan 22 tim lain dalam kegiatan yang telah berlangsung kedua kalinya tersebut. Kriteria yang digunakan untuk memilih para inovator muda itu antara lain orisinalitas dan kreativitas karya, realisasi, memiliki sifat mempermudah atau mendukung pekerjaan atau kegiatan, serta mengandung nilai modifikasi atau daur ulang dan menambah fungsi alat tertentu.
Untuk bidang lingkungan dan energi, peserta usia 8-18 tahun itu diminta merancang alat yang dapat menjaga kelestarian lingkungan seperti meminimalisasi akibat bencana alam dan lingkungan atau pemanfaatan dan pengolahan limbah. Khusus untuk bidang pangan, para inovator muda diminta membuat alat pengolahan pangan berbasis lokal. Sedangkan di bidang teknologi tepat guna, ditekankan pada desain alat yang dapat mempermudah kehidupan dan produksi. Dari tiap bidang dipilih masing-masing dua pemenang.
Subiatno, anggota dewan juri NYIA 2009, menyatakan kegiatan yang diselenggarakan bersama dengan Kementerian Riset dan Teknologi itu dilakukan untuk menyambut konferensi kelautan internasional di Manado. "Kami ingin memberi kesempatan bagi para pelajar di Sulawesi untuk menuangkan ide kreatif untuk memecahkan problem yang ada di masyarakat sekitarnya," kata peneliti dari Pusat Inovasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia itu.
Meski banyak karya inovasi para peserta yang masih memerlukan peningkatan dan kurang analitis, sebagian besar telah mengangkat masalah lokal, semisal membuat alat semacam kotak penghangat makanan dari styrofoam. "Untuk level regional, karya mereka sudah lumayan bagus," kata Subiatno.
Selain lomba di tingkat regional, LIPI berencana menggelar ajang serupa untuk tingkat nasional. Subiatno mengatakan acara tersebut kemungkinan akan diselenggarakan pada bulan Juli mendatang. "Kegiatan ini amat positif karena memberi ajang bagi para calon peneliti muda yang punya rasa ingin tahu tinggi untuk menerjemahkan ide serta menyalurkan bakat dan keingintahuan mereka," ujarnya.
TJANDRA DEWI