Mengapa Air Danau Kawah Gunung Kelimutu Berubah Warna Meski Aktivitas Normal?

Kamis, 23 Mei 2024 14:36 WIB

Tiga danau pada kaldera Gunung Kelimutu memiliki warna warni indah dari reaksi kimia. Foto: Michael Day/Flickr.com

TEMPO.CO, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat terjadi perubahan warna air di salah satu dari tiga danau kawah Gunung Kelimutu di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Gunung Kelimutu memiliki tiga danau kawah, yakni kawah Tiwu Ata Polo, Tiwu Koofai Nuwamuri, dan Tiwu Ata Bupu. Dalam sepekan terakhir terjadi perubahan warna air danau kawah Tiwu Ata Polo dari hijau kebiruan, menjadi hijau tua, dan terakhir menjadi cokelat kehitaman.

Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan perubahan warna air danau kawah Tiwu Ata Polo sudah terjadi sejak Desember 2018 hingga Januari 2019. Pada periode tersebut terjadi perubahan warna air danau kawah tersebut dari hijau kebiruan menjadi hijau, dan kemudian berubah kembali menjadi hijau tua, dan kembali menjadi berwarna hijau.

Kemudian pada tanggal 17 Mei 2024 air kawah kembali berubah warnanya menjadi hijau tua. “Pada tanggal 22 Mei 2024 terjadi perubahan warna menjadi cokelat kehitaman. Buaian air teramati di permukaan air kawah,” kata dia, dalam keterangannya, Kamis, 23 Mei 2024.

Wafid mengatakan, ada banyak faktor penyebab perubahan warna air danau kawah Gunung Kelimutu tersebut. “Antara lain curah hujan yang tinggi, maupun kemungkinan perubahan komposisi air danau akibat dari pelarutan batuan sehingga membuat warna air kawah berubah warna menjadi kebiruan, kehijauan atau cokelat kehitaman,” kata dia.

Advertising
Advertising

Namun, pemicunya masih belum diketahui. “Faktor-faktor yang memicu proses perubahan warna tersebut belum diketahui secara pasti, apakah karena pengenceran, perubahan suhu, maupun pengaruh konveksi naiknya gas dari bawah permukaan,” kata Wafid.

Wafid mengatakan Badan Geologi melakukan pemantauan pada aktivitas Gunung Kelimutu secara visual dan instrumental. Hasilnya, misalnya, pada periode 13-22 Mei 2024 pemantauan visual mendapati adanya asap dari kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis dengan tinggi berkisar 5-25 meter dari puncak.

Jaringan seismik yang memantau aktivitas gunung tersebut pada periode tersebut merekam 37 kali gempa vulkanik dalam, 1 kali gempa vulkanik dangkal, 14 kali gempa tektonik lokal, dan 29 kali gempa tektonik jauh. Status aktivitasnya masih relatif normal.

“Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, aktivitas Gunung Kelimutu saat ini masih berada pada Level 1 (Normal),” kata Wafid.

Kendati dalam status Normal, Badan Geologi mewanti-wanti potensi bahaya Gunung Kelimutu. “Potensi bahaya saat ini berupa erupsi freatik dengan ancaman bahaya berupa semburan air dan lontaran material di sekitar kawah. Hujan abu dapat terjadi dengan jarak dan intensitas tergantung pada arah dan kecepatan angin,” kata Wafid.

Wafid mengatakan, dalam status Normal tersebut, masyarakat diminta membatasi aktivitasnya di sekitar area kawah Gunung Kelimutu. “Masyarakat di sekitar Gunung Kelimutu dan pengunjung/wisatawan agar membatasi aktivitas di sekitar area kawah dengan tidak melewati pagar pembatas, tidak mendekati kawah danau, tidak mendekati tembusan gas dan tidak bermalam di dalam kawah untuk menghindari potensi bahaya gas beracun,” kata dia.

Gunung Kelimutu memiliki ketinggian 1.384,5 meter di atas permukaan laut. Badan Geologi menempatkan Pos Pengamatan Gunung Kelimutu di Kampung Kolorongo, Desa Koa Nora, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.

Menurut Badan Geologi, sejarah letusan Gunung Kelimutu tercatat sejak tahun 1867. Gunung tersebut memiliki interval erupsi sekitar 1-73 tahun. Letusan Gunung Kelimutu terakhir terjadi pada Juni 1968 dengan menghasilkan letusan freatik di kawah Tiwu Koofai Nuwamuri dengan didahului suara desisan dan semburan air cokelat kehitaman di bagian barat danau.

Pilihan Editor: Begini Cara Menambah dan Mengganti Alamat Rumah di Google Maps

Berita terkait

Badan Geologi Sebut Gempa di Kabupaten Bandung Akibat Aktivitas Sesar Aktif

17 hari lalu

Badan Geologi Sebut Gempa di Kabupaten Bandung Akibat Aktivitas Sesar Aktif

Kepala Badan Geologi M. Wafid menyatakan, gempa bumi di Kabupaten Bandung hari ini akibat aktivitas sesar aktif.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 5 di Bandung, Ini Penjelasan Badan Geologi

17 hari lalu

Gempa Magnitudo 5 di Bandung, Ini Penjelasan Badan Geologi

Berdasarkan lokasi pusat gempa, kedalaman dan data mekanisme sumber dari BMKG dan GFZ Jerman, kejadian gempa diakibatkan oleh aktivitas sesar

Baca Selengkapnya

Ikan Aligator Tergolong Spesies Hewan Air Invasif

24 hari lalu

Ikan Aligator Tergolong Spesies Hewan Air Invasif

Ikan aligator dilarang dipelihara di perairan Indonesia

Baca Selengkapnya

Rentetan Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang Sampai Sebabkan Bandara Tutup 2 Bulan

25 hari lalu

Rentetan Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang Sampai Sebabkan Bandara Tutup 2 Bulan

Gunung Lewotobi Laki-laki masih berstatus Siaga (Level III) sejak erupsi pada Juni lalu.

Baca Selengkapnya

Badan Geologi Gelar Sosialisasi di Malang, Termasuk soal Gempa Besar Megathrust

28 hari lalu

Badan Geologi Gelar Sosialisasi di Malang, Termasuk soal Gempa Besar Megathrust

Badan Geologi dalam sosialisasi di Malang menyatakan, penyebaran informasi termasuk megathrust diperlukan untuk mengurangi kekhawatiran.

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan di Gunung Tangkuban Parahu, Api Bertahan Lebih dari 24 Jam

30 hari lalu

Kebakaran Hutan di Gunung Tangkuban Parahu, Api Bertahan Lebih dari 24 Jam

Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengatakan sedang menangani kebakaran hutan di area Gunung Tangkuban Parahu.

Baca Selengkapnya

Asap Putih Sempat Bikin Panik, Gunung Tangkuban Parahu Dipastikan Masih Status Normal

31 hari lalu

Asap Putih Sempat Bikin Panik, Gunung Tangkuban Parahu Dipastikan Masih Status Normal

Masyarakat sekitar sempat mencemaskan kemunculan asap itu berhubungan dengan aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu.

Baca Selengkapnya

Gunung Ibu di Halmahera Barat Turun Status dari Awas Menjadi Siaga

31 hari lalu

Gunung Ibu di Halmahera Barat Turun Status dari Awas Menjadi Siaga

Ribuan orang mengungsi pada Mei 2024 setelah Gunung Ibu mengeluarkan abu vulkanik setinggi 5.000 meter dan berstatus level IV Awas.

Baca Selengkapnya

Badan Geologi Ingatkan Potensi Erupsi Freatik Gunung Lokon

32 hari lalu

Badan Geologi Ingatkan Potensi Erupsi Freatik Gunung Lokon

Menurut Badan Geologi, aktivitas Gunung Lokon pada periode 16-31 Agustus 2024 antara lain merekam empat kali gempa embusan.

Baca Selengkapnya

Badan Geologi Catat 165 Kali Gempa Vulkanik Dangkal Gunung Awu

36 hari lalu

Badan Geologi Catat 165 Kali Gempa Vulkanik Dangkal Gunung Awu

Badan Geologi mencatat 165 kali gempa vulkanik dangkal Gunung Awu di Kepulauan Sangihe pada periode 16-22 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya