Antartika Mulai Menciut

Reporter

Editor

Rabu, 25 November 2009 17:42 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Tidak ada yang menyangka benua es di kutub selatan Bumi, Antartika, ternyata juga bisa meleleh dan menciut. Analisis terhadap data dari satelit pengukur gravitasi milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Grace, mengungkapkan bahwa pemanasan global mampu menjebol dinding-dinding bekunya di bagian timur yang sangat tebal, dingin, dan kukuh. Kulit es di sana mengelupas sepanjang tiga tahun terakhir.

Para peneliti yang mengerjakan analisis itu juga terkejut atas temuan tersebut. Pasalnya, ini terjadi di Antartika Timur--bukan bagian barat, yang memiliki semenanjung--yang selama ini dikenal stabil dan malah bisa bertambah luas. "Kami sangat terkejut melihat perubahan di Antartika Timur," ujar Jianli Chen dari Pusat Riset Antariksa di University of Texas, Austin, ketua tim.

Chen menggunakan data dari satelit kembar Gravity Recovery and Climate Experiment (Grace). Satelit yang terbang dalam formasi rapat dan mendeteksi perubahan gravitasi menit per menit itu pulalah yang sebelumnya menegaskan terjadinya penciutan dan kehilangan massa di Antartika Barat dan Greenland di Arktik.

Setelah relatif tetap (laju kehilangan es di musim panas dan pembentukannya di musim dingin seimbang) sepanjang 2002-2006, hasil pengukuran Grace menduga sebanyak 57 miliar ton (Gt) es telah mencair di Antartika Timur dan tak pernah kembali selama tiga tahun terakhir. Erosi es itu terjadi di banyak bagian, tapi yang terutama di pantainya.

Angka ini memang masih relatif kecil jika dibandingkan dengan es yang hilang dari tetangganya, Antartika Barat, ataupun Greenland. Di tempat yang pertama, es mencair sebanyak 132 Gt setiap tahunnya. Sedangkan di Greenland, kombinasi data dari Grace dan hasil pengukuran lainnya melahirkan angka kehilangan es itu sebesar 273 Gt per tahun.

Dua tubuh es itu--tanpa Antartika Timur--jika mencari, seluruhnya mampu melambungkan muka air laut dunia setinggi 6-7 meter. Dengan lapisan es Antartika Timur, muka laut bisa lebih tinggi lagi menjadi sekitar 50-60 meter.

Meski begitu, banyak ahli yang belum yakin soal laju kehilangan es di Antartika Timur akan sedrastis di dua tubuh es yang lainnya itu. Selain suhu setempat yang masih jauh di bawah nol derajat Celsius, proses fisik penciutan itu pun belum diketahui.

"Di kawasan pantai ini, pulau-pulau es bisa terbentuk dan hanyut karena interaksi Antartika dengan samudra atau Antartika dengan pola cuaca tertentu, atau bisa juga karena danau subglasial yang mengalir di bawahnya yang melumasi gletser," kata Leigh Stearns, peneliti dari University of Kansas. Jika yang terjadi adalah kemungkinan ketiga, tentu, tidak sama dengan perubahan iklim.

Untuk mencari tahu proses fisik penyebab hilangnya es di Antartika Timur, Chen dan kawan-kawan hendak melakukan survei udara.

WURAGIL l NATUREGEOSCIENCE | BBC

Berita terkait

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

29 Mei 2023

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

Banyak faktor yang membuat fenomena kekeringan terjadi. Seperti badai El Nino 2015 di Indonesia dan masih banyak lagi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

14 September 2022

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

Mahasiswa UGM menggagas inovasi pemanfaatan aspal sebagai kolektor panas Asphalt Thermal Collector untuk mengurangi peningkatan suhu.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

3 Juni 2022

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

Anies Baswedan mengatakan balapan Formula E merupakan jawaban Jakarta untuk menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global.

Baca Selengkapnya

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

24 September 2021

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

Pradikta Wicaksono mengungkapkan kejengkelannya ketika penampilannya yang disebut dekil, kurus, dan gondrong ini dikaitkan dengan tuntutan menikah.

Baca Selengkapnya

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

31 Agustus 2021

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

Setiap generasi memiliki ciri spesifiknya, apa perbedaan Generasi Z dan pendahulkunya, Generasi Milenial?

Baca Selengkapnya

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

31 Agustus 2021

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

Istilah Generasi Z berseliweran di media sosial. Apa sebenarnya yang dimaksud Gen Z ini dan bagaimana ciri-cirinya?

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

20 April 2021

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

Ekonom senior Faisal Basri ikut mendorong perbankan untuk tidak lagi membiayai proyek-proyek batu bara.

Baca Selengkapnya

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

6 April 2021

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

BMKG mengatakan dampak siklon ke-10 ini yang paling kuat dibandingkan siklon-siklon sebelumnya, Masuk ke daratan dan menyebabkan banjir bandang.

Baca Selengkapnya

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

18 Januari 2021

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

Mensos Risma menyebut peristiwa erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur kemungkinan sebagai dampak dari pemanasan global atau global warming.

Baca Selengkapnya

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

15 Oktober 2019

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

Pariwisata menyumbang pembuangan karbon dalam Global warming. Itulah yenga mendorong pebisnis tur Rick Steves menyumbang US$ 1 juta.

Baca Selengkapnya