Hujan di Bulan Juli: Ini Seluk-beluk Anomali Cuaca
Reporter
Eiben Heizar
Editor
Dwi Arjanto
Rabu, 10 Juli 2024 17:56 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Cuaca adalah fenomena alam yang memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, kita sering mendengar tentang anomali cuaca, yang mengacu pada kondisi cuaca yang tidak normal atau menyimpang dari pola yang biasa terjadi.
Anomali cuaca dapat berupa hujan deras yang tiba-tiba di musim kemarau, kekeringan panjang di musim hujan, atau suhu yang ekstrem di luar perkiraan.
Penyebab Anomali Cuaca
Anomali cuaca disebabkan oleh berbagai faktor, baik alami maupun akibat aktivitas manusia. Berikut adalah beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap terjadinya anomali cuaca:
1. Perubahan Iklim
Perubahan iklim adalah faktor utama yang menyebabkan anomali cuaca. Aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan industrialisasi telah meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Gas-gas ini, seperti karbon dioksida dan metana, menjebak panas di bumi dan menyebabkan suhu global meningkat. Peningkatan suhu ini mengganggu pola cuaca alami dan menyebabkan anomali cuaca seperti badai yang lebih kuat, gelombang panas yang lebih sering, dan perubahan pola curah hujan.
2. El Niño dan La Niña
El Niño dan La Niña adalah fenomena alam yang terjadi di Samudra Pasifik dan mempengaruhi cuaca global. El Niño terjadi ketika suhu permukaan laut di bagian tengah dan timur Pasifik meningkat, sementara La Niña terjadi ketika suhu permukaan laut menurun. Kedua fenomena ini dapat menyebabkan perubahan signifikan dalam pola cuaca, termasuk peningkatan atau penurunan curah hujan di berbagai belahan dunia, yang pada gilirannya menyebabkan banjir atau kekeringan.
3. Aktivitas Vulkanik
Letusan gunung berapi dapat melepaskan sejumlah besar partikel debu dan gas ke atmosfer. Partikel-partikel ini dapat mempengaruhi radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi, sehingga mengubah pola suhu dan curah hujan. Sebagai contoh, letusan Gunung Pinatubo pada tahun 1991 menyebabkan penurunan suhu global sementara karena partikel debu yang tersebar di atmosfer memantulkan sinar matahari kembali ke angkasa.
4. Polusi Udara
Polusi udara juga berkontribusi terhadap anomali cuaca. Partikel-partikel polutan, seperti aerosol, dapat mempengaruhi formasi awan dan pola curah hujan. Selain itu, polusi udara juga dapat memperparah efek pemanasan global dengan meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.
Dampak Anomali Cuaca
Anomali cuaca memiliki dampak yang luas dan beragam pada berbagai aspek kehidupan manusia, lingkungan, dan ekonomi. Berikut adalah beberapa dampak utama dari anomali cuaca:
1. Dampak pada Pertanian
Pertanian sangat bergantung pada kondisi cuaca yang stabil. Anomali cuaca seperti kekeringan atau banjir dapat merusak tanaman dan mengurangi hasil panen. Hal ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi petani dan kelangkaan pangan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi harga pangan di pasar.
2. Dampak pada Kesehatan Manusia
Anomali cuaca juga dapat berdampak pada kesehatan manusia. Gelombang panas yang ekstrem dapat menyebabkan dehidrasi, serangan panas, dan penyakit terkait panas lainnya. Sementara itu, banjir dapat menyebabkan penyebaran penyakit menular melalui air yang terkontaminasi. Perubahan pola cuaca juga dapat mempengaruhi penyebaran vektor penyakit seperti nyamuk, yang dapat meningkatkan risiko penyakit seperti malaria dan demam berdarah.
3. Dampak pada Infrastruktur
Cuaca ekstrem dapat merusak infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan bangunan. Banjir dapat merusak fondasi bangunan dan jalan, sementara angin kencang dapat merobohkan tiang listrik dan merusak atap rumah. Kerusakan infrastruktur ini memerlukan biaya besar untuk perbaikan dan dapat mengganggu aktivitas ekonomi serta mobilitas masyarakat.
4. Dampak pada Ekosistem
Anomali cuaca juga mempengaruhi ekosistem alami. Kekeringan dapat mengurangi ketersediaan air di sungai dan danau, yang berdampak pada kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Perubahan suhu dan curah hujan juga dapat mengganggu pola migrasi hewan dan siklus reproduksi tumbuhan. Beberapa spesies mungkin tidak dapat beradaptasi dengan perubahan ini, yang dapat menyebabkan penurunan populasi atau bahkan kepunahan.
BMKG | BRIN
Pilihan editor: Penjelasan BMKG Soal Penyebab Cuaca Ekstrem: Angin Kencang Puting Beliung di Rancaekek Jatinangor