BRIN Sebut Kegiatan Antropogenik Sebabkan Kebakaran Hutan dan Lahan

Reporter

Antara

Editor

Sunu Dyantoro

Senin, 13 November 2023 13:18 WIB

Sejumlah kendaraan melintas di jalan Gub Hasan Bastari yang tertutup kabut asap di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu 1 Oktober 2023. Kabut asap tersebut merupakan dampak dari Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN mengungkapkan kegiatan antropogenik yang berkaitan dengan aktivitas manusia dalam pembersihan lahan, pengeringan gambut, hingga ekspansi perkebunan skala besar seringkali menyebabkan kebakaran hutan dan lahan.

Peneliti Pusat Riset Hukum BRIN Laely Nurhidayah mengatakan kebakaran besar yang terjadi pada tahun 2015 telah memicu Indonesia membuat program restorasi gambut.

"Masyarakat peduli api (MPA) adalah aktor utama dalam penanganan pencegahan dan pengendalian kebakaran di tingkat tapak," ujarnya dalam diskusi budaya bertajuk pengendalian api berbasis komunitas dan restorasi lahan gambut yang dipantau di Jakarta, Senin, 13 November 2023.

Laely menuturkan masyarakat peduli api memainkan peran penting dalam mencegah dan merestorasi lahan gambut di Indonesia.

Melalui riset yang dilakukan pada 2019, BRIN meneliti masyarakat peduli api yang berada pada enam desa di Riau dan Kalimantan Tengah.

Pemodelan menggunakan strategi pengendalian api kohesif berfokus pada tiga area, yaitu ekosistem resiliensi, pembangunan adaptasi api oleh masyarakat, dan implementasi strategi pengendalian api.

"Setiap desa yang kami temui sebetulnya ada kesamaan pola bahwa ekosistem gambutnya itu sudah rusak," kata Laely.

Di Desa Lukun dan Temusai, Provinsi Riau telah ada aktivitas perkebunan skala besar. Pembukaan lahan oleh perusahaan menyebabkan terjadinya perubahan hidrologi air di Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG).

Laely mengungkapkan bahwa perubahan ekologi gambut akibat pembukaan lahan menimbulkan kekeringan akibat ekosistem gambut yang telah mengalami perubahan.

Pada 1980-an, Desa Temusai mulai mengalami perubahan dengan banyaknya perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh masyarakat setempat.

Kegiatan antropogenik itu mempengaruhi hidrologi gambut. Masyarakat setempat mengakui air menjadi agak berkurang sejak pembukaan lahan besar-besaran untuk perkebunan.

"Mereka mengakui ada perubahan setelah adanya (perkebunan). Walaupun mungkin mereka menyebutkan bahwa sawit itu menguntungkan bagi mereka secara ekonomi," kata Laely.

Organisasi non pemerintah Pantau Gambut yang fokus terhadap perlindungan dan keberlanjutan lahan gambut di Indonesia memandang kasus kebakaran gambut yang terjadi berulang pada lokasi yang sama cenderung dilakukan secara sengaja untuk menetralisir kadar keasaman lahan tersebut.

Strategi menurunkan kadar keasaman gambut dapat dilakukan dengan kapur dolomit. Namun, cara itu membutuhkan biaya besar dan tenaga lebih banyak.

Manajer Kampanye dan Advokasi Pantau Gambut Wahyu Perdana mengatakan arang adalah cara paling sederhana untuk menurunkan tingkat keasaman tanah. Jadi, itulah mengapa lahan gambut sering dibakar agar tingkat keasamannya berkurang oleh arang sisa pembakaran.

Pilihan Editor: BMKG Ingatkan Publik Waspadai Hujan Petir & Angin Kencang di Sejumlah Provinsi

Advertising
Advertising

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

19 jam lalu

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

Alat dan perangkat lunak meteran air bersistem token yang dikembangkan Telkom University direncanakan masuk ke pasaran.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Bencana Geologi, BRIN Teliti Sebaran Sesar Pemicu Gempa

21 jam lalu

Antisipasi Bencana Geologi, BRIN Teliti Sebaran Sesar Pemicu Gempa

Tim BRIN meneliti sejumlah kondisi geologi yang bisa memicu gempa bumi di Indonesia. Salah satunya soal Sesar Lembang dan sesar lain di sekitarnya.

Baca Selengkapnya

Terdapat 24.000 Sampah Antariksa, Ini Studi BRIN soal Potensi Jatuhnya ke Wilayah Indonesia

1 hari lalu

Terdapat 24.000 Sampah Antariksa, Ini Studi BRIN soal Potensi Jatuhnya ke Wilayah Indonesia

Sampah antariksa saat ini sekitar 24.000. Peneliti BRIN melakukan studi soal potensi jatuhnya ke wilayah Indonesia.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

1 hari lalu

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

Deklarasi Ganjar menjadi oposisi di pemerintahan Prabowo bisa jadi merupakan penegasan arah politik PDIP.

Baca Selengkapnya

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

2 hari lalu

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

Tim peneliti di Telkom University mengembangkan sistem perangkat lunak dan alat pencatat meteran air bagi kalangan pelanggan perusahaan air minum.

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

2 hari lalu

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

3 hari lalu

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

Bukan heatwave yang mengancam wilayah Indonesia. Simak hasil kajian tim peneliti BRIN berikut.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

3 hari lalu

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

Peneliti BRIN Rien Ritawidya mengembangkan studi Lutesium-177-PSMA untuk obat nuklir kanker prostat

Baca Selengkapnya

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

3 hari lalu

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

BRIN mengembangkan konstelasi satelit untuk observasi bumi. Satelit NEO-1 kini memasuki tahap penyelesaian akhir.

Baca Selengkapnya

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

4 hari lalu

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.

Baca Selengkapnya