BRIN Beri Solusi Gunakan Teknologi Nuklir untuk Atasi Polusi Udara

Rabu, 14 Agustus 2024 08:42 WIB

Acara Nuclear Talk Series, bertema "Teknik Analisis Nuklir untuk Polutan Udara". BRIN

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN memberikan solusi atasi polusi udara dengan menggunakan teknologi nuklir. Polusi udara berpengaruh sangat besar terhadap kesehatan masyarakat, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Teknologi nuklir disebut dapat menjadi salah satu jalan lepas dalam mengatasi masalah ini.

Teknologi nuklir sangat hebat. Dengan teknologi canggih ini, kita berharap permasalahan polusi udara menjadi lebih terang,” kata Profesor Riset BRIN Muhayatun Santoso di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, pada Sabtu, 10 Agustus 2024, dilansir dari laman BRIN.

Penemuan itu dipaparkan Muhayatun dalam acara Nuclear Talk Series, bertema “Teknik Analisis Nuklir untuk Polutan Udara”, sebagai rangkaian kegiatan Indonesia Research and Innovation (InaRI Expo) 2024. Ia menjelaskan, teknologi nuklir dapat menjadi solusi atasi polusi udara dengan melakukan karakterisasi terhadap partikel berbahaya di udara.

“Inilah yang memacu saya mengoptimalisasi teknologi canggih ini untuk membantu, bagaimana mengetahui karakteristik polutan udara dan melakukan karakterisasi dengan baik, sehingga nanti bisa dicarikan solusinya,” kata Muhayatun.

Polusi udara, kata dia, dapat terjadi karena adanya beberapa sumber, seperti dari alam atau aktivitas manusia. Ia menjelaskan, yang bersumber dari alam, Indonesia termasuk dalam ring of fire, banyak gunung berapi, kebakaran. Kemudian yang bersumber dari aktivitas manusia, seperti transportasi, industri, dan sebagainya.

Advertising
Advertising

“Kita tidak bisa menyamaratakan kualitas udara di satu kota dengan kota yang lain. Misalkan, sama-sama di Jawa, seperti Jakarta dan Surabaya tentu berbeda, tergantung aktivitas di dalamnya,” katanya.

Cara kerja teknologi nuklir sebagai solusi atasi polusi udara

Muhayatun mengatakan, di Indonesia sudah terdapat 17 lokasi alat pemantau polusi udara yang tersebar di beberapa provinsi dan kota besar. Sensor dan monitor pemantauan udara itu memberikan data konsentrasi udara, di mana di dalamnya terdapat partikel yang berbeda-beda. Data partikel itulah yang akan dianalisa oleh BRIN menggunakan teknik nuklir.

“Karena partikelnya sangat kecil, maka membutuhkan teknologi yang benar-benar canggih. Partikulat-partikulat udara tersebut, dengan menggunakan energi nuklir sekali tembak, bisa menggunakan gamma, X-ray, atau proton, akan bisa terdeteksi semuanya. Dan uji ini non distructive, partikelnya masih utuh,” ujarnya.

Lebih lanjut, teknologi ini dapat memberikan informasi komplet untuk pihak manajemen dalam membuat kebijakan sesuai data untuk daerah masing-masing. Hal ini karena karakteristik masing-masing daerah berbeda, sumber-sumbernya juga berbeda. Sehingga, misalnya sebuah kebijakan di Jakarta tidak bisa langsung diterapkan untuk kota yang lain.

“Sehingga, (dengan pemanfaatan teknologi nuklir) diperoleh informasi penting untuk dicarikan cara yang tepat dalam mengatasinya,” katanya.

Muhayatun menyampaikan, BRIN telah berkolaborasi dengan berbagai negara berteknologi maju guna melakukan riset terkait polusi udara. Kata dia, tidak semua laboratorium berteknologi maju ada di Indonesia. Di Asia Pasifik, BRIN bekerja sama dengan 22 negara. Selain itu, lembaga riset plat merah ini juga terlibat dalam proyek dengan International Atomic Energy Agency (IAEA).

“Di mana, kita diberi kesempatan untuk menggunakan fasilitas canggih yang ada di Italia, Newzeland, dan Australia,” ujarnya.

Muhayatun berharap, BRIN dapat berkontribusi dalam menangani permasalahan ini. Ia juga berharap Indonesia dapat memanfaatkan teknologi nuklir untuk membantu memecahkan permasalahan polusi udara tersebut. Dengan menggunakan teknologi ini, kata dia, pemerintah dapat memperoleh strategi yang tepat dalam membuat kebijakannya.

“Kita dapat saling bersinergi demi Indonesia yang lebih maju, Indonesia yang lebih sehat, untuk mencapai Indonesia emas tahun 2045,” kata dia.

Pilihan Editor: Energy Watch: Indonesia Belum Siap Manfaatkan Nuklir dalam Waktu Dekat

Berita terkait

Tim Unpad Usung Sensor Gelatin Babi dari Limbah Kulit Jeruk ke Pimnas 2024

7 jam lalu

Tim Unpad Usung Sensor Gelatin Babi dari Limbah Kulit Jeruk ke Pimnas 2024

Sensor memanfaatkan limbah kulit jeruk siam ini ditujukan tim mahasiswa Unpad untuk mengantisipasi pemalsuan makanan yang berbahan dasar gelatin babi.

Baca Selengkapnya

Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

1 hari lalu

Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

Supermoon terbesar 2024 terjadi pada Rabu malam sampai Kamis pagi ini, 18-19 September 2024.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan untuk Ketahanan Pangan dan Hadapi Iklim Ekstrem

1 hari lalu

BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan untuk Ketahanan Pangan dan Hadapi Iklim Ekstrem

Data BMKG Oktober 2023 menunjukkan banyak daerah di Indonesia rawan kekeringan yang berdampak pada usaha tani cabai.

Baca Selengkapnya

Dewan Adat Minta BRIN Tidak Pindahkan Benda Arkeologi Papua dan Mahasiswa UI Juara Kompetisi Video di Top 3 Tekno

1 hari lalu

Dewan Adat Minta BRIN Tidak Pindahkan Benda Arkeologi Papua dan Mahasiswa UI Juara Kompetisi Video di Top 3 Tekno

Topik tentang Dewan Adat minta BRIN tidak memindahkan benda arkeologi Papua ke Cibinong Science Center menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Dewan Adat Minta BRIN Tak Pindahkan Benda Arkeologi Papua ke Cibinong Science Center

2 hari lalu

Dewan Adat Minta BRIN Tak Pindahkan Benda Arkeologi Papua ke Cibinong Science Center

Dewan Adat Papua minta BRIN tidak pindahkan benda arkeologi Papua ke Gedung Koleksi Hayati di Cibinong Science Center, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Situs Megalitikum Gunung Padang Diduga Pernah Dipakai untuk Pengamatan Astronomi

2 hari lalu

Situs Megalitikum Gunung Padang Diduga Pernah Dipakai untuk Pengamatan Astronomi

Sejauh ini belum ada temuan atau bukti dari artefak astronomi di Gunung Padang.

Baca Selengkapnya

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

3 hari lalu

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

Megawati mengatakan Indonesia butuh bantuan dalam proses ilmu dasar bidang nuklir, metalurgi, kimia, nanoteknologi, bioteknologi dari Rusia.

Baca Selengkapnya

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

3 hari lalu

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

Peristiwa Supermoon diwarnai potensi banjir rob di pesisir Indonesia. Sementara di luar negeri, Supermoon akan dibayangi gerhana bulan parsial.

Baca Selengkapnya

Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

5 hari lalu

Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

Kementerian Agama menunda pemasangan chattra di stupa induk Candi Borobudur, yang semula dijadwalkan untuk diresmikan pada 18 September 2024

Baca Selengkapnya

BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

6 hari lalu

BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

BRIN kenalkan teknologi kandang khusus untuk mengatasi pencemaran limbah ternak di DAS Citarum.

Baca Selengkapnya