BRIN Ajak Masyarakat Ikut Awasi Karhutla Gambut lewat Aplikasi Simocakap
Reporter
Anwar Siswadi (Kontributor)
Editor
Yohanes Paskalis
Senin, 21 Oktober 2024 20:29 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Aplikasi yang belakangan dikembangkan oleh peneliti dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) bisa melibatkan masyarakat dalam pengawasan dan antisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kepala Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Albertus Sulaiman, mengatakan Sistem Monitoring Cuaca, Kebakaran Lahan dan Kabut Asap, disingkat Simocakap, juga memuat informasi seputar cuaca dan titik api.
“Pengguna bisa berpartisipasi. Jika melihat kebakaran lahan, difoto, lalu nanti dikirim ke pusat data,” katanya di diskusi daring Bincang Sains Kawasan Bandung-Garut edisi ke-10, pada Senin, 21 Oktober 2024.
Aplikasi Simocakap dibuat peneliti BRIN bersama beberapa mitra, seperti Center for Southeast Asian Studies (CSEAS)-Kyoto University, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis, Politeknik Bengkalis, serta Universitas Riau. Proyek ini digarap untuk memahami interaksi antara karbon dan permukaan air pada lahan gambut di Riau, mencakup Pulau Bengkalis, dengan dinamika atmosfer dan iklim yang diyakini mempengaruhi sirkulasi global.
Informasi cuaca, kata Albertus, diperoleh dari radar yang dipasang di Kabupaten Bengkalis. Di lahan gambut, para peneliti memasang alat pengukur ketinggian muka air atau water level. Secara keseluruhan, Simocakap selesai dikerjakan pada Januari 2024,
“Sistem ini juga dipasang di (area) pemadam kebakaran khusus lahan gambut,” ucapnya. “Untuk mencegah kebakaran besar.”
Menurut Albertus. Ketinggian air di lahan gambut menurun saat kemarau, sehingga rentan terbakar. Saat dilahap api, bahan organik yang sebelumnya terendam air mulai terdekomposisi dengan cepat. Karbon yang terkurung di tanah gambut akhir terlepas ke atmosfer. “Kebakaran lahan gambut bisa berlangsung lama.”
Tanah gambut biasanya berwarna hitam atau coklat tua dengan tekstur lembut dan ringan. Dengan kandungan organiknya yang tinggi, gambut sebenarnya bisa menangkap dan menyimpan karbon dalam jumlah besar. Jenis tanah ini kerap rusak bila dikeringkan untuk kebutuhan pertanian atau pembangunan.
Pilihan Editor: COP16 Konvensi Biodiversitas Digelar Mulai Hari Ini, Perdagangan Bakal Ikut Disorot