TEMPO.CO, Bandung - Guru besar geofisika di Universitas Padjadjaran (Unpad) Yudi Rosandi tengah merintis proyek penelitian suara bumi. Ahli fisika komputasi itu merekam getaran pada permukaan bumi di sejumlah tempat yang kemudian diolah oleh teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). “Tujuannya untuk peringatan dini bencana seperti longsor bahkan gempa bumi,” katanya kepada Tempo, Senin 28 Oktober 2024.
Suara yang direkam merupakan bunyi khusus, yaitu subsonik dari hasil pengukuran getaran di permukaan bumi. Data yang diperoleh itu berupa sinyal seperti suara kemudian dimasukkan ke sistem kecerdasan buatan untuk dikenali. Data sinyal itu, misalnya bisa digunakan untuk mengenali kondisi geologi di suatu tempat. ”Daerah yang sedimen atau endapannya tebal atau tipis itu bisa dikenali,” ujar Yudi.
Pengukuran di bagian permukaan tanpa harus menggali ke dalam tanah itu dinamakan seismik pasif. Bunyinya, menurut Yudi, mengantarkan informasi yang ditangkap oleh sensor geofon yang khusus mengukur getaran tanah dalam skala mikro atau mikrotremor.
Pada tahap awal ini, Yudi melakukan uji coba sekaligus penyesuaian alat di beberapa tempat, seperti di kampus Unpad Jatinangor, Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Baru-baru ini pemasangan alatnya di daerah Cisewu, Kabupaten Garut. “Kita coba lihat suaranya seperti apa untuk memperkirakan risiko bencana tanah longsornya seperti apa,” kata dia.
Pengambilan data untuk mikrotremor, menurutnya, berkisar 10-30 menit di satu lokasi. Guna mengetahui profil sebuah daerah, perlu dipasang beberapa alat untuk memantau getaran pada permukaan bumi. Pemilihan lokasi yang akan dipantau bisa berdasarkan tingkat kerawanan terkait faktor amplifikasi. “Kalau ada gempa, misalnya, daerah ini bisa longsor,” ujar Yudi.
Teknologi kecerdasan buatan dinilainya sangat membantu untuk menganalisis data yang diperoleh di lapangan. Saat ini Yudi masih terus mengembangkan sistem AI untuk mengolah data suara bumi itu. Dari hasil sementara, pola spektrum getaran yang diperoleh bisa menggambarkan kondisi daerah tertentu. Dalam pengambilan data itu dan interpretasinya ikut digunakan metode geofisika, misalnya untuk mengetahui kandungan air dan jenis tanah.
Pengamatan yang mudah terjangkau, seperti di daerah rawan longsor. Apalagi wilayah Jawa Barat banyak lokasi rawan karena daerahnya yang berbukit dan pegunungan serta kemungkinan terjadinya gempa cukup banyak. Sementara untuk mendeteksi gempa dalam bidang geofisika menggunakan prekursor. “Akan tetapi namanya prakiraan gempa tidak mudah, apalagi kalau nanti sampai membuat panik masyarakat,” ujarnya.
Pilihan Editor: Cerita Bank Sampah Produksi BBM dan Adik Prabowo Diutus ke COP29 di Top 3 Tekno