Virus Covid-19 Varian JN.1 Menyebar Cepat Hanya Karena Mutasi Satu Gen

Senin, 12 Agustus 2024 20:59 WIB

Orang-orang mengantri di pusat vaksinasi komunitas, menjelang pembukaan kembali perbatasan dengan Cina, selama pandemi penyakit virus COVID-19 di Hong Kong, 4 Januari 2023. REUTERS/Tyrone Siu

TEMPO.CO, Jakarta - Mutasi satu gen diduga berada di balik penyebaran cepat varian virus Covid-19 JN.1 di dunia tahun lalu, termasuk di Indonesia. Temuan itu lagi-lagi menunjukkan betapa cepatnya kemampuan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, beradaptasi.

"Hanya satu mutasi gen sudah membuat JN.1 mampu mengelak dari respons antibodi, dan itulah kenapa dia mampu menyebar ke seluruh dunia," kata Emanuele Andreano dari Monoclonal Antibody Discovery Laboratory, Toscana Life Sciences Foundation di Italia.

JN.1, subvarian dari Omicron, pertama kali teridentifikasi di Luksemburg pada Agustus 2023. Pada akhir Januari lalu, subvarian itu diketahui telah menguasai 88 persen, 85 persen, dan 77 persen dari jumlah infeksi yang tercatat di Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Australia.

Padahal pendahulunya, varian dari mana dia berasal, yakni BA.2.86, tak pernah terhitung lebih dari lima persen dalam catatan infeksi global.

Dengan JN.1 dan turunannya yang masih menjadi varian Covid-19 paling banyak dilaporkan di dunia, Andreano dan kawan-kawannya ingin mencari tahu bagaimana virus itu bisa sangat berbeda dari varian sebelumnya.

Advertising
Advertising

Hasil pengurutan gen sebelumnya menunjuk ke sebuah mutasi tambahan yang dimiliki JN.1 dibandingkan dengan BA.2.86. Satu mutasi tambahan itu ada dalam protein paku, bagian dari virus yang digunakan untuk menginfeksi sel.

Untuk mempelajarinya lebih jauh, Andreano dan timnya menganalisis 899 antibodi dari sampel darah milik 14 orang. Para responden ini seluruhnya telah menerima 2-3 dosis Vaksin Covid-19 jenis mRNA dan terkonfirmasi pula pernah terinfeksi Covid-19.

Para peneliti menambahkan setiap dari antibodi itu, bersama SARS-CoV-2 varian BA.2.86, ke cawan berisi sel-sel monyet. Hasilnya, sel dalam 66 cawan di antaranya tetap aman. Dugaannya, antibodi yang ditambahkan itu mampu mencegah BA.2.86 menginfeksi sel-sel itu.

Ketika tim peneliti mengulangi eksperimen itu dengan JN.1, hanya 23 antibodi yang bisa mencegah infeksi.

Lalu, para peneliti menggunakan sebuah simulasi komputer untuk menguji bagaimana mutasi protein paku JN.1 berperan membantu virus itu mengatasi cegatan antibodi dan tetap bisa menginfeksi sel. Para peneliti menemukan mutasi asam amino yang sebelumnya memiliki untaian panjang (leusin) menjadi lebih pendek atau serin.

Serin itulah yang, kalau tidak melemahkan, sepenuhnya memblokade antibodi sehingga tidak berinteraksi dengan protein paku.

Hanya sedikit antibodi yang mampu mencegah infeksi JN.1 ke sel monyet. Mereka diketahui milik lima dari 14 donor sampel darah.

Menurut Andreano, kelimanya adalah individu dengan imunitas 'super-hibrida'. Imunitas itu terbentuk setelah menerima tiga dosis vaksin mRNA, sekali terinfeksi SARS-CoV-2 orisinal asal Wuhan, dan terinfeksi lagi oleh Covid-19 varian Omicron.

"Antibodinya mungkin mengikat bagian lain dari protein paku, jauh dari lokasi mutasi leusin menjadi serin, dan karenanya mencegah infeksi JN.1," tutur doktor yang menekuni bioteknologi dan imunobiologi itu.

Adreano menyebut hasil studi menunjukkan bagaimana sebuah mutasi telah memberi kemampuan kunci bagi JN.1 untuk menembus kekebalan tubuh seseorang. Meski begitu, Andreano juga mengatakan kalau tidak ada dampak atau gejala infeksi yang lebih parah atau berat daripada yang sudah diketahui disebabkan oleh varian Covid-19 sebelumnya.

Yang terakhir itu kemungkinan karena ada banyak taji lain dari sistem imun tubuh, seperti sel T, yang bekerja menghentikan virus menyebabkan infeksi parah, bahkan jika mereka tidak dapat mencegah infeksi itu. "Secara kolektif, imunitas orang-orang mempertahankan kekuatan," kata Jonathan Ball, profesor virologi molekuler di Liverpool School of Tropical Medicine, Inggris.

Antibodi-antibodi yang dikumpulkan para peneliti mirip dengan yang sebelumnya ditemukan di tengah masyarakat global. "Tapi studi ini masih relatif kecil dan harus direplikasi dalam kelompok-kelompok yang lebih besar," kata Dalan Bailey, peneliti biologi molekuler dari virus RNA di The Pirbright Institute, Inggris.

NEW SCIENTIST

Pilihan Editor: Prediksi Cuaca Bodetabek, BMKG Sebut Suhu di Cikarang Sampai 35 Derajat dan Ada Udara Kabur di Serpong

Berita terkait

Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes Hindari Wartawan Saat Keluar dari KPK, Diperiksa Kasus Pengadaan APD Covid-19

7 hari lalu

Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes Hindari Wartawan Saat Keluar dari KPK, Diperiksa Kasus Pengadaan APD Covid-19

Sebelumnya, sudah ada banyak nama yang dipanggil KPK untuk diperiksa sebagai saksi kasus dugaan korupsi APD Covid-19

Baca Selengkapnya

Pemprov Papua Minta Warga Gunakan Masker untuk Cegah Penularan Mpox

7 hari lalu

Pemprov Papua Minta Warga Gunakan Masker untuk Cegah Penularan Mpox

Pemprov Papua melalui Dinas Kesehatan setempat meminta masyarakat agar mulai menerapkan penggunaan masker guna mencegah penularan virus Monkeypox (Mpox) atau cacar monyet

Baca Selengkapnya

Menteri BUMN Erick Thohir Merger AP I dan AP II Jadi PT Angkasa Pura Indonesia, Sejak Kapan Direncanakan?

9 hari lalu

Menteri BUMN Erick Thohir Merger AP I dan AP II Jadi PT Angkasa Pura Indonesia, Sejak Kapan Direncanakan?

Erick Thohir merger PT Angkasa Pura I (Persero)atau AP I dan AP II melalui proses integrasi yakni PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports.

Baca Selengkapnya

BPS Beberkan Dampak Penduduk Kelas Menengah Turun Kelas: Perekonomian Kurang Resilien

18 hari lalu

BPS Beberkan Dampak Penduduk Kelas Menengah Turun Kelas: Perekonomian Kurang Resilien

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti membeberkan dampak proporsi jumlah penduduk kelas menengah yang turun kelas.

Baca Selengkapnya

Usut Korupsi Bansos Presiden di Masa Pandemi Covid-19, KPK Periksa Mantan Kepala Biro Kemensos

19 hari lalu

Usut Korupsi Bansos Presiden di Masa Pandemi Covid-19, KPK Periksa Mantan Kepala Biro Kemensos

KPK terus memeriksa sejumlah pihak yang terlibat dalam pengadaan Bansos Presiden di masa pandemi Covid-19. Kerugian negara sementara Rp 125 Miliar.

Baca Selengkapnya

BPS: 9,48 Juta Penduduk Kelas Menengah Turun ke Ambang Rentan Miskin

22 hari lalu

BPS: 9,48 Juta Penduduk Kelas Menengah Turun ke Ambang Rentan Miskin

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar mengatakan ada 9,48 juta penduduk kelas menengah yang turun kelas ke ambang rentan miskin.

Baca Selengkapnya

Prabowo Ungkap Peran Jokowi Ketika Pandemi Covid-19

22 hari lalu

Prabowo Ungkap Peran Jokowi Ketika Pandemi Covid-19

Presiden terpilih Prabowo Subianto membela Presiden Jokowi yang kebijakan dan kinerjanya kerap mendapatkan kritikan.

Baca Selengkapnya

Mark Zuckerberg Menuduh Biden Sensor Konten Covid-19, Apa Maksudnya?

23 hari lalu

Mark Zuckerberg Menuduh Biden Sensor Konten Covid-19, Apa Maksudnya?

Mark Zuckerberg mengatakan ia menyesal telah tunduk pada tekanan pemerintah dalam kesaksian di tengah-tengah kampanye pilpres yang memanas.

Baca Selengkapnya

Kabar Baik untuk Karyawan Australia: Kini Berhak Abaikan Email dan Telepon Kantor Setelah Jam Kerja

24 hari lalu

Kabar Baik untuk Karyawan Australia: Kini Berhak Abaikan Email dan Telepon Kantor Setelah Jam Kerja

Karyawan di Australia, dalam banyak kasus, tidak dapat dihukum karena menolak membaca atau menanggapi kontak dari majikan mereka di luar jam kerja.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Marsudi Temui Wang Yi di Beijing, Bahas Pengembangan Vaksin Hingga Herbal

28 hari lalu

Menlu Retno Marsudi Temui Wang Yi di Beijing, Bahas Pengembangan Vaksin Hingga Herbal

Menlu Retno Marsudi akan bertemu dengan Menlu Cina Wang Yi dalam pertemuan di Beijing mulai Kamis 22 Agustus 2024

Baca Selengkapnya