Mengapa Kilatan Petir Berbentuk Zig-zag?

Editor

Nurhadi

Minggu, 13 Agustus 2023 11:58 WIB

Kilatan petir menghiasi langit di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (24/04). BMKG menyatakan kondisi perubahan cuaca ekstrem ini terjadi menjelang Jakarta memasuki musim kemarau. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Petir merupakan fenomena alam yang tidak asing lagi. Ketika petir menyambar, kilatan cahaya akan mendahului suara menggelegar atau guntur. Jika kita mengamati kilatan cahaya itu, akan tampak kilatan yang berbentuk zig-zag. Mengapa hal itu terjadi?

Dilansir dari Live Science, pola zig-zag yang terlihat ketika petir menyambar disebabkan oleh bentuk oksigen yang menghantarkan listrik yang menumpuk secara tidak teratur ketika petir bergerak menuju tanah, terkadang dalam jarak yang sangat jauh.

Sebelum petir menyambar, terdapat udara bermuatan listrik (terionisasi) yang bercabang-cabang dari bagian bawah awan petir. Dalam banyak kasus, udara terionisasi ini terlalu samar untuk dilihat dengan mata telanjang. Udara inilah yang menyebabkan petir membentuk pola zig-zag.

Udara biasanya bertindak sebagai isolator. Tetapi udara terionisasi ini menciptakan daerah dengan konsentrasi tinggi dari bentuk khusus oksigen yang sangat menghantarkan yang disebut singlet delta oxygen.

Singlet delta oxygen adalah molekul oksigen dengan keadaan energi yang lebih rendah dari biasanya. Zig-zag yang dihasilkan ini disebabkan oleh pelepasan muatan listrik di wilayah tersebut.

Advertising
Advertising

Alasan Adanya Guntur Setelah Petir Menyambar

Guntur adalah suara menggelegar setelah kilatan petir menyambar. Dikutip Science ABC, hal ini dimulai dengan awan yang terbuat dari tetesan air dan kristal es. Selama badai petir, kristal-kristal es ini bergerak dan bertabrakan satu sama lain. Dalam prosesnya, mereka memindahkan elektron antara satu sama lain serta menghasilkan pembentukan partikel bermuatan positif dan negatif.

Badai dan angin menyebabkan ion positif yang lebih ringan bergerak ke atas dan ion negatif yang lebih berat mengendap. Dengan demikian, muatan di dalam awan menjadi terpisah. Saat muatan ini menumpuk, awan menunggu kesempatan untuk melepaskan dan menetralkan diri mereka sendiri.

Selanjutnya, ketika awan melayang di atas tanah yang bermuatan positif, muatan negatif awan dan muatan positif tanah mencoba untuk membuat sambungan. Ketika hal itu terjadi, tiba-tiba terjadi penyimpangan elektron melalui saluran udara yang sangat kecil dan terjadilah suara bergemuruh.

Pilihan Editor: Simak, Ini 4 Cara Petir Bisa Menyambar Seseorang

Berita terkait

BMKG Prakirakan Hujan Melanda Sebagian Kota Besar, Waspadai Banjir Rob di Pesisir Jateng

8 jam lalu

BMKG Prakirakan Hujan Melanda Sebagian Kota Besar, Waspadai Banjir Rob di Pesisir Jateng

Sirkulasi siklonik membentuk daerah konvergensi yang mampu meningkatkan pertumbuhan awan hujan.

Baca Selengkapnya

Prediksi Cuaca Jabodetabek Hari Ini: Hujan, Suhu Udara, Kelembapan Udara

1 hari lalu

Prediksi Cuaca Jabodetabek Hari Ini: Hujan, Suhu Udara, Kelembapan Udara

Prediksi cuaca dari BMKG menyebutkan Jakarta pagi ini cerah berlanjut cerah berawan sepanjang siang dan malam nanti. Bagaimana dengan Bodetabek?

Baca Selengkapnya

Antisipasi Hujan, BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Mendukung Tanggap Darurat Bencana Sumbar

3 hari lalu

Antisipasi Hujan, BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Mendukung Tanggap Darurat Bencana Sumbar

Operasi TMC dilakukan sebagai upaya percepatan penanganan darurat bencana banjir bandang lahar dingin dan tanah longsor di Sumbar.

Baca Selengkapnya

Apa Penyebab Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera Barat?

3 hari lalu

Apa Penyebab Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera Barat?

BMKG menyebut hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat merupakan pemicu banjir bandang, banjir lahar hujan, dan longsor di Sumbar.

Baca Selengkapnya

Hujan Lebat Picu Banjir Lahar Hujan di Sumbar, BMKG: Berpotensi Sepekan ke Depan

5 hari lalu

Hujan Lebat Picu Banjir Lahar Hujan di Sumbar, BMKG: Berpotensi Sepekan ke Depan

Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi bakal terjadi hingga tanggal 22 Mei 2024 atau selama sepekan ke depan.

Baca Selengkapnya

Banjir dan Tanah Longsor Melanda Aceh Selatan, Sebanyak 8.142 Jiwa Terdampak

5 hari lalu

Banjir dan Tanah Longsor Melanda Aceh Selatan, Sebanyak 8.142 Jiwa Terdampak

Banjir mengakibatkan rusaknya beberapa fasilitas umum serta tanah longsor menutupi badan jalan lintas nasional.

Baca Selengkapnya

Masuk Musim Kemarau, Ini Daerah di Yogyakarta yang Diprediksi Masih Tetap Diguyur Hujan

5 hari lalu

Masuk Musim Kemarau, Ini Daerah di Yogyakarta yang Diprediksi Masih Tetap Diguyur Hujan

BMKG Yogyakarta memperkirakan cuaca di sebagian wilayah DIY periode 12 - 14 Mei 2024 akan diguyur hujan, meski Mei ini masuk musim kemarau.

Baca Selengkapnya

BMKG Prakirakan Hujan Ringan Guyur Sebagian Besar Wilayah Indonesia, Waspadai Gelombang Tinggi

6 hari lalu

BMKG Prakirakan Hujan Ringan Guyur Sebagian Besar Wilayah Indonesia, Waspadai Gelombang Tinggi

BMKG memperingatkan masyarakat agar waspada hujan disertai petir pada siang hari ini di wilayah Banda Aceh, Pontianak, Banjarmasin, dan Palembang.

Baca Selengkapnya

Prediksi Cuaca Dasarian Medio Mei BMKG, Curah Hujan Mayoritas Jawa Barat Rendah

6 hari lalu

Prediksi Cuaca Dasarian Medio Mei BMKG, Curah Hujan Mayoritas Jawa Barat Rendah

Seluas 77 persen wilayah Jawa Barat pada dasarian kedua Mei 2024 diprediksi masuk kriteria hujan rendah.

Baca Selengkapnya

729 Rumah Terendam Banjir Konawe Utara, Ratusan Hektare Lahan Pertanian Terdampak

6 hari lalu

729 Rumah Terendam Banjir Konawe Utara, Ratusan Hektare Lahan Pertanian Terdampak

Kerugian material yang berhasil dihimpun sekitar 729 rumah dan 327,2 hektare lahan pertanian terendam banjir.

Baca Selengkapnya