Ledakan Yang Melahirkan Komet Mini

Reporter

Editor

Rabu, 16 September 2009 10:08 WIB

TEMPO Interaktif, Potsdam - Ledakan komet terbesar yang pernah disaksikan oleh astronom ternyata melahirkan sekelompok komet mini. Komet 17P/Holmes tersebut mulai diobservasi oleh sebuah tim ilmuwan sejak Oktober 2007, setelah dilaporkan bahwa obyek dengan lebar 3,5 kilometer itu bertambah terang 1000 kali lipat hanya dalam waktu kurang dari sehari. Temuan ini akan dipresentasikan pada European Planetary Science Congress di Potsdam, Jerman, hari ini.

Rachel Stevenson, seorang peneliti dari University of California Los Angeles (UCLA) di Amerika Serikat, bersama timnya mencatat sejumlah pecahan yang menyembur dari inti komet tersebut. Mereka terus mengobservasi komet tersebut selama beberapa pekan pasca ledakan menggunakan Teleskop Kanada-Prancis-Hawaii di Hawaii dan mengamati awan debu yang dilepaskan komet tumbuh lebih besar daripada matahari.

Para astronom memeriksa serangkaian citra yang diambil selama sembilan malam dengan memakai sebuah filter digital yang dapat memperkuat fitur kecil. Mereka menemukan banyak sekali pbyek kecil yang bergerak menjauhi inti komet dengan kecepatan mencapai 125 meter per detik. Obyek itu terlampau terang untuk batu biasa, tapi lebih mirip dengan komet mini, yang menciptakan awan debu ketika es pada permukaannya menyublim langsung menjadi uap.

"Awalnya kami berpikir komet ini unik hanya karena skala ledakannya yang luar biasa besar,” kata Stevenson. “Namun kami segera menyadarai bahwa apa yang terjadi pasca ledakan menunjukkan fitur ganjil, seperti serpihan-serpihan yang bergerak cepat, yang tak pernah terdeteksi di sekitar komet lain.”

Meski ledakan komet itu luar biasa besarnya dalam hasil pencitraan teleskop, ledakan itu tak terlihat mata telanjang. Para ilmuwan juga belum yakin apa yang menyebabkan ledakan tersebut. Mereka menduga, tekanan dalam komet meningkat ketika benda antariksa itu bergerak mendekati matahari, sehingga lapisan permukaannya pecah dan melepaskan awan debu raksasa berikut serpihan yang lebih besar.

Inti komet Holmes itu sendiri tampaknya tetap utuh dan terus melintasi orbitnya walaupun telah melepaskan banyak komet mini. Komet itu memerlukan enam tahun untuk mengelilingi matahari dan bergerak di antara tepi dalam sabuk asteroid dan Jupiter.

Advertising
Advertising

Kini komet itu bergerak menjauhi matahari. Para astronom memperkirakan komet itu akan mencapai titik terdekat dengan matahari pada 2014. Pada saat itu, mereka akan memeriksa apakah ada tanda-tanda ledakan selanjutnya.

TJANDRA DEWI | SPACE

Berita terkait

Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

27 hari lalu

Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

Awal Syawal atau hari Lebaran 2024 diperkirakan akan seragam pada Rabu, 10 April 2024. Berikut ini penjelasan astronom BRIN soal posisi hilal terkini.

Baca Selengkapnya

Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

32 hari lalu

Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

Kondisi cuaca, polusi cahaya, dan sempitnya durasi bisa menghambat pengamatan Komet Setan.

Baca Selengkapnya

Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

33 hari lalu

Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

Sejumlah fenomena astronomi langka bakal terjadi sepanjang April 2024. Ada hujan meteor, gerhana matahari total, sampai okultasi bintang Antares.

Baca Selengkapnya

Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

34 hari lalu

Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

Komet 12P/Pons-Brooks alias komet setan menuju titik terdekatnya dengan matahari dan bumi. Pakar astronomi membantah isu tanda kiamat.

Baca Selengkapnya

Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

2 Februari 2024

Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

Ingin bekerja di Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika? Berikut 5 program studi di perguruan tinggi yang dibutuhkan BMKG.

Baca Selengkapnya

Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

6 Januari 2024

Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

Ada lima gerhana bulan dan matahari yang akan terjadi pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

5 Desember 2023

Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

Beberapa fenomena astronomi mewarnai langit malam Desember 2023.

Baca Selengkapnya

Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

4 Oktober 2023

Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

Gerhana bulan akan terjadi pada Ahad dini hari, 29 Oktober 2023.

Baca Selengkapnya

Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

6 September 2023

Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

DKI Jakarta meraih juara umum pada Olimpiade Sains Nasional atau OSN 2023 dengan total 71 medali.

Baca Selengkapnya

Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

4 September 2023

Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

Dzaky mengaku menyukai astronomi sejak kelas 3 SMP.

Baca Selengkapnya