Publikasi Penelitian Harimau Jawa di Jurnal Ilmiah, Peneliti Sempat Sepelekan Temuan

Sabtu, 30 Maret 2024 04:00 WIB

Petugas BKSDA saat memasang kamera cctv bersensor gerakan atau camera trap di batang pohon pinggiran hutan pinus di lereng Gunung Wilis, Desa Nyawangan, Tulungagung. Pemasangan menindaklanjuti laporan penampakan harimau loreng. (Ist/foto dok)

TEMPO.CO, Bandung - Tim peneliti baru-baru ini mempublikasikan hasil analisis pemeriksaan DNA dari sehelai rambut yang membuktikan keberadaan harimau jawa di Sukabumi, Jawa Barat. Padahal penelitinya mengaku sempat ragu untuk memeriksanya.

“Ketika terima sampel katanya temuan 2019, saya agak pesimistis karena sudah lama waktunya,” ujar peneliti di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wirdateti dalam acara bincang daring gelaran MONGABAY, Kamis 28 Maret 2024. Seperti diketahui harimau jawa telah dinyatakan punah lebih dari 40 tahun lalu.

Sehelai rambut itu mereka peroleh dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat yang meminta diperiksa pada awal Maret 2022. Setelah berdiskusi dengan pimpinannya, Teti melakukan survei ke lokasi temuan sehelai rambut yang saat itu diduga dari harimau jawa.

Di lapangan mereka menemui warga untuk menggali kisahnya yang bertemu harimau. “Ketika ke sana, kami merasa yakin ini benar harimau,” kata Teti.

Tim penelitian kemudian dibentuk. Dari BRIN selain Teti, ada Yulianto dari Pusat Penelitian Zoologi Terapan. Anggota lainnya yaitu Kalih Raksasewu dari Yayasan Bentang Edukasi Lestari Bogor yang menemukan sehelai rambut tersebut dan Bambang Adriyanto petugas BKSDA Bogor yang bertugas di Sukabumi.

Advertising
Advertising

Kembali ke kantor, Teti memeriksa sampel rambut itu di laboratorium genetika BRIN di Cibinong. Tahap ekstraksinya dimulai dari proses yang disebut pencucian yaitu pembersihan sampel dari bahan-bahan lain sesuai fokus pencarian yaitu DNA.

Pemeriksaan DNA, menurutnya memerlukan sel folikel dari akar rambut. “Sempat pesimistis karena folikelnya kecil sekali, mungkin karena sudah lama di alam,” ujarnya. Peneliti pun melakukan amplifikasi agar bisa mengidentifikasi dengan tepat.

Pembanding sampel yaitu dari macan tutul, harimau sumatra, harimau Bengal. Teti menduga awalnya rambut itu dari macan tutul. Setelah dianalisis , rambut itu punya kesamaan gen dengan harimau sumatera 97,06 persen. “Di situ saya agak yakin, paling tidak ketika kemiripan itu harimau. Dari situ ada surprise dan senang,” kata Teti.

Selanjutnya pemeriksaan di Museum Zoologi Bogor yang punya spesimen kulit utuh harimau jawa asal Kediri dan Jawa Barat pada 1930. Sementara spesimen harimau sumatera berasal dari Sumatera Barat dan Lampung. “Saya samakan spesimen rambut dengan spesimen di museum, kesamaan hampir 98 persen lebih. Saya lebih yakin lagi ini harimau jawa,” ujarnya.

Hasil itu kemudian dibuat laporan ilmiahnya yang dipublikasikan pada 21 Maret 2024 di jurnal Oryx, dari Cambridge University Press. Laporan penelitian atas sehelai rambut itu berjudul "Is the Javan tiger Panthera tigris sondaica extant? DNA analysis of a recent hair sample."

Pilihan Editor: Survei Meta Ungkap Pengguna Medsos Usia Muda di Indonesia Berani dan Aktif

Berita terkait

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

2 jam lalu

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

Tim peneliti di Pusat Studi HAM Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin mengkaji proses Ibu Kota Negara (IKN): sama saja dengan PSN lainnya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Sebut Awan Lindungi Indonesia dari Gelombang Panas, Bagaimana Mekanismenya?

10 jam lalu

Peneliti BRIN Sebut Awan Lindungi Indonesia dari Gelombang Panas, Bagaimana Mekanismenya?

Indonesia relatif terlindungi dari heatwave mayoritas areanya adalah laut dan terdiri dari banyak pulau. Awan juga mengurangi dampak paparan surya.

Baca Selengkapnya

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

1 hari lalu

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

Ilmuwan NOAA mendeteksi badai geomagnetik terbaru yang terjadi pada 11 Maret 2024 dan dampaknya diperkirakan berlanjut hingga Mei ini.

Baca Selengkapnya

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

1 hari lalu

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

Demam berdarah dengue (DBD) menjadi masalah bagi negara-negara tropis di dunia. Acapkali dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.

Baca Selengkapnya

Seberapa Ekstrem Dampak Badai Matahari Pekan Ini? Simak Penjelasan Peneliti Antariksa BRIN

1 hari lalu

Seberapa Ekstrem Dampak Badai Matahari Pekan Ini? Simak Penjelasan Peneliti Antariksa BRIN

Badai matahari memicu paparan elektromagnetik yang mempengaruhi sejumlah alat komunikasi dan navigasi di bumi. Fenomena langka dari siklus surya.

Baca Selengkapnya

Ekspedisi Jalur Sesar Baribis, BPBD Jabar Sosialisasi Bahaya Gempa

2 hari lalu

Ekspedisi Jalur Sesar Baribis, BPBD Jabar Sosialisasi Bahaya Gempa

Ekspedisi Sesar Baribis akan tersebar ke beberapa titik untuk sosialisasi dan upaya mitigasi bahaya gempa.

Baca Selengkapnya

Potensi Gempa Sesar Lembang, Peneliti BRIN Sebut Tingkat Ancaman Besar Karena Dangkal

2 hari lalu

Potensi Gempa Sesar Lembang, Peneliti BRIN Sebut Tingkat Ancaman Besar Karena Dangkal

Sampai kedalaman 4,5 meter tanah ditemukan empat kejadian gempa yang berkaitan dengan Sesar Lembang

Baca Selengkapnya

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

3 hari lalu

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

Pemugaran situs Candi Parit Duku di Jambi mengungkap lima lapisan tanah purba atau lapisan budaya dalam istilah arkeologi.

Baca Selengkapnya

Warga Pelalawan Diduga Meninggal Diterkam Harimau Sumatera di Inderagiri Hilir

3 hari lalu

Warga Pelalawan Diduga Meninggal Diterkam Harimau Sumatera di Inderagiri Hilir

Menurut polisi, warga Pelalawan itu diduga diterkam Harimau Sumatera saat bekerja di Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.

Baca Selengkapnya

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

4 hari lalu

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

Alat dan perangkat lunak meteran air bersistem token yang dikembangkan Telkom University direncanakan masuk ke pasaran.

Baca Selengkapnya