Kaspersky: Aktivitas Kejahatan Dunia Maya di Telegram Melonjak 53 Persen pada Mei-Juni 2024

Reporter

Editor

Erwin Prima

Selasa, 2 Juli 2024 14:53 WIB

Logo Telegram. REUTERS/Dado Ruvic

TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai keamanan Telegram, tim Kaspersky Digital Footprint Intelligence yang menganalisis saluran bayangan Telegram, menemukan tren yang meresahkan, yaitu penjahat dunia maya semakin banyak menggunakan Telegram sebagai platform untuk aktivitas pasar underground.

Penjahat dunia maya secara aktif mengoperasikan saluran dan grup di Telegram yang didedikasikan untuk mendiskusikan skema penipuan, mendistribusikan database yang bocor, dan memperdagangkan berbagai layanan kriminal, seperti pencairan dana, pemalsuan dokumen, layanan serangan DDoS, dan banyak lagi.

Menurut data Digital Footprint Intelligence Kaspersky, volume postingan semacam itu melonjak sebesar 53 persen pada Mei-Juni 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Alexei Bannikov, analis di Kaspersky Digital Footprint Intelligence, mengatakan peningkatan minat terhadap Telegram dari komunitas penjahat dunia maya didorong oleh beberapa faktor utama, di antaranya platform ini sangat populer secara umum dengan audiensnya telah mencapai 900 juta pengguna bulanan, menurut Pavel Durov.

Faktor kedua, platform ini dipasarkan sebagai pengirim pesan paling aman dan independen yang tidak mengumpulkan data pengguna apa pun, sehingga memberikan rasa aman dan impunitas bagi pelaku ancaman.

Advertising
Advertising

“Selain itu, menemukan atau membuat komunitas di Telegram relatif mudah, dan dikombinasikan dengan faktor-faktor lain, memungkinkan berbagai saluran, termasuk saluran penjahat dunia maya, untuk mengumpulkan audiens dengan cepat,” jelas Bannikov dalam keterangannya, Senin, 1 Juli 2024.

Penjahat dunia maya yang beroperasi di Telegram umumnya menunjukkan kecanggihan dan keahlian teknis yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang ditemukan di forum dark web yang lebih terbatas dan terspesialisasi.

Hal ini disebabkan rendahnya hambatan masuk ke komunitas bayangan Telegram. Seseorang dengan tujuan berbahaya hanya perlu membuat akun dan berlangganan sumber kriminal yang dapat mereka temukan karena mereka sudah menjadi bagian dari komunitas kriminal tersebut.

Selain itu, Telegram tidak memiliki sistem reputasi yang serupa dengan yang ditemukan di forum dark web, sehingga bahkan banyak penipu di dunia kriminal siber Telegram yang cenderung menipu sesama anggota komunitasnya.

Bannikov menambahkan bahwa ada tren Telegram telah muncul sebagai platform tempat berbagai peretas membuat pernyataan dan mengekspresikan pandangan mereka. Karena basis penggunanya yang luas dan distribusi konten yang cepat melalui saluran Telegram, para peretas menganggap platform ini sebagai alat yang mudah digunakan untuk memicu serangan DDoS dan metode merusak lainnya terhadap infrastruktur yang ditargetkan.

“Selain itu, mereka dapat melepaskan data curian dari organisasi yang diserang ke domain publik menggunakan saluran bayangan,” catat Bannikov.

Pilihan Editor: Antropolog Unair Tanggapi Tren Cek Khodam Online: Hanya Hiburan

Berita terkait

Imigrasi Deportasi 13 WNA Taiwan Pelaku Kriminal yang Hendak Kabur ke Indonesia

17 jam lalu

Imigrasi Deportasi 13 WNA Taiwan Pelaku Kriminal yang Hendak Kabur ke Indonesia

Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham memulangkan paksa atau deportasi 13 WNA asal Taiwan.

Baca Selengkapnya

Begini Cara Blokir SMS Spam

1 hari lalu

Begini Cara Blokir SMS Spam

Memblokir SMS Spam bisa menggunakan aplikasi atau melalui aplikasi bawaan di ponsel Android dan iPhone Anda.

Baca Selengkapnya

Tips Aman Menggunakan WiFi Publik Saat Bepergian

1 hari lalu

Tips Aman Menggunakan WiFi Publik Saat Bepergian

Terkadang, penjahat siber membuat jaringan WiFi palsu atau menyusupi jaringan yang sudah ada.

Baca Selengkapnya

Pakar Ungkap Modus Penipuan Digital: Investasi Crypto hingga Cek Khodam

1 hari lalu

Pakar Ungkap Modus Penipuan Digital: Investasi Crypto hingga Cek Khodam

Polisi diminta cepat mempelajari modus-modus penipuan baru yang dikemas dengan teknologi

Baca Selengkapnya

Kemlu Ungkap Kendala Pemulangan WNI Korban Penipuan di Myanmar

2 hari lalu

Kemlu Ungkap Kendala Pemulangan WNI Korban Penipuan di Myanmar

Kementerian Luar Negeri mengungkap kendala pemulangan WNI korban penipuan yang kini berada di Myawaddy Myanmar.

Baca Selengkapnya

Buru Dalang Kasus Penipuan Like and Subscribe Youtube di Kamboja, Polda Metro Jaya Koordinasi dengan Divhubinter

3 hari lalu

Buru Dalang Kasus Penipuan Like and Subscribe Youtube di Kamboja, Polda Metro Jaya Koordinasi dengan Divhubinter

Polda Metro Jaya berkoordinasi dengan Divhubinter Polri untuk mengejar dua pelaku kasus penipuan Like and Subscrbe Youtube yang berada di Kamboja.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya Pastikan Kasus Penipuan Klik Like Youtube Tak Berkaitan dengan Kasus TPPO 800 WNI

3 hari lalu

Polda Metro Jaya Pastikan Kasus Penipuan Klik Like Youtube Tak Berkaitan dengan Kasus TPPO 800 WNI

Polda Metro Jaya masih akan melakukan pendalaman mengenai keterkaitan kasus penipuan klik like video YouTube dengan kasus lain.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya Bakal Kerja Sama dengan Polisi Kamboja Buru Dalang Penipuan Like YouTube

3 hari lalu

Polda Metro Jaya Bakal Kerja Sama dengan Polisi Kamboja Buru Dalang Penipuan Like YouTube

Pada saat ini Polda Metro Jaya sedang melacak keberadaan D, dalang kasus penipuan kerja paruh waktu like video YouTube.

Baca Selengkapnya

Kaspersky Deteksi Peningkatan Volume Kejahatan di Aplikasi Telegram, Kerap Dimanfaatkan Peretas

5 hari lalu

Kaspersky Deteksi Peningkatan Volume Kejahatan di Aplikasi Telegram, Kerap Dimanfaatkan Peretas

Dari data yang dihimpun Kaspersky, ada peningkatan kejahatan di aplikasi Telegram sebesar 53 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Perbudakan di Myanmar Kirim Surat ke Jokowi, Minta Segera Ada Pembebasan dan Evakuasi

6 hari lalu

Keluarga Korban Perbudakan di Myanmar Kirim Surat ke Jokowi, Minta Segera Ada Pembebasan dan Evakuasi

Keluarga korban perbudakan di Myanmar mengirim surat desakan ke Jokowi untuk segera dilakukan pembebasan dan evakuasi.

Baca Selengkapnya