Emil Salim: BPPT Harus Cari Solusi Perubahan Iklim  

Reporter

Editor

Selasa, 19 Mei 2009 21:30 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Alih fungsi lahan dan hutan serta rusaknya rawa gambut yang memicu perubahan iklim dan pemanasan global disebabkan oleh gagalnya ilmuwan mencari alternatif penggunaan tanah, hutan, dan gambut yang bermanfaat bagi manusia. Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Emil Salim mendorong para ilmuwan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjadi pelopor untuk merombak paradigma tersebut.
"Orang kerap melihat rawa gambut sebagai potensi yang belum dimanfaatkan padahal perubahan lahan dan gambut akan melepas karbon," kata Emil dalam Workshop Mitigasi, Adaptasi, dan Alih Teknologi Perubahan Iklim di gedung BPPT di Jakarta kemarin. "Seharusnya luas rawa gambut diperluas karena kemampuannya menyerap dan menyimpan karbon."
Mantan Menteri Lingkungan Hidup itu meminta para ilmuwan mencari solusi agar hutan dan gambut tetap lestari sekaligus menguntungkan. "Di sinilah peran ilmuwan gambut sangat diperlukan," ujarnya.
Para ilmuwan juga belum mampu memanfaatkan kondisi strategis Indonesia yang kaya sumber daya hayati sekaligus berada di khatulistiwa yang selama 12 bulan terus bermandikan sinar matahari. "Kenapa energi surya tidak berkembang di Indonesia, ke mana ilmuwan di bidang energi," kata Emil. "Selama tidak ada solusi untuk menggantikan bahan bakar fosil, maka bahan bakar fosil akan tetap menjadi raja di Indonesia."
Tanpa adanya alih teknologi dalam menghadapi perubahan iklim itu, Emil mengungkapkan keprihatinannya terhadap prospek keberhasilan Conference of Parties to the Kyoto Protocol di Kopenhagen, Desember mendatang, yang bertujuan menekan emisi gas karbon. Dia mengungkapkan kecenderungan negara-negara OPEC untuk tetap menggunakan bahan bakar fosil. "Sebaliknya, negara-negara maju bersedia membatasi penggunaan bahan bakar fosil asalkan negara lain juga melakukan hal serupa."
Dengan kondisi seperti itu, ujarnya, sulit untuk menahan laju perubahan iklim yang dampaknya mulai dirasakan di Tanah Air. Sebagai negara kepulauan, Indonesia amat rapuh terhadap pemanasan global yang telah menenggelamkan 29 pulau Indonesia. "BPPT sebagai pusat sains harus bisa mencari solusi menghadapi ancaman yang akan terjadi 20 tahun lagi itu," kata Emil. "Bagaimana hidup dengan muka air laut yang terus meningkat, bagaimana hidup dengan kenaikan temperatur dan perubahan iklim serta penyebaran penyakit malaria. Ancaman harus menjadi kesempatan untuk berubah."
TJANDRA DEWI

Berita terkait

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

29 Mei 2023

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

Banyak faktor yang membuat fenomena kekeringan terjadi. Seperti badai El Nino 2015 di Indonesia dan masih banyak lagi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

14 September 2022

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

Mahasiswa UGM menggagas inovasi pemanfaatan aspal sebagai kolektor panas Asphalt Thermal Collector untuk mengurangi peningkatan suhu.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

3 Juni 2022

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

Anies Baswedan mengatakan balapan Formula E merupakan jawaban Jakarta untuk menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global.

Baca Selengkapnya

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

24 September 2021

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

Pradikta Wicaksono mengungkapkan kejengkelannya ketika penampilannya yang disebut dekil, kurus, dan gondrong ini dikaitkan dengan tuntutan menikah.

Baca Selengkapnya

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

31 Agustus 2021

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

Setiap generasi memiliki ciri spesifiknya, apa perbedaan Generasi Z dan pendahulkunya, Generasi Milenial?

Baca Selengkapnya

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

31 Agustus 2021

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

Istilah Generasi Z berseliweran di media sosial. Apa sebenarnya yang dimaksud Gen Z ini dan bagaimana ciri-cirinya?

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

20 April 2021

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

Ekonom senior Faisal Basri ikut mendorong perbankan untuk tidak lagi membiayai proyek-proyek batu bara.

Baca Selengkapnya

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

6 April 2021

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

BMKG mengatakan dampak siklon ke-10 ini yang paling kuat dibandingkan siklon-siklon sebelumnya, Masuk ke daratan dan menyebabkan banjir bandang.

Baca Selengkapnya

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

18 Januari 2021

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

Mensos Risma menyebut peristiwa erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur kemungkinan sebagai dampak dari pemanasan global atau global warming.

Baca Selengkapnya

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

15 Oktober 2019

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

Pariwisata menyumbang pembuangan karbon dalam Global warming. Itulah yenga mendorong pebisnis tur Rick Steves menyumbang US$ 1 juta.

Baca Selengkapnya