Apa itu Nyamuk Wolbachia yang Disebut juga Nyamuk Bill Gates?

Reporter

Andika Dwi

Selasa, 21 November 2023 15:37 WIB

Pengamatan sampel nyamuk Aedes aegipty ber-Wolbachia di Laboratorium WMP Yogyakarta. Riset ini dipimpin Profesor Adi Utarini dari UGM yang terpilih menjadi satu di antara 100 orang paling berpengaruh 2021 versi Majalah Time. Dok Tim WMP

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerapkan inovasi teknologi nyamuk wolbachia untuk menurunkan risiko penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Efektivitasnya diklaim telah diteliti sejak 2011 oleh World Mosquito Program (WMP) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta.

Akan tetapi, agenda penggunaan teknologi wolbachia menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Pakar kesehatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban turut menanggapi isu penyebaran nyamuk yang penelitiannya didanai Bill Gates itu.

“Mungkin karena proyek ini memperoleh dukungan dari Bill & Melinda Gates Foundation, sehingga banyak dikenal sebagai nyamuk Bill Gates,” kata Zubairi dalam cuitan (tweet) di akun X (Twitter) @ProfesorZubairi, Jumat, 17 November 2023.

Lantas, apa itu nyamuk wolbachia?

Mengenal Nyamuk Wolbachia


Dikutip laman resmi Kemenkes, wolbachia adalah nama bakteri yang dapat dijumpai di dalam tubuh serangga, termasuk nyamuk harimau Asia (Aedes albopictus). Wolbachia mampu bertahan hidup di luar sel tubuh serangga, tetapi tidak bisa mereplikasi diri tanpa bantuan inangnya.

Advertising
Advertising

“Bakteri wolbachia maupun nyamuk yang bertindak sebagai inangnya bukanlah organisme hasil dari modifikasi genetik yang dilakukan di laboratorium. Secara materi genetik, baik dari wolbachia maupun nyamuk yang digunakan identik dengan organisme yang ada di alam,” ucap peneliti UGM, Adi Utarini, Kamis, 16 November 2023.

Utarini menjelaskan wolbachia secara alami terdapat pada lebih dari 50 persen serangga. Bakteri tersebut memiliki sifat sebagai simbion atau tidak berdampak negatif pada inangnya. Selain itu, berdasarkan analisis risiko yang dilakukan oleh 20 ilmuwan independen di Indonesia menyimpulkan efek negatif wolbachia dapat diabaikan.

Cara Kerja Teknologi Wolbachia


Di Tanah Air, teknologi wolbachia diimplementasikan dengan metode penggantian. Caranya, nyamuk jantan dan nyamuk betina yang terinfeksi wolbachia dilepasliarkan ke alam. Caranya dengan mengembangbiakannya dalam ember yang dititipkan di rumah-rumah warga. Tujuannya agar nyamuk tersebut bereproduksi dengan nyamuk lokal dan menghasilkan anak-anak nyamuk mengandung wolbachia.

Wolbachia, kata Utarini, bertindak sebagai pemutus replikasi virus DBD di dalam tubuh nyamuk. Akibatnya, nyamuk tidak mampu lagi menularkan virus kepada orang yang dihisap darahnya. Selain itu, wolbachia yang terkandung dalam telur nyamuk dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya sehingga bersifat berkelanjutan.

Sedangkan di Singapura, teknologi wolbachia diterapkan dengan menggunakan metode penurunan jumlah populasi nyamuk atau suppression. Strategi itu dilakukan dengan melepaskan nyamuk jantan. Nantinya, perkawinan nyamuk jantan dengan nyamuk betina di alam akan menghasilkan telur yang tidak menetas.

Manfaat Nyamuk Wolbachia


Menurut Utarini, wolbachia telah terbukti mengurangi secara signifikan kejadian penyakit demam berdarah. Penurunan itu dapat berimbas pada penghematan biaya dalam pengendalian DBD di negara yang menerapkannya.

“Pendekatan ini sangat efektif dalam pengendalian penyakit yang ditularkan nyamuk di perkotaan besar, berpenduduk padat, dan dengan tingkat insidensi (kasus) dengue yang tinggi,” ujar Utarini.

Sementara itu, Direktur Pusat Kedokteran Tropis, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM Riris Andono Ahmad mengatakan uji coba nyamuk mengandung wolbachia sebelumnya dilakukan di Yogyakarta pada 2022 dan diklaim efektif.

“Hasilnya, di lokasi yang tersebar wolbachia terbukti dapat menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen, serta menurunkan kebutuhan rawat inap pasien DBD di rumah sakit sebesar 86 persen,” kata Riris.

Riris menuturkan, efektivitas nyamuk wolbachia untuk menurunkan kasus demam berdarah telah dibuktikan di 13 negara, yaitu Australia, Colombia, Brazil, Sri Lanka, El Salvador, Laos, Honduras, Vietnam, Fiji, Kiribati, Vanuatu, New Caledonia, dan Meksiko.

MELYNDA DWI PUSPITA

Pilihan Editor: Peneliti dari UGM: Wolbachia Hanya Dapat Hidup di Serangga

Berita terkait

Melinda Gates Mundur dari Gates Foundation, Ingin Dirikan Yayasan Baru

4 hari lalu

Melinda Gates Mundur dari Gates Foundation, Ingin Dirikan Yayasan Baru

Bekas istri Bill Gates, Melinda Gates mundur dari yayasan yang didirikan bersama suaminya. Ia akan mendapat dana 12,5 miliar dolar Amerika.

Baca Selengkapnya

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

10 hari lalu

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

Beredar video mengenai lonjakan kasus Demam Berdarah di Bekasi yang terdampar di ruang IGD RSUD Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi

Baca Selengkapnya

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

11 hari lalu

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu juga dengan DBD. Berikut penjelasan Kemenkes.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp 35 Triliun di Malaysia, Berikut Sejarah Raksasa Teknologi AS Itu

13 hari lalu

Microsoft Investasi Rp 35 Triliun di Malaysia, Berikut Sejarah Raksasa Teknologi AS Itu

Microsoft investasi Rp 35 triliun di Malaysia, begini sejarah raksasa teknologi AS Itu.

Baca Selengkapnya

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

18 hari lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

23 hari lalu

Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

Studi baru menyebutkan ibu yang terkena DBD selama masa kehamilannya dapat mempengaruhi kesehatan bayi 3 tahun pertamanya.

Baca Selengkapnya

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

25 hari lalu

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang hampir sama dengan Typhus. Namun keduanya adalah jenis penyakit yang berbeda

Baca Selengkapnya

Hari Demam Berdarah Nasional, Ini 4 Cara Mencegah DBD

25 hari lalu

Hari Demam Berdarah Nasional, Ini 4 Cara Mencegah DBD

22 April ditetapkan sebagai Hari Demam Berdarah Nasional oleh Kemenkes, meningkatkan kesadaran wargauntuk dapat mencegah penyakit DBD.

Baca Selengkapnya

Waspada DBD, Demam Berdarah Baik Drastis di Sulsel 1.620 Warga Terjangkit dan 9 Orang Meninggal

27 hari lalu

Waspada DBD, Demam Berdarah Baik Drastis di Sulsel 1.620 Warga Terjangkit dan 9 Orang Meninggal

Waspada DBD di beberapa daerah. Di Sulawesi Selatan kasus demam berdarah naik drastis, 1.620 warga terjangkit dan 9 orang meninggal.

Baca Selengkapnya

Intip Peluang Berkarier di Bidang Biosains yang Diyakini Bill Gates Tak Tergantikan AI

31 hari lalu

Intip Peluang Berkarier di Bidang Biosains yang Diyakini Bill Gates Tak Tergantikan AI

Bill Gates menyakini tiga pekerjaan yang tak akan tergantikan oleh AI, salah satunya adalah biosains. Intip peluang kariernya.

Baca Selengkapnya