Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cuaca Panas dan Kering Saat Ini Diperkirakan Sampai Pertengahan November

image-gnews
Ilustrasi anak-anak di saat cuaca panas. shutterstock.com
Ilustrasi anak-anak di saat cuaca panas. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi cuaca panas dan kering yang saat ini terjadi cukup merata di Indonesia diperkirakan bakal bertahan hingga pertengahan November. Penyebabnya, maraknya siklon tropis di utara wilayah Indonesia yang masih akan berlangsung hingga dasarian pertama (tanggal 1-10) November.

Peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, menerangkan, maraknya siklon tropis yang terbentuk di Samudera Pasifik dekat Jepang dan Filipina sepanjang Oktober ini telah berperan menggeser pusat-pusat aktivitas konvektif menjadi di utara Indonesia. Aktivitas konvektif adalah yang biasa menciptakan awan hujan.

“Itulah mengapa selama beberapa hari terakhir kondisi minim awan dan suhu maksimum harian yang tinggi menyebabkan cuaca panas dan kering di Indonesia,” kata perempuan pemilik gelar profesor bidang klimatologi ini, Rabu 30 Oktober 2024.

Ditambahkannya, siklon tropis-siklon tropis itu juga telah membuat angin monsun Asia dari utara yang menuju ke Indonesia menjadi terganggu dan mengalami pelemahan. Ini yang, menurut Erma, menyebabkan awal musim hujan secara umum di wilayah selatan Indonesia menjadi tertunda. Biasanya, dia menambahkan, angin dari utara mulai eksis menjelang akhir Oktober dan kekuatannya homogen pada pertengahan November.

Berdasarkan data dari Sistem Pendukung Keputusan KAMAJAYA-BRIN, monsun Asia yang identik dengan musim hujan baru akan eksis dan homogen di Indonesia pada awal Desember 2024. Sinyal La Nina yang menguat tetap tak mampu mencegah potensi awal musim hujan yang bakal tertunda tersebut.  

"Musim hujan tetap tertunda karena faktor anomali cuaca global yang terjadi di Asia lebih dominan menentukan sifat dan awal musim di Indonesia saat ini,” kata dia. 

Nanti, mulai dasarian kedua November, Erma mengatakan, barulah bakal terjadi peningkatan hujan sporadis di barat Indonesia yang dibawa oleh pertumbuhan badai vorteks. Wilayah terdampak disebutnya meliputi Sumatera (khususnya wilayah di sepanjang pesisir barat Sumatera), Jawa bagian barat dan tengah. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Vorteks juga memicu cuaca ekstrem di Sumatera dan Jawa, oleh karena itu perlu dimitigasi dari sekarang.” kata Erma menambahkan. 

Dampak ke Petani dan Musim Tanam

Menurut Erma, sektor pertanian perlu mempersiapkan diri karena kondisi cuaca saat ini yang disebutnya belum ada konsistensi hujan. Dia menyarankan awal tanam  mundur sekitar 1-2 dasarian. 

Khusus di Jawa bagian barat dan tengah, Erma mengingatkan adanya potensi peningkatan hujan deras pertengahan November. Kepada para petani di wilayah ini, Erma mengatakan, "Sebaiknya memutuskan secara tepat tanggal dimulainya tanam padi agar tidak mengalami risiko kebanjiran." 

Untuk membantu sektor pertanian yang krusial untuk ketahanan pangan inilah, Erma mengungkapkan bahwa tim peneliti di BRIN membuat inovasi penentuan awal musim hujan berbasis model dinamis untuk informasi enam bulan mendatang yang selalu diperbarui setiap bulan sekali. Harapannya, dapat membantu petani dalam mengambil keputusan secara lebih tepat kapan mereka harus memulai masa tanam. 

"Aplikasi berbasis sains untuk para petani yang dinamakan dengan KAMAJAYA ini telah digunakan secara riil untuk membantu meningkatkan kinerja perkebunan skala luas melalui kerja sama riset dan lisensi antara BRIN dengan para pelaku industri yang bergerak di bidang pertanian, perkebunan, dan perbenihan," tuturnya.

Pilihan Editor: Kisah Inspiratif Lulusan Unpam yang Kini Calon Guru Besar Setelah Sempat 13 Tahun Hidup di Atas Gerobak

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pemda Jakarta Antisipasi Dampak Musim Hujan, Beberapa Titik Ini Masih Rawan Banjir

5 jam lalu

Pekerja mengoperasikan alat berat untuk mengeruk lumpur di kali Sunter, Jakarta, Rabu, 7 Februari 2024. Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta menargetkan perbaikan turap kali Sunter, Jakarta rampung pada April 2024 untuk mencegah longsor dan antisipasi banjir. ANTARA/Erlangga Bregas Prakoso
Pemda Jakarta Antisipasi Dampak Musim Hujan, Beberapa Titik Ini Masih Rawan Banjir

Pj Gubernur Jakarta, Teguh Setyabudi, menyisir lagi sejumlah area rawan banjir di DKI, mengingat musim hujan sudahdi depan mata.


5 Hal yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Menghadapi La Nina

11 jam lalu

Ilustrasi hujan dan lalu lintas. Shutterstock
5 Hal yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Menghadapi La Nina

Hadapi fase La Nina, masyarakat disarankan untuk memantau prakiraan cuaca secara berkala dari sumber terpercaya, seperti BMKG.


Mengenal La Nina, Fenomena Cuaca yang Akan Melanda Indonesia

14 jam lalu

Ilustrasi hujan petir. Pexels/Andre Furtado
Mengenal La Nina, Fenomena Cuaca yang Akan Melanda Indonesia

BMKG memprediksi La Nina mulai melanda Indonesia pada Oktober 2024 hingga Maret 2025.


Cuaca Panas, BMKG Catat Suhu Maksimum Harian di Bandung Hampir 35 Derajat

14 jam lalu

Petugas Stasiun Klimatologi BMKG Kelas II Tangerang Selatan mengamati suhu udara dengan Sangkar Meteorologi di Taman Alat Stasiun Klimatologi BMKG Pondok Betung, Tangerang Selatan, Banten, Selasa, 10 Mei 2022. Selama periode 1-7 Mei 2022, suhu maksimum tertinggi mencapai 36,1 derajat celcius terjadi di wilayah Tangerang (Banten) dan Kalimarau (Kalimantan Utara). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Cuaca Panas, BMKG Catat Suhu Maksimum Harian di Bandung Hampir 35 Derajat

Cuaca panas di wilayah Bandung Raya ditandai dengan tren suhu maksimum harian yang menanjak September-Oktober.


Ini Kata Peneliti BRIN soal Pentingnya Pelestarian Motif Megalitik Tutari Papua

16 jam lalu

Mahasiswa ISBI Tanah Papua bersiap menari di Situs Megalitik Tutari, Papua. Dok. Hari Suroto
Ini Kata Peneliti BRIN soal Pentingnya Pelestarian Motif Megalitik Tutari Papua

Peneliti BRIN menekankan pentingnya pelestarian motif Megalitik Tutari sebagai sumber inspirasi seni kontemporer Papua.


Hadapi Musim Hujan, Pemerintah Provinsi Jakarta Keruk Waduk, Sungai dan Saluran Penghubung

1 hari lalu

Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA), melakukan ragam upaya antisipasi dampak musim hujan, seperti pengerukan sungai dangkal. Dok. Pemprov DKI. beritajakarta.com
Hadapi Musim Hujan, Pemerintah Provinsi Jakarta Keruk Waduk, Sungai dan Saluran Penghubung

Pemerintah provinsi Jakarta melakukan pengeruksan waduk, sungai dan saluran penghubung untuk mengantisipasi dampak musim hujan.


Tips dari Henra yang Lulus S2 Tercepat dan Cum Laude dari UGM

1 hari lalu

Henra, mahasiswa program fast track di orogram studi Magister Bioteknologi di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Dok. UGM
Tips dari Henra yang Lulus S2 Tercepat dan Cum Laude dari UGM

Lewat program fast-track, Henra berhasil lulus dari Program Studi Magister Bioteknologi UGM hanya dalam waktu setahun.


BRIN Ungkap Indeks Pelembagaan Partai Politik: PKS Terlembaga Dibanding Parpol Lain

1 hari lalu

Logo baru PKS. dok.Panitia Munas PKS
BRIN Ungkap Indeks Pelembagaan Partai Politik: PKS Terlembaga Dibanding Parpol Lain

Tim riset partai politik (parpol) BRIN melaporkan hasil riset mengenai "Indeks Pelembagaan Partai Politik di Indonesia".


BRIN dan Pemkot Semarang Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Petasol Setara Solar

1 hari lalu

Inovasi limbah plastik jadi bahan bakar oleh BRIN dan Pemkot Semarang. Dok. Humas BRIN
BRIN dan Pemkot Semarang Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Petasol Setara Solar

Petasol memanfaatkan limbah plastik yang mengotori sungai dan irigasi menjadi bahan bakar alternatif ramah lingkungan.


Suhu di Sumsel Capai 36 Derajat Hari Ini, BMKG Ungkap Penyebabnya

2 hari lalu

Jembatan Ampera di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa, 22 Januari 2019/BRAM SETIAWAN
Suhu di Sumsel Capai 36 Derajat Hari Ini, BMKG Ungkap Penyebabnya

Minimnya pembentukan awan hujan di sekitaran Sumsel juga menjadi penyebab naiknya suhu permukaan bumi.