Pesawat Ulang-Alik Pensiun, Astronot Menumpang Taksi ke Antariksa  

Reporter

Editor

Senin, 8 Februari 2010 10:56 WIB

Roket Ares I-X. AP/John Raoux
TEMPO Interaktif, Washington - Tahun 2010 adalah tahun perubahan besar bagi National Aeronautics and Space Administration (NASA). Badan Antariksa Amerika Serikat itu tak lagi memiliki pesawat antariksa "pribadi" setelah seluruh pesawat ulang-aliknya pensiun akhir tahun ini. Sebagai gantinya, mereka harus menyewa taksi antariksa sejumlah perusahaan swasta.

Keputusan untuk menyewa itu adalah bagian dari kebijakan pemerintahan Presiden Barack Obama. Dalam anggaran belanja yang diajukan Obama, pekan lalu, dia tak hanya mencoret program Constellation senilai US$ 100 miliar (hampir Rp 944 triliun) yang dicanangkan pendahulunya, George W. Bush, tapi juga menyodorkan pengeluaran US$ 6 miliar selama lima tahun untuk mengembangkan taksi antariksa swasta. Dalam program Constellation, NASA difokuskan kembali mengeksplorasi bulan dan menyiapkan roket Ares sebagai pengganti pesawat ulang-alik.

Selasa lalu, NASA telah memberikan dana hibah sebesar US$ 50 juta (Rp 469 miliar) kepada lima firma swasta, yakni Boeing dari Houston; Paragon Space Development dari Tucson, Arizona; Sierra Nevada dari Sparks, Nevada; United Launch Alliance dari Denver; dan Blue Origin. Hibah awal itu merupakan langkah awal penerapan visi Obama, yang mengalihkan transportasi antariksa ke sektor komersial. Terdapat pula dua perusahaan lain yang telah bekerja sama dengan NASA dalam program Constellation.

Di antara para calon penyedia taksi antariksa itu, terdapat perusahaan milik pionir Internet, Jeff Bezos (Amazon) dan Elon Musk (PayPal). Bezos menjalankan Blue Origin, perusahaan yang berbasis di Kent, Washington. Perusahaan yang sebelumnya hanya berwacana tentang meluncur ke suborbital itu, kini akan berkompetisi untuk mencapai orbit sebagai taksi antariksa. Space X, perusahaan Musk di Hawthorne, California, telah berhasil membuat sebuah roket yang diberi nama Falcon dan kapsul Dragon.

Pada 2009, badan antariksa itu memberikan kontrak US$ 3,5 miliar kepada Orbital Science dan SpaceX untuk 20 unit kargo komersial pengangkut suplai ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Kedua perusahaan itu ada kemungkinan juga bakal mengembangkan taksi pengangkut awak. Musk mengatakan Space X dapat menerbangkan astronot dalam kontrak final tiga tahun. Dia menyatakan kesanggupannya menyediakan taksi antariksa dengan ongkos muka US$ 20 juta, kurang dari separuh harga yang diminta Rusia untuk menerbangkan astronot NASA menggunakan kapsul Soyuz.

Kepala NASA Charles Bolden dan para pejabat perusahaan swasta itu menjamin keamanan taksi antariksa tidak akan dilupakan meski mereka bertujuan mencari keuntungan dalam lahan baru itu. Kekhawatiran terhadap keselamatan para astronot itu diutarakan oleh sejumlah anggota Kongres Amerika. "Keselamatan awak sangat diutamakan," kata Mike Gass, Presiden United Launch Alliance.

Perusahaan Gass memperoleh cipratan dana US$ 6,7 juta dari NASA, sehingga roket-roket Atlas dan Delta miliknya lebih terpantau baik untuk menjamin keamanan setiap astronot yang duduk dalam kapsul roket itu. Blue Origin milik Bezos menerima US$ 3,7 juta dari NASA untuk mengerjakan sistem peluncuran penyelamatan jenis baru bagi awak yang ada di puncak roket.

"Saya memahami betapa besarnya tantangan dalam pengiriman manusia ke orbit dan memiliki teman-teman yang meninggal dunia ketika mencoba melakukannya," kata Bolden, mantan komandan pesawat ulang-alik. "Saya berjanji akan bekerja keras untuk menjamin bahwa apa pun dilakukan dengan efisien dan aman."

Untuk meningkatkan keamanan sekaligus menekan biaya tetap rendah, NASA tak hanya mencari satu pemenang dari ketujuh perusahaan tersebut. Mereka berharap ada beberapa pesawat antariksa yang siap mengangkut awaknya. "Bahkan terbuka kemungkinan lebih dari tujuh yang ada sekarang," kata Bolden.

Perubahan dramatis yang digariskan pemerintahan Obama tersebut mendorong NASA kembali ke masa sebelum Apollo 1959-1960, ketika badan tersebut masih sebatas lembaga riset dan pengembangan, bukan pabrik rekayasa seperti sekarang. Demikian diungkapkan Harry Lambright, pakar kebijakan publik di Syracuse University.

"Itu akan menjungkirbalikkan NASA. Kebijakan itu akan membawa kembali badan itu ke masa lalu, masa pra-Apollo," kata Lambright. Dia menyatakan kebijakan itu adalah pertaruhan yang mungkin bakal gagal.

Howard McCurdy, sejarawan dan pakar kebijakan antariksa dari American University, mengatakan apa yang terjadi sebagian adalah perputaran dan sebagian lagi membutuhkan penemuan kembali. "Jelas apa yang mereka coba lakukan adalah membuatnya terlihat positif. Bukannya membuat kebijakan ini sebagai sebuah kisah pembatalan, ini adalah cerita tentang awal yang baru," kata McCurdy.

TJANDRA DEWI | AP | NASA | REUTERS

Berita terkait

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

42 hari lalu

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.

Baca Selengkapnya

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.

Baca Selengkapnya

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.

Baca Selengkapnya

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.

Baca Selengkapnya