Sawit Ditanam, Pemanasan Global Meningkat  

Reporter

Editor

Selasa, 16 Februari 2010 09:20 WIB

Perkebunan Kelapa Sawit. TEMPO/Arie Basuki
TEMPO Interaktif, Jakarta - Masalah lahan gambut baru mencuat sejak dasawarsa 1980-an. Ketika itu pemerintah mengizinkan perusahaan swasta membuka dan mengembangkan lahan gambut dalam skala besar, yakni 5.000-100 ribu hektare. Sawit Watch mencatat Indonesia telah menanam 7.5 juta hektare lahan dengan sawit, yang menghasilkan sekitar 19 juta ton CPO. Sebagian besar lahan itu berada di lahan gambut.

Dari hasil penelitian Sawit Watch dan Bambang Hero Saharjo (Fakultas Kehutanan IPB), pembukaan kebun sawit di lahan gambut mempercepat pemanasan global akibat terlepasnya gas rumah kaca, terutama karbon dioksida yang tersimpan di gambut.

Berdasarkan penelitian di Tanah Grogot, Kalimantan Timur, kebun sawit yang ditanam di tanah mineral selama 25 tahun hanya mampu menyerap 130 ton CO2 eq per hektare. Kalaupun bervariasi, kemungkinan besar tidak akan lebih dari 180 ton CO2 eq, mengingat kandungan karbon pada bagian atas permukaan tanah di kebun sawit adalah 39,94 ton per hektare atau setara dengan 146,58 ton CO2 eq per hektare. "Emisi GRK yang realistis dari lahan gambut yang terdrainase adalah 25-55 ton CO2-eq per hektare per tahun atau sekitar 625-1375 ton CO2-eq untuk selama 25 tahun," kata Bambang.

Pada 2008, WWF melaporkan bahwa rata-rata tahunan emisi C02 dari lahan gambut di Riau (1990-2007) yang dihasilkan untuk perkebunan adalah 0,22 Gt, yaitu sekitar 79 persen total emisi C dari sektor energi. Selain karena proses dekomposisi bahan gambut, emisi lantaran kebakaran di lahan ini rentan.

Selain pengemisi karbon dioksida, ancaman lain dari penanaman sawit di lahan gambut adalah subsiden. Menurut Nyoman Suryadiputra, Ketua Wetland International, amblesan merupakan hasil dari oksidasi karbon (carbon loss ke udara dan atau ke air). "Juga mengerutnya gambut dan kompaksi," katanya. Lembaga ini pernah melakukan penelitian di Riau, tempat di mana terdapat sawit joget. Laju subsidence 1 sentimeter tiap tahun per 10 sentimeter drainase.

Menurut Supiandi Sabiham, kecepatan subsiden berdasarkan perbedaan kedalaman saluran. "Penurunan stabilitas gambut setelah terjadi konversi lahan," kata guru besar Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan IPB. Dari hasil penelitian sejumlah ahli, katanya, pada tahun pertama amblesan sebesar 20-50 sentimeter. Mulai tahun kedua sebesar 2-5 sentimeter tiap tahunnya.

UNTUNG WIDYANTO

Berita terkait

Koalisi Lingkungan Persoalkan Pengelolaan Lahan Gambut RAPP

21 Oktober 2017

Koalisi Lingkungan Persoalkan Pengelolaan Lahan Gambut RAPP

EoF mensinyalir APRIL melalui RAPP sengaja mengabaikan Surat Peringatan kedua Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan soal pengelolaan lahan gambut

Baca Selengkapnya

Ini Kelebihan Pemetaan LiDAR pada Restorasi Gambut

1 September 2017

Ini Kelebihan Pemetaan LiDAR pada Restorasi Gambut

Nazir mengatakan teknologi LiDAR ini dioperasikan menggunakan pesawat terbang.

Baca Selengkapnya

BRG Targetkan 2 Juta Hektar untuk Restorasi Lahan Gambut

24 Agustus 2017

BRG Targetkan 2 Juta Hektar untuk Restorasi Lahan Gambut

Badan Restorasi Gambut menargetkan restorasi lahan gambut sebanyak 2 juta hektar dan sampai kini baru 600 ribu hektar yang berhasil direstorasi.

Baca Selengkapnya

BRG Serahkan Hasil Pemetaan Lahan Gambut dengan Teknologi LiDAR

24 Agustus 2017

BRG Serahkan Hasil Pemetaan Lahan Gambut dengan Teknologi LiDAR

BRG menyerahkan hasil pemetaan lahan gambut yang diproduksi menggunakan teknologi LiDAR ke Kementerian Kehutanan dan Badan Informasi Geospasial.

Baca Selengkapnya

Regulasi Gambut Bikin Pabrik Kertas & Pulp Riau Impor Bahan Baku

14 Juni 2017

Regulasi Gambut Bikin Pabrik Kertas & Pulp Riau Impor Bahan Baku

Pabrik kertas & pupl mengimpor hingga 9,5 juta meter kubik per
tahun, karena terancam kekurangan baku akibat rencana
penerapan PP gambut yang baru.

Baca Selengkapnya

Sumatera Selatan Revegetasi Gambut di Lahan 1.000 Hektare  

10 Mei 2017

Sumatera Selatan Revegetasi Gambut di Lahan 1.000 Hektare  

Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengatakan kawasan revegetasi di lahan gambut di wilayahnya bakal bertambah menjadi lebih dari 1.000 hektare.

Baca Selengkapnya

Kalimantan Barat Restorasi 32.400 Lahan Gambut  

23 Februari 2017

Kalimantan Barat Restorasi 32.400 Lahan Gambut  

Badan Restorasi Gambut bersama Pemerintah Kalbar telah memulihkan 27% lahan gambut dari total gambut yang rusak seluas 120.000 ha.

Baca Selengkapnya

Kementerian Lingkungan Sediakan Tanah Ganti Lahan Gambut

23 Februari 2017

Kementerian Lingkungan Sediakan Tanah Ganti Lahan Gambut

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyediakan pengajuan tanah pengganti atau land swap pemegang izin usaha kehutanan sesuai dengan PP 57 Tahun 2014.

Baca Selengkapnya

Soal Revisi PP Lahan Gambut, Ini Pasal-pasal Kontroversial  

20 Februari 2017

Soal Revisi PP Lahan Gambut, Ini Pasal-pasal Kontroversial  

Forum Group Discussion bekerjasama Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya, dan Masyarakat Perkelapasawitan mendesak revisi PP No. 57 tahun 2016.

Baca Selengkapnya

Menteri LHK: Restorasi Lahan Gambut Selamatkan Obyek Vital  

11 Januari 2017

Menteri LHK: Restorasi Lahan Gambut Selamatkan Obyek Vital  

Lahan gambut yang tidak terawat bisa kering, dan saat musim kemarau bisa menyebabkan kebakaran hutan.

Baca Selengkapnya