Persediaan Air Jakarta Jauh di Bawah Kebutuhan, BRIN: Bakal jadi Bom Waktu

Selasa, 23 Juli 2024 19:45 WIB

Warga mencuci baju di pinggiran kali saluran irigasi terusan Kalimalang di Desa Karangasih, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Rabu 12 Juni 2024. Krisis air bersih membuat warga Desa Karangasih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti memasak, mandi, hingga mencuci pakaian. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Ahli Utama dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Irfan Budi Pramono, memperkirakan kebutuhan air untuk warga DKI Jakarta lebih besar dibanding persediaan yang ada. Dalam setahun, seisi Jakarta membutuhkan 30 ribu liter per detik, namun saat ini yang bisa disalurkan ke masyarakat hanya 18 ribu liter air per detik.

“Ini akan menjadi bom waktu, jika kita tidak mengantisipasi bagaimana mempertahankan air yang ada," katanya dalam diskusi daring Profesor Talk di BRIN, Selasa, 23 Juli 2024.

Menurut Irfan, kebutuhan air di ibu kota pada 2015 jauh lebih sedikit dibanding saat ini. Tingkat kebutuhan itu melonjak menjadi 30 ribu liter per detik dalam sembilan tahun. “Untuk tahun selanjutnya diperkirakan akan semakin meningkat," ujar peneliti dari Pusat RIset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN tersebut.

Kondisi persediaan air yang tidak seimbang dengan kebutuhan ini juga bisa terjadi di wilayah Indonesia lainnya. Kebutuhan air semakin tinggi di kala kekeringan, imbas perubahan iklim di skala global. Irfan Irfan yang merupakan alumnus doktoral Ilmu Lingkungan dari Universitas Sebelas Maret Surakarta itu menyebut risiko kekurangan air dibarengi dengan peningkatan suhu udara secara signifikan.

“Kekurangan air makin lama semakin besar, di tempat lain mungkin akan sama seperti Jakarta,” tutur Irfan.

Advertising
Advertising

Irfan menyarankan pengelolaan dan pemberdayaan kawasan daerah aliran sungai atau DAS. Menurut dia, persediaan air terjaga selama DAS di sepanjang sungai besar dan kecil bisa mengalikan air ke banyak wilayah. Infrastruktur alam, seperti pengelolaan kawasan lahan basah dan tanaman di tepi sungai, juga sangat diperlukan.

Dia juga merekomendasikan restorasi dan konservasi lahan basah, misalnya dengan reboisasi. “Bahkan bisa dilakukan pula upaya pencegahan krisis air dengan membuat taman hijau perkotaan," ujar Irfan

Langkah lain yang bisa dilakukan adalah meningkatkan infiltrasi air dan kapasitas penyimpanan lahan basah atau tanah. Masyarakat juga bisa memperpanjang umur waduk dengan mengurangi pendangkalan dasar sungai.

Pengisian akuifer juga dianjurkan. Akuifer yang menjadi lapisan bawah tanah dapat mengalirkan air ke berbagai penjuru, bahkan ke lahan yang merupakan formasi batuan. Ketersediaan air tanah yang banyak bisa dijadikan cadangan.

"Diharapkan pula adanya keterlibatan dan edukasi masyarakat lokal. Misalnya dengan pemilihan tanah lokasi DAS, pemantauan usia DAS dan inisiatif pengelolaannya," kata Irfan.

Pilihan Editor: Temukan Lagi 114 Siswa Siluman SMAN di Tangerang, Ombudsman: Alasan Sekolah Karena ...

Berita terkait

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

6 jam lalu

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

Peristiwa Supermoon diwarnai potensi banjir rob di pesisir Indonesia. Sementara di luar negeri, Supermoon akan dibayangi gerhana bulan parsial.

Baca Selengkapnya

Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

2 hari lalu

Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

Kementerian Agama menunda pemasangan chattra di stupa induk Candi Borobudur, yang semula dijadwalkan untuk diresmikan pada 18 September 2024

Baca Selengkapnya

BNPB Tekankan Pentingnya Penanggulangan Bencana yang Berkelanjutan

2 hari lalu

BNPB Tekankan Pentingnya Penanggulangan Bencana yang Berkelanjutan

BNPB menekankan pentingnya diversifikasi dan upaya penanggulanan bencana yang berkelanjutan.

Baca Selengkapnya

Paus Fransiskus Akhiri Perjalanan ke Asia Tenggara dan Oseania

3 hari lalu

Paus Fransiskus Akhiri Perjalanan ke Asia Tenggara dan Oseania

Paus Fransiskus mengakhiri lawatan ke Asia Tenggara dan Oseania selama 12 hari.

Baca Selengkapnya

BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

3 hari lalu

BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

BRIN kenalkan teknologi kandang khusus untuk mengatasi pencemaran limbah ternak di DAS Citarum.

Baca Selengkapnya

Hujan di Jabodetabek Kamis Sore sampai Jumat Dinihari, Ini Sebaran dan Penyebabnya

3 hari lalu

Hujan di Jabodetabek Kamis Sore sampai Jumat Dinihari, Ini Sebaran dan Penyebabnya

Hingga mendekati subuh nanti diperkirakan potensi hujan tersebut masih mugkin bertahan dan bahkan meluas.

Baca Selengkapnya

BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

4 hari lalu

BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

Rata-rata sekitar 484 ribu ton per tahun sampah plastik bocor ke laut dunia dari kegiatan masyarakat.

Baca Selengkapnya

BRIN Dorong Inovasi untuk Tangani Sampah Plastik di Laut

4 hari lalu

BRIN Dorong Inovasi untuk Tangani Sampah Plastik di Laut

Sampah plastik mengancam kehidupan laut, ekosistem pesisir, dan kesehatan manusia yang bergantung pada hasil laut.

Baca Selengkapnya

UNS Terjunkan Empat Tim Bengawan dalam Kontes Robot Terbang Indonesia 2024

4 hari lalu

UNS Terjunkan Empat Tim Bengawan dalam Kontes Robot Terbang Indonesia 2024

General Manager Bengawan UV Team UNS Daffa Putra Islami mengatakan empat tim itu dikirim dari lima kategori yang dilombakan.

Baca Selengkapnya

Potensi Gempa Megathrust Selat Sunda, Pemkab Bekasi Ikut Tingkatkan Kewaspadaan

4 hari lalu

Potensi Gempa Megathrust Selat Sunda, Pemkab Bekasi Ikut Tingkatkan Kewaspadaan

Edaran dibuat meski wilayah Kabupaten Bekasi tak berbatasan dengan perairan Selat Sunda ataupun laut selatan Jawa, lokasi zona gempa megathrust

Baca Selengkapnya