BRIN: Konvergensi Angin dan Uap Air Picu Puting Beliung Rancaekek Bandung

Jumat, 23 Februari 2024 13:45 WIB

Sejumlah rumah rusak tersapu angin puting beliung di Desa Sukadana, Kecamatan Cimanggung, Sumedang, Jawa Barat, 22 Februari 2024. Selain merusak komplek pabrik tekstil di Sumedang, angin puting beliung juga merusak 534 rumah di sejumlah perkampungan di Kecamatan Rancaekek, Cicalengka, dan Cileunyi di Kabupaten Bandung, serta Kecamatan Cimanggung dan Jatinangor di Kabupaten Sumedang. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN menganalisis fenomena cuaca ekstrem yang menyebabkan terjadinya puting beliung di Rancaekek, Kabupaten Bandung. Puting beliung yang menyapu 493 rumah pada Kamis, 22 Februari 2024 ini, sangat sulit diprediksi kehadirannya.

Puting beliung termasuk kejadian langka di Indonesia. Bila sekali datang bisa meluluhlantakkan bangunan, seperti yang terjadi di Rancaekek. Puting beliung juga disebut sebagai microscale tornado atau tornado dengan skala kecil.

Hasil analisis awal BRIN terhadap puting beliung di Rancaekek menunjukkan bahwa fenomena ini terjadi akibat konvergensi angin dan uap air di daratan sekitar wilayah Rancaekek. Setelah terkonvergensi, muncul pertumbuhan awan cumulonimbus yang sangat cepat dan meluas.

"Proses pembentukan awan ini akhirnya membebaskan panas laten dan selanjutnya meningkatkan updraft atau aliran udara ke atas," kata Peneliti Senior di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Didi Setiadi, dalam keterangannya, Jumat, 23 Februari 2024.

Updraft yang semakin meningkat itu, kata Didi, membuat pertumbuhan awan menjadi lebih banyak dan bisa berputar dibantu oleh kecepatan angin. Hasil akhir dari proses ini, ada kolom udara berputar semakin kuat dan mencapai permukaan tanah, baru setelah itu menghasilkan puting beliung.

Advertising
Advertising

Didi menjelaskan, puting beliung yang terjadi di Rancaekek lebih rendah dampaknya dibanding tornado. Dua bencana akibat cuaca ekstrem itu punya perbedaan yang signifikan. Tornado biasanya terjadi dalam awan badai yang terbentuk sepanjang front atau dua massa udara berbeda.

Sedangkan untuk puting beliung, menurut Didi, terjadi karena proses konveksi lokal di dalam awan badai, biasanya berkaitan dengan downburst atau microburst. "Jadi aliran udara ke bawah lebih kuat puting beliung, tapi untuk skala dampaknya lebih besar tornado," kata Didi.

Perbedaan lainnya antara tornado dan puting beliung adalah durasi kejadiannya. Didi menjelaskan, tornado cenderung berlangsung dalam waktu berjam-jam. Sedangkan puting beliung lebih pendek dan bisa dalam hitungan beberapa menit saja.

Menurut Didi, tornado jarang terjadi di kawasan tropis dan biasanya terbentuk di wilayah lintang tengah yang gradien temperaturnya tinggi. "Sedangkan puting beliung di wilayah tropis, di mana konveksi sangat aktif karena kondisi atmosfer yang hangat dan lembab," ujarnya.

Didi menambahkan, tornado sangat berbahaya dan lebih berisiko dibanding puting beliung. Kendati demikian, bukan berarti puting beliung tak berbahaya. "Hanya saja, bila terjadi di wilayah padat penduduk, dampak dari puting beliung juga cukup berbahaya karena menyebabkan kerusakan lokal," tambahnya.

ALIF ILHAM FAJRIADI

Berita terkait

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

8 jam lalu

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

Pemugaran situs Candi Parit Duku di Jambi mengungkap lima lapisan tanah purba atau lapisan budaya dalam istilah arkeologi.

Baca Selengkapnya

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

1 hari lalu

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

Alat dan perangkat lunak meteran air bersistem token yang dikembangkan Telkom University direncanakan masuk ke pasaran.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Bencana Geologi, BRIN Teliti Sebaran Sesar Pemicu Gempa

1 hari lalu

Antisipasi Bencana Geologi, BRIN Teliti Sebaran Sesar Pemicu Gempa

Tim BRIN meneliti sejumlah kondisi geologi yang bisa memicu gempa bumi di Indonesia. Salah satunya soal Sesar Lembang dan sesar lain di sekitarnya.

Baca Selengkapnya

Terdapat 24.000 Sampah Antariksa, Ini Studi BRIN soal Potensi Jatuhnya ke Wilayah Indonesia

1 hari lalu

Terdapat 24.000 Sampah Antariksa, Ini Studi BRIN soal Potensi Jatuhnya ke Wilayah Indonesia

Sampah antariksa saat ini sekitar 24.000. Peneliti BRIN melakukan studi soal potensi jatuhnya ke wilayah Indonesia.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

2 hari lalu

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

Deklarasi Ganjar menjadi oposisi di pemerintahan Prabowo bisa jadi merupakan penegasan arah politik PDIP.

Baca Selengkapnya

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

2 hari lalu

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

Tim peneliti di Telkom University mengembangkan sistem perangkat lunak dan alat pencatat meteran air bagi kalangan pelanggan perusahaan air minum.

Baca Selengkapnya

Rekomendasi Tempat Wisata Baru di Bandung untuk Libur Long Weekend

3 hari lalu

Rekomendasi Tempat Wisata Baru di Bandung untuk Libur Long Weekend

Selalu ada tempat-tempat baru yang bermunculan di Bandung untuk memberikan pengalaman baru bagi pelancong.

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

3 hari lalu

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Kata Pengguna Layanan Starlink: Harga Lebih Irit, tapi Tak Cocok di Perkotaan, Kenapa?

4 hari lalu

Kata Pengguna Layanan Starlink: Harga Lebih Irit, tapi Tak Cocok di Perkotaan, Kenapa?

Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan layanan koneksi Starlink lebih dibutuhkan di daerah yang terisolir dan minim jaringan internet.

Baca Selengkapnya

Cuti Bersama Akhir Pekan, PT KAI Sediakan KA Lodaya Tambahan dari Bandung

4 hari lalu

Cuti Bersama Akhir Pekan, PT KAI Sediakan KA Lodaya Tambahan dari Bandung

Pemerintah menetapkan cuti bersama pada Jumat, 10 Mei 2024, menyusul libur perayaan Kenaikan Isa Almasih pada, Kamis, 9 Mei 2025.

Baca Selengkapnya