Alumni ITB Ikut Rancang Sistem Pencegah Gedung Ambruk, Belajar dari Kasus Gempa dan Tsunami

Senin, 3 Juni 2024 12:36 WIB

Ilustrasi Bangunan Ambruk (Dok. Humas ITB)

TEMPO.CO, Bandung - Tim riset Endure dari Universitat Politécnica de Valéncia, Spanyol, mengembangkan metode rancang baru untuk mencegah keruntuhan total pada bangunan. Salah seorang anggota tim yang adalah alumni Institut Teknologi Bandung (ITB), Andri Setiawan, mengatakan riset itu bertujuan menghentikan perambatan keruntuhan pada suatu konstruksi.

“Prinsip utama yang diterapkan pada metode baru ini adalah dengan menggabungkan sistem ikatan dan segmentasi,” kata Andri yang sedang berkarir menjadi peneliti post-doktoral tim Endure, Ahad, 2 Juni 2024.

Maksud Andri, sistem ikatan berguna untuk mendistribusikan beban gedung pada kondisi kegagalan atau kerusakan skala kecil hingga menengah. Adapun sistem segmentasi akan meratakan kerusakan, sehingga tekanan tidak merembet ke bagian lain gedung.

Sebagian hasil riset yang dimulai pada 2022 itu diterbitkan di jurnal Nature pada 15 Mei 2024. Penelitian berjudul Arresting Failure Propagation in Buildings Through Collapse Isolation itu akan berjalan hingga 2026, dan didanai sebesar 2,5 juta Euro oleh Uni Eropa. Dipimpin ProfesorJose Adam, tim Endure beranggotakan Manuel Buitrago, Nirvan Makoond, Andri Setiawan, serta Giacomo Caredda, Diego Cetina, Lorenzo Marin, dan Maria Luz Gerbaudo.

Menurut Andri, riset ini terinspirasi dari sejumlah kejadian yang meruntuhkan bangunan. Dalam makalah yang dikirim ke jurnal lain, tim mengumpulkan sekitar 40 kasus keruntuhan bangunan di berbagai negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika.

Advertising
Advertising

Ada faktor eksternal dan internal yang memicu keruntuhan gedung. Pengaruh luar itu seperti gempa bumi, tsunami, kebakaran, ledakan gas, atau serangan teroris. Ada juga faktor tabrakan kendaraa, misalnya kapal kontainer yang menabrak tiang Jembatan Francis Scott Key di Baltimore, Amerika Serikat. Jembatan itu runtuh pada 26 Maret lalu.

Faktor internal berhubungan dengan pengendalian mutu ketika konstruksi, salah desain, tulangan yang tidak sesuai aturan bangunan, atau usia bangunan yang bertambah tua. Contoh kasusnya adalah keruntuhan gedung kondominium Champlain Towers South di Miami, Amerika Serikat. Kejadian yang menimbulkan korban pada 2021 itu masih diinvestigasi sampai saat ini.

“Masih ada misteri yang belum terpecahkan (mengenai) bagaimana menghentikan keruntuhan gedung,” ujar Andri.

Dia mengimbuhkan bahwa segelintir peneliti sempat membuat konsep kajian serupa. Namun, Endure dari Spanyol menjadi tim peneliti pertama yang menerapkan konsep pencegah gedung runtuh secara merinci, lengkap dengan perhitungan dan validasi pada gedung skala penuh.

Teori yang sebelumnya berkembang, kata Andri, disebut sebagai hierarchy-based collapse isolation atau isolasi keruntuhan melalui sistem hirarki. Sistem hirarki pada gedung mencakup komponen seperti lantai, dan kolom vertikal atau pilar, serta elemen horisontal seperti balok.

“Komponen vertikal itu paling kritis yang membuat gedung bisa roboh atau tidak,” tuturnya.

Tim Endure berusaha menjamin kolom harus dilindungi secara lebih kuat. Dengan merancang sistem balok dan lantai yang menjalarkan keruntuhan, kekuatan dan kapasitasnya lebih lemah daripada kolom atau pilar. “Yang akan patah itu baloknya,” kata Andri.

Pilihan Editor: iPhone 5s dan iPod Touch 6 Masuk Kategori Usang, Apple Stop Layanan Perbaikan

Selanjutnya, Pengujian pada Konstruksi Pracetak <!--more-->

Dalam uji coba skala penuh, tim Endure membuat bangunan dengan ukuran 12 x 15 meter bertingkat ganda. Dengan memakai bangunan pracetak, tim bisa mengontrol bagian sistem koneksi antara balok dan kolom secara lebih presisi.

Kolom atau pilar-pilar gedung dibuat dari cetakan pabrik dan pengecoran di lokasi uji coba. Tim kemudian meruntuhkan kolom dengan dua tahap. Tahap pertama berupa simulasi keruntuhan yang sifatnya kecil dengan cara melepaskan dua kolom di pinggir bangunan. Hasilnya, bangunan tidak runtuh dan nihil bagian yang lepas. Hal ini membuktikan bahwa sistem ikatan pada bangunan tersebut memadai.

Simulasi kegagalan bangunan dibuat lebih besar pada tahap kedua. Tim elepaskan kolom tambahan di sudut gedung. Gedung buatan itu kemudian ambruk, namun hanya sebagian, yaitu pada bagian gedung yang kolom-kolomnya dilepas dan tidak merembet ke bagian lain.

“Artinya sistem segmentasi kita berhasil dipicu pada waktunya, sehingga keruntuhan bangunan bisa kita isolasi,” ujar Andri.

Metode ini kurang cocok untuk bangunan lama. Namun, mitigasi tetap bisa diupayakan melalui penguatan bagian kolom dengan berbagai cara. Nantinya, Andri meneruskan, sistem segmentasi ikatan bakal dirancang dan diterapkan berbeda pada gedung yang terbuat dari beton, baja, atau beton pracetak.

Pilihan Editor: Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Cerah Berawan dengan Suhu Maksimal 32 Derajat Celcius

Berita terkait

Alumni Seni Rupa ITB 2004 Gelar Pameran Interaktif Ourchetype

2 jam lalu

Alumni Seni Rupa ITB 2004 Gelar Pameran Interaktif Ourchetype

Menurut Creative Director Ourchetype Andi Abdulqodir, pameran ini memberikan ruang bagi pengunjung agar dapat menyelami dirinya.

Baca Selengkapnya

Cerita Mahasiswa ITB soal Kerja Paruh Waktu di Kampus

1 hari lalu

Cerita Mahasiswa ITB soal Kerja Paruh Waktu di Kampus

Sesar Intan, mahasiswi Seni Rupa ITB dari Studio Lukis angkatan 2021 bercerita soal kerja paruh waktu sebagai asisten dosen

Baca Selengkapnya

Usai Diprotes, ITB Tawarkan Kerja Paruh Waktu bagi Penerima Beasiswa UKT sebagai Pilihan

1 hari lalu

Usai Diprotes, ITB Tawarkan Kerja Paruh Waktu bagi Penerima Beasiswa UKT sebagai Pilihan

ITB tidak lagi mewajibkan mahasiswa calon dan penerima beasiswa keringanan uang kuliah tunggal atau UKT untuk bekerja paruh waktu di kampus.

Baca Selengkapnya

Tuntut Pencabutan Wajib Kerja Penerima Beasiswa, Puluhan Mahasiswa ITB Geruduk Rektorat

1 hari lalu

Tuntut Pencabutan Wajib Kerja Penerima Beasiswa, Puluhan Mahasiswa ITB Geruduk Rektorat

ITB membuat aturan penerima beasiswa atau keringan biaya UKT untuk bekerja paruh waktu.

Baca Selengkapnya

ITB Minta Penerima Beasiswa UKT Kerja Paruh Waktu, Dosen UGM: Terindikasi Eksploitasi

2 hari lalu

ITB Minta Penerima Beasiswa UKT Kerja Paruh Waktu, Dosen UGM: Terindikasi Eksploitasi

Dosen hukum ketenagakerjaan melihat indikasi eksploitasi dalam kebijakan kerja paruh waktu yang diwajibkan oleh ITB kepada penerima beasiswa UKT.

Baca Selengkapnya

Ramai Diprotes Mahasiswa, Begini Konsep Beasiswa UKT Kerja Paruh Waktu ITB

2 hari lalu

Ramai Diprotes Mahasiswa, Begini Konsep Beasiswa UKT Kerja Paruh Waktu ITB

Beasiswa UKT ITB menggunakan prinsip kesetaraan yaitu, ITB dan penerima beasiswa dilihat sebagai dua pihak yang saling memberi dan menerima.

Baca Selengkapnya

Jika Sedimen di Laut untuk Uruk Pantai, Ahli: Bisa Amblas Kena Ombak

2 hari lalu

Jika Sedimen di Laut untuk Uruk Pantai, Ahli: Bisa Amblas Kena Ombak

Sedimen di laut yang akan ditambang dan diekspor seperti yang dimaksud Jokowi diyakini bukanlah yang berupa lumpur-lempung dan lanau.

Baca Selengkapnya

Satgas Sita Besi Siku Senilai Rp11 Miliar, Zulhas: Kalau Bangun Jalan Tol Bisa Goyang

2 hari lalu

Satgas Sita Besi Siku Senilai Rp11 Miliar, Zulhas: Kalau Bangun Jalan Tol Bisa Goyang

Satgas menemukan 11 ribu ton besi siku yang tak memenuhi Standar Nasional (SNI) dan Nomor Pendaftaran Barang (NPB).

Baca Selengkapnya

Klarifikasi ITB soal Penerima Beasiswa UKT Diwajibkan Bekerja Paruh Waktu di Kampus

2 hari lalu

Klarifikasi ITB soal Penerima Beasiswa UKT Diwajibkan Bekerja Paruh Waktu di Kampus

ITB membuat kebijakan kepada seluruh mahasiswa ITB yang menerima beasiswa dalam bentuk pengurangan UKT diwajibkan melakukan kerja paruh waktu.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Jess No Limit di Antara Gempa Cianjur Selatan dan Tsunami Kecil di Jepang

3 hari lalu

Top 3 Tekno: Jess No Limit di Antara Gempa Cianjur Selatan dan Tsunami Kecil di Jepang

Top 3 Tekno Berita Terkini pada Rabu pagi ini, 25 September 2024, didominasi berita peristiwa gempa.

Baca Selengkapnya