Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

Senin, 13 Mei 2024 14:22 WIB

Badai matahari dikabarkan akan menghantam bumi pada akhir tahun 2023? Kenali apa itu badai matahari di artikel ini. Foto: Canva

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), mendeteksi kehadiran fenomena badai geomagnetik yang berdampak pada gangguan penjalaran sinyal satelit, GPS dan komunikasi di seluruh dunia. Fenomena ini dipicu oleh coronal mass ejection (CME) dari matahari yang mengarah ke bumi, sehingga terjadi interaksi geomagnetik dan berdampak untuk beberapa hari ke depan.

Ilmuwan NOAA mendeteksi badai geomagnetik terbaru yang terjadi pada 11 Mei 2024. Dampaknya diperkirakan berlanjut dua hingga tiga hari setelahnya. Beberapa teknologi komunikasi yang disebar ke luar angkasa, seperti Starlink milik Elon Musk, ikut terdampak dan kehilangan akses sinyal. Sementara untuk Indonesia, peneliti memperkirakan akan terjadi gangguan sinyal namun tidak separah di wilayah lain.

"Dampak badai geomagnetik untuk Indonesia adalah gangguan penjalaran sinyal GPS dan komunikasi. Terjadi sejak awal badai matahari terjadi (11 Mei) hingga beberapa hari setelahnya,” kata peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prayitno Abadi, saat dihubungi, Senin, 13 Mei 2024.

Gangguan yang tidak parah ini, menurut Prayitno, disebabkan oleh wilayah Indonesia yang berada di garis lintang rendah. Hal ini berbanding terbalik dengan wilayah kutub atau kawasan garis lintang tinggi, yang dampaknya bisa sangat terasa hingga padamnya listrik secara tiba-tiba dan munculnya aurora.

"Badai geomagnetik ini fenomena global dengan dampak gangguannya bisa terjadi di lapisan atmosfer ionosfer Indonesia, atau di ketinggian di atas 90 kilometer yang berisi plasma," ucap Prayitno. Menurut dia, badai geomagnetik terbaru yang dideteksi oleh NOAA itu berada di indeks -400nt dan termasuk ke skala dampak ekstrem.

Advertising
Advertising

Kendati pancaran geomagnetik dari matahari mencapai lapisan ionosfer, kata Prayitno, tidak akan membuat gangguan penerbangan pesawat di wilayah Indonesia, karena penerbangan hanya dilakukan di ketinggian 10-15 kilometer dan tidak sampai ke lapisan ionosfer. "Kalau pesawat itu lewat daerah kutub, baru bisa langsung berdampak adanya badai matahari."

Pilihan Editor: Menjelang PPDB 2024/2025, Simak Jalur yang Tersedia dan Ketentuan Terbaru

Berita terkait

Tim Unpad Usung Sensor Gelatin Babi dari Limbah Kulit Jeruk ke Pimnas 2024

11 jam lalu

Tim Unpad Usung Sensor Gelatin Babi dari Limbah Kulit Jeruk ke Pimnas 2024

Sensor memanfaatkan limbah kulit jeruk siam ini ditujukan tim mahasiswa Unpad untuk mengantisipasi pemalsuan makanan yang berbahan dasar gelatin babi.

Baca Selengkapnya

Ilmuwan: Lapisan Ozon Kian Tipis, Terutama di Kutub Selatan

23 jam lalu

Ilmuwan: Lapisan Ozon Kian Tipis, Terutama di Kutub Selatan

Jika tidak ada lapisan ozon, manusia akan mengalami dampak negatif seperti penuaan dini pada kulit.

Baca Selengkapnya

Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

1 hari lalu

Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

Supermoon terbesar 2024 terjadi pada Rabu malam sampai Kamis pagi ini, 18-19 September 2024.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan untuk Ketahanan Pangan dan Hadapi Iklim Ekstrem

1 hari lalu

BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan untuk Ketahanan Pangan dan Hadapi Iklim Ekstrem

Data BMKG Oktober 2023 menunjukkan banyak daerah di Indonesia rawan kekeringan yang berdampak pada usaha tani cabai.

Baca Selengkapnya

Dewan Adat Minta BRIN Tidak Pindahkan Benda Arkeologi Papua dan Mahasiswa UI Juara Kompetisi Video di Top 3 Tekno

2 hari lalu

Dewan Adat Minta BRIN Tidak Pindahkan Benda Arkeologi Papua dan Mahasiswa UI Juara Kompetisi Video di Top 3 Tekno

Topik tentang Dewan Adat minta BRIN tidak memindahkan benda arkeologi Papua ke Cibinong Science Center menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Dewan Adat Minta BRIN Tak Pindahkan Benda Arkeologi Papua ke Cibinong Science Center

2 hari lalu

Dewan Adat Minta BRIN Tak Pindahkan Benda Arkeologi Papua ke Cibinong Science Center

Dewan Adat Papua minta BRIN tidak pindahkan benda arkeologi Papua ke Gedung Koleksi Hayati di Cibinong Science Center, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Situs Megalitikum Gunung Padang Diduga Pernah Dipakai untuk Pengamatan Astronomi

3 hari lalu

Situs Megalitikum Gunung Padang Diduga Pernah Dipakai untuk Pengamatan Astronomi

Sejauh ini belum ada temuan atau bukti dari artefak astronomi di Gunung Padang.

Baca Selengkapnya

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

3 hari lalu

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

Megawati mengatakan Indonesia butuh bantuan dalam proses ilmu dasar bidang nuklir, metalurgi, kimia, nanoteknologi, bioteknologi dari Rusia.

Baca Selengkapnya

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

3 hari lalu

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

Peristiwa Supermoon diwarnai potensi banjir rob di pesisir Indonesia. Sementara di luar negeri, Supermoon akan dibayangi gerhana bulan parsial.

Baca Selengkapnya

Penelitian Mamalia Ternyata Bisa Bernapas Melalui Dubur Raih Hadiah Ig Nobel 2024

4 hari lalu

Penelitian Mamalia Ternyata Bisa Bernapas Melalui Dubur Raih Hadiah Ig Nobel 2024

Penelitian ilmuwan Jepang Takanori Takebe meraih Hadiah Ig Nobel 2024 bidang fisiologi atas penemuan mamalia ternyata bisa bernapas melalui dubur.

Baca Selengkapnya