Pengujian Pemulihan Sistem IT dari Bencana Masih Rendah

Reporter

Editor

Jumat, 23 Oktober 2009 16:24 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Keselamatan dan keamanan sistem IT dalam berbagai situasi adalah kondisi ideal yang diharapkan perusahaan mana pun. Akan tetapi, angka pengujian pemulihan sistem IT dari bencana (disaster recovery) masih terbilang rendah.

Itulah sebagian hasil survei Disaster Recovery (DR) yang digelar Symantec yang diumumkan di Jakarta pada Selasa lalu. Ini adalah survei global lima tahunan yang digelar Symantec terhadap 1.650 manajer TI perusahaan besar di 24 negara.

Temuan survei itu menyebutkan hanya 35 persen responden yang menguji DR sekali setahun, atau lebih jarang dari itu. Meski begitu, persentase ini sudah meningkat 12 persen ketimbang tahun lalu. Di sisi lain, yang memprihatinkan, satu dari empat pengujian masih gagal.

Tantangan yang dihadapi perusahaan tersebut antara lain kurangnya sumber daya manusia yang memiliki waktu banyak (48 persen), gangguan pengujian terhadap karyawan (44 persen), anggaran (44 persen), dan pelanggan (40 persen).

Padahal, bila gagal dalam melakukan DR, maka dampaknya berupa ongkos pemulihan yang besar akan dirasakan oleh perusahaan. Untuk setiap downtime di seluruh dunia, perusahaan mesti mengeluarkan ongkos US$ 287.600. Ini tentu sangat mengkhawatirkan.

Oleh sebab itu Symantec menyarankan perusahaan lebih banyak melakukan otomatisasi. Ini untuk menjawab kekurangan sumber daya manusia. Selain itu, perusahaan juga perlu mengimplementasi metode pengujian DR secara berulang kali namun tak mengganggu operasional bisnis.

Salah satu tren yang mempengaruhi DR saat ini adalah virtualisasi. ”Begitu konsumen memakai virtualisasi, cara untuk melakukan DR juga berubah secara keseluruhan,” kata Raymond Goh, Direktur Teknik Regional untuk Systems Engineering dan Customer Advisory Services Symantec.

Sebanyak 64 persen responden menyatakan bahwa mereka harus mengevaluasi rencana DR lantaran virtualisasi. Angka ini meningkat 55 persen dari tahun lalu. Selain itu 27 persen tak melakukan pengujian lingkungan virtual. Sebanyak 36 persen data dalam sistem yang menerapkan virtualisasi tak di-backup secara berkala.

Alasan para responden antara lain kurangnya tool untuk mengelola penyimpanan mereka. Selain itu, lagi-lagi terjadi persoalan keterbatasan sumber daya manusia, anggaran, dan ruang.

Melihat hal ini, Symantec menyarankan perusahaan mengimplementasi lebih banyak tool otomatisasi untuk meminimalisasi keterlibatan manusia dan mengatasi kelemahan lain. Symantec juga meminta perusahaan mengevaluasi dan mengimplementasi metode pengujian yang tidak mengganggu bisnis.

DEDDY SINAGA

Berita terkait

Aplikasi Chat 'Microsoft Teams' Sudah Bisa Diunduh di Android  

11 April 2017

Aplikasi Chat 'Microsoft Teams' Sudah Bisa Diunduh di Android  

Microsoft Teams adalah aplikasi grup chat canggih yang tersedia di Andorid atau iOS.

Baca Selengkapnya

Google Sediakan Ruang Rapat Virtual, Hangouts Meet  

10 Maret 2017

Google Sediakan Ruang Rapat Virtual, Hangouts Meet  

Aplikasi Hangouts Meet buatan Google memungkinkan lebih dari 30 orang bergabung dalam satu rapat.

Baca Selengkapnya

Alcatel Lucent Bentuk Tim Baru dan Perluas Pasar  

6 Desember 2016

Alcatel Lucent Bentuk Tim Baru dan Perluas Pasar  

Alcatel-Lucant memperluas target ke industri kesehatan, pendidikan, pemerintah, dan transportasi pada 2017.

Baca Selengkapnya

Desentralisasi IT Timbulkan Masalah Biaya dan Keamanan

16 November 2016

Desentralisasi IT Timbulkan Masalah Biaya dan Keamanan

Desentralisasi IT disebabkan kekurangsiapan IT dalam mendukung bisnis dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Dekati Pembeli UMKM Microsoft Selenggarakan Device Days

10 Maret 2016

Dekati Pembeli UMKM Microsoft Selenggarakan Device Days

Microsoft menyatakan Windows 10 memiliki segalah hal yang dibutuhkan pengusaha di segmen UMKM.

Baca Selengkapnya

Aplikasi Paybill.id Tawarkan Kemudahan Bayar Tagihan

14 Februari 2016

Aplikasi Paybill.id Tawarkan Kemudahan Bayar Tagihan

Aplikasi yang dibuat rumah produksi di Bandung ini diklaim aman dan data transaksi selalu dienkripsi.

Baca Selengkapnya

Hadapi Cloud Amazon-Microsoft, Google Gaet Pendiri VMware  

20 November 2015

Hadapi Cloud Amazon-Microsoft, Google Gaet Pendiri VMware  

CEO Google Sundar Pichai menjadikan penjualan ruang penyimpanan awan ke perusahaan sebagai prioritas pertumbuhan.

Baca Selengkapnya

Perluas Jaringan, Astragraphia Buka Cabang Baru

16 November 2015

Perluas Jaringan, Astragraphia Buka Cabang Baru

Astragraphia saat ini punya 29 kantor cabang dan 89 titik layanan.

Baca Selengkapnya

Keunggulan Komputasi Awan di Bidang Perbankan dan Asuransi  

8 Oktober 2015

Keunggulan Komputasi Awan di Bidang Perbankan dan Asuransi  

Penggunaan cloud computing meningkat karena industri semakin sadar manfaat efisiensi biaya yang ditawarkan jasa ini.

Baca Selengkapnya

Google Resmi Jadi Anak Perusahaan Alphabet  

3 Oktober 2015

Google Resmi Jadi Anak Perusahaan Alphabet  

Alphabet dijalankan oleh pendiri Google, Larry Page.

Baca Selengkapnya