Tambang Meleduk di Bukit Bual

Reporter

Editor

Jumat, 19 Juni 2009 17:32 WIB

TEMPO Interaktif, Sawahlunto: Geliat penambangan batu bara di bawah bumi Sawahlunto terhenti sejenak. Mereka tidak menyangka bencana bisa terjadi dalam skala yang cukup besar: 31 orang terperangkap dan tewas.

Sebuah ledakan dalam perut tambang bisa dipastikan telah terjadi. Yang belum diketahui adalah pemicunya. "Ini kebetulan saja korbannya banyak, jadi mereka lapor," kata Ketua Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Sumatera Barat Ade Edward. "Biasanya setiap bulan ada satu sampai tiga orang yang tewas, didiamkan saja, kadang langsung dikubur di situ sama-teman-temannya, yang luka-luka diobati sendiri."

Ade yang juga seorang geolog menyatakan tambang terutama yang liar di Bukit Bual di perbatasan Sawahlunto dan Sinjujung, Sumatera Barat, berisiko sangat tinggi. Ade menyebut minimnya alat yang digunakan para penambang, padahal yang dikerjakan adalah tambang dalam, dengan lorong-lorongnya yang menerobos hingga 100 meter ke dalam bumi. "Sudah lebih dari 1.000 penambang tewas di Sawahlunto dan Sinjujung," katanya.

Sampai saat ini ada tiga kemungkinan sumber percikan api dalam perut bukit yang jenuh metana yang masih diteliti tim inspektorat tambang dan mineral dari Direktorat Pertambangan. Ketiganya adalah hubungan arus pendek pada set generator dalam lubang, gesekan lori atau alat tambang, dan pekerja yang merokok dalam lubang tambang.

Kemungkinan ketiga kedengarannya sangat muskil, mengingat dunia pertambangan dalam tanah yang identik dengan pelepasan konsentrasi gas metana--terlebih pada akhir tahun lalu operator tambang sudah diperingatkan dan diminta berhenti beroperasi karena konsentrasi gas itu kedapatan sangat tinggi, sampai 2 persen volume udara (batas ambang keselamatan kerja yang menetapkannya hanya 0,25 persen volume udara).

Tapi, tidak ditemukannya kepedulian perusahaan operator tambang untuk memasang rambu-rambu pengingat para pekerjanya agar tidak lalai, bahkan juga tanpa helm dan masker, membuat tim direktorat ikut memperhitungkan faktor rokok. "Kami tidak bisa mengetahui secara pasti karena semua penambang yang di dalam lubang tewas," kata Kepala Dinas Pertambangan, Industri, Perdagangan dan Koperasi Sawahlunto, Syafriwal, "Mereka mungkin saja bisa bebas merokok di dalam, padahal metananya tinggi."

Jangankan merokok, kebiasaan asal menyalakan listrik dan menghidupkan generator dalam tambang pun sudah dinilai Ade mengangkangi sangat berani prosedur pertambangan. Seperti yang terbukti Selasa lalu, Ade mengatakan, "Sedikit saja percikan api, lubang tambang itu bisa meledak."

Metana sesungguhnya adalah gas paling berbahaya yang ditemui dalam dunia tambang bawah tanah. Gas ini bukan cuma mudah sekali terbakar dan meledak ketika bercampur dengan udara, tapi juga bersifat asphyxiant alias menyingkirkan oksigen dan menghasilkan efek mencekik di saluran pernapasan. Reputasi efek-efeknya itu sudah diakui secara internasional karena telah menyebabkan kematian puluhan ribu penambang batu bara di dunia mulai dari Kanada, Cina, Jepang, Polandia, Rusia, Inggris, sampai Amerika Serikat.

Kehadiran gas metana tidak bisa ditolak para penambang. Ketika bumi digali, dikelupas, dan batu bara terungkap, saat itulah serat atau pori tempat mereka selama ini bersemayam menjadi terbuka. Proses pembentukan metana memang terjadi mengiringi pembentukan batu bara yang berasal dari tumbuhan dan material organik lainnya yang mati dan meluruh lalu terpendam dalam tanah selama jutaan tahun.

Tidak ada yang bisa dilakukan selain mendeteksi kantong-kantong gas tak berbau dan tak berwarna ini lalu menyingkirkannya cepat-cepat dari lorong-lorong tambang--kalau memang tidak bisa mengekstrak dan memanfaatkannya. Di Bukit Bual, Syafriwal mengakui, ventilasi digunakan untuk mengencerkan konsentrasi gas metana. Cuma, jumlahnya sangat tidak memadai untuk total lima lubang tambang yang menjaring paling jauh sekitar 200 meter dan paling dalam turun 80-100 meter di dalam perut bukit itu.

Kondisi itu sudah ditemui dalam penelitian akhir tahun lalu. "Blower tidak cukup memasok udara untuk mencairkan konsentrasi gas metana di dalam, tidak cukup untuk 40 pekerja tambang di dalamnya," kata Syafriwal. Dia pun menambahkan, ledakan sangat masuk akal terjadi.

Hasil studi yang dilakukan Institut Kesehatan dan Keselamatan Pekerjaan Nasional Amerika Serikat memberi catatan kalau ventilasi saja kadang juga tidak cukup apabila konsentrasi metana terlalu tinggi. Untuk kasus-kasus seperti itu, perlu metode yang disebut degasifikasi dan gob gas borehole untuk mendrainasekan metana sebelum penambangan dilakukan.

Konsentrasi tinggi yang dimaksud tak perlu menunggu sampai dua persen, seperti yang ditemukan di Bukit Bual yang akhirnya membuatnya meleduk. Standar yang berlaku di Amerika menetapkan apabila konsentrasi metana sudah mencapai 1 persen atau lebih, para penambang harus segera mematikan seluruh alat-alat listrik dan perlengkapan mekanis lainnya.

WURAGIL | FEBRIANTI (SAWAHLUNTO)

Berita terkait

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

4 jam lalu

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

Energi kotor biasanya dihasilkan dari pengeboran, penambangan, dan pembakaran bahan bakar fosil seeperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

10 jam lalu

Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

Koalisi organisasi masyarakat sipil mendesak agar kalangan perbankan berhenti memberikan dukungan pendanaan energi kotor seperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

3 hari lalu

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

Indonesia dan Australia menghadapi beberapa tantangan yang sama sebagai negara yang secara historis bergantung terhadap batu bara di sektor energi

Baca Selengkapnya

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

8 hari lalu

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

Brigadir RA ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala di dalam mobil Alphard di sebuah rumah di Mampang.

Baca Selengkapnya

Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk Milawarma Divonis Bebas oleh PN Palembang, Ini Jejak Kasusnya

32 hari lalu

Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk Milawarma Divonis Bebas oleh PN Palembang, Ini Jejak Kasusnya

Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk periode 2011-2016 Milawarman divonis bebas dalam kasus dugaan korupsi akuisisi saham milik PT Satria Bahana Sarana (SBS).

Baca Selengkapnya

Bahlil Akan Bagikan Ribuan Izin Tambang ke Ormas, Pusesda: Hanya Akan Berakhir pada Jual-Beli IUP

46 hari lalu

Bahlil Akan Bagikan Ribuan Izin Tambang ke Ormas, Pusesda: Hanya Akan Berakhir pada Jual-Beli IUP

Pusat Studi Ekonomi dan Sumber Daya Alam (Pusesda) menolak rencana Bahlil membagikan izin usaha pertambangan (IUP) ke organisasi kemasyarakatan.

Baca Selengkapnya

Menteri ESDM Sebut Bahlil Cabut 2.051 Izin Tambang

47 hari lalu

Menteri ESDM Sebut Bahlil Cabut 2.051 Izin Tambang

Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia sudah mencabut 2.051 Izin Usaha Pertambangan (IUP) sejak 2022.

Baca Selengkapnya

Neraca Dagang Indonesia-Vietnam 2023 Surplus, Ditopang Ekspor Batu Bara

55 hari lalu

Neraca Dagang Indonesia-Vietnam 2023 Surplus, Ditopang Ekspor Batu Bara

Neraca dagang antara Indonesia dan Vietnam mencapai USD 12,84 Miliar sepanjang 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

Luhut Sebut Simbara Kerek Penerimaan Pajak dan Royalti Batu Bara

58 hari lalu

Luhut Sebut Simbara Kerek Penerimaan Pajak dan Royalti Batu Bara

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Simbara menaikan penerimaan pajak batu bara.

Baca Selengkapnya