Peneliti Khawatir Berang-berang di DAS Ciliwung Terancam Punah, Kotorannya Mengandung Bioplastik

Rabu, 15 Mei 2024 19:06 WIB

Tim mahasiswa FMIPA Universitas Pakuan Bogor dan hasil penelitiannya yang mengungkap kondisi mengenaskan populasi hewan berang-berang di DAS Ciliwung. Tim ditemui dalam pameran edukasi dan poster penetlian mahasiswa dari 6 universitas di Jabodetabek, dalam rangka memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Internasional bertema Biodiversitas Kini dan Nanti, di Universitas Pakuan Bogor, 13-14 Mei 2024. FOTO/M Sidik Permana

TEMPO.CO, Bogor - Sejumlah peneliti muda yang juga merupakan mahasiswa fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Pakuan Bogor menghawatirkan ancaman hilangnya habitat berang-berang di aliran Sungai Ciliwung.

Hal itu diduga akibat berkurangnya ikan sebagai sumber makanan. Berkurangnya ikan disebabkan penurunan kualitas air dan serta maraknya aktivitas perburuan liar oleh warga.

"Memang kami masih melihat berang-berang, baik berkelompok ataupun individu, di Sungai Ciliwung, namun keberadaanya semakin sulit ditemukan," ungkap Wildan Syah, mahasiswa yang melakukan penelitian keanekaragaman hayati di DAS Ciliwung.

Padahal, kata dia, berang-berang merupakan hewan akuatik dan aliran sungai menjadi habitat asli mereka. Sepanjang hidupnya berang-berang hanya melahirkan 1-3 anak saja dan tak semua bisa hidup lama. "Aliran sungai yang rusak akibat makin banyak bangunan yang tidak ditata baik, menjadi pemicu musnahnya berang-berang di Ciliwung," kata dia.

Personel pemadam Kebakaran Kota Depok usai mengevakuasi seekor berang-berang yang masuk ke sumur warga di RT. 3, RW. 13, Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Tapos, Depok, Senin, 10 Juli 2023. Foto: Damkar Depok

Advertising
Advertising

Segmen empat aliran sungai Ciliwung menjadi lokasi untuk penelitian keanekaragaman hayati yang dilakukan oleh Wildan bersama beberapa mahasiswa. Keberadaan berang-berang mereka temukan di lima lokasi, yakni di daerah Pondok Rajeg, Kelapa Dua, GDC, Juanda dan Kerukut.

Tempat kemunculan berang-berang itu diduga merupakan sarangnya karena kondisi tanah yang basah dikelilingi pohon bambu, selain banyak sampah plastik bekas minuman, kayu, kaleng. "Kami pun melihat langsung individu berang-berang. Hewan itu ada yang muncul secara individu dan kami juga melihat beberapa berkelompok," kata dia.

Menurut Wildan, tidak jaduh dari gundukan sampah yang diduga merupakan sarangnya, mereka juga menemukan sisa kotoran atau feses yang ditinggalkan berang-berang. "Saat kami teliti feses tersebut ternyata mengandung bioplastik, dan ini kami masih kaji lebih lanjut, " kata dia.

Pilihan Editor: Walhi Sudah Peringatkan Bencana di Lembah Anai, Tuntut BKSDA Bertanggung Jawab

Berita terkait

Potensi La Nina 2024, Peneliti BRIN: Redam Kekeringan di Indonesia Barat Saat Kemarau

3 hari lalu

Potensi La Nina 2024, Peneliti BRIN: Redam Kekeringan di Indonesia Barat Saat Kemarau

Kebanyakan model prediksi cuaca mengindikasikan kemunculan La Nina pada September mendatang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Peringatkan Peningkatan Curah Hujan, Sepaku IKN Banjir Setinggi 2 Meter

5 hari lalu

Peneliti BRIN Peringatkan Peningkatan Curah Hujan, Sepaku IKN Banjir Setinggi 2 Meter

Hujan dengan intensitas lebat pada 23 Juni 2024 membuat Kampung Sepaku terendam banjir dengan ketinggian air mencapai dua meter.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Jelaskan Empat Kriteria dan Cara Penanganan Daging Kurban

14 hari lalu

Peneliti BRIN Jelaskan Empat Kriteria dan Cara Penanganan Daging Kurban

Peneliti BRIN menjelaskan kriteria dan penanganan daging kurban yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH).

Baca Selengkapnya

Cara Kenali Hewan Kurban yang Sehat, Begini Saran Peneliti BRIN

15 hari lalu

Cara Kenali Hewan Kurban yang Sehat, Begini Saran Peneliti BRIN

Dalam pelaksanaan kurban, penting untuk memilih hewan yang aman dan sehat.

Baca Selengkapnya

Kembangkan Ekosistem Sungai, Pertamina Dukung Festival Ciliwung

15 hari lalu

Kembangkan Ekosistem Sungai, Pertamina Dukung Festival Ciliwung

PT Pertamina (Persero) ambil bagian dalam pelestarian lingkungan, dengan Gerakan Membangun Bersih Indah Lestari Rahayu Ciliwung (Gerbang Biru Ciliwung).

Baca Selengkapnya

Peneliti Kembangkan Teknologi Mirip Sinar-X untuk Ponsel, Bisa Melihat Tembus Dinding

15 hari lalu

Peneliti Kembangkan Teknologi Mirip Sinar-X untuk Ponsel, Bisa Melihat Tembus Dinding

Peneliti mengembangkan chip yang memungkinkan pengguna ponsel cerdas melihat melalui permukaan padat yang mirip dengan sinar-X.

Baca Selengkapnya

Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Klaster Filantropi Konservasi Tanam 3 Ribu Pohon di 18 Provinsi

17 hari lalu

Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Klaster Filantropi Konservasi Tanam 3 Ribu Pohon di 18 Provinsi

Hari Lingkungan Hidup Sedunia jatuh setiap 5 Juni dan tahun ini ini mengangkat tema 'Our Land, Our Future, We Are #GenerationRestoration'.

Baca Selengkapnya

BRIN Gunakan Teknologi Terdepan eDNA untuk Meneliti Satwa di Pulau Nusa Barong

20 hari lalu

BRIN Gunakan Teknologi Terdepan eDNA untuk Meneliti Satwa di Pulau Nusa Barong

Tim BRIN dibantu Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Kementerian Kesehatan Rusia Umumkan Vaksin untuk Lawan Kanker Masuk Tahap Finalisasi

20 hari lalu

Kementerian Kesehatan Rusia Umumkan Vaksin untuk Lawan Kanker Masuk Tahap Finalisasi

Vaksin kanker ini dikembangakan bersama-sama oleh beberapa tim peneliti dan didanai oleh Rusia.

Baca Selengkapnya

Adakah Orang yang Tinggal di Benua Antartika? Ini Penjelasannya

32 hari lalu

Adakah Orang yang Tinggal di Benua Antartika? Ini Penjelasannya

Beberapa orang mungkin bertanya-tanya, adakah orang yang tinggal di benua Antartika? Ternyata memang ada. Siapa saja mereka? Ini ulasannya.

Baca Selengkapnya