Manusia Dirancang untuk Berjalan Atau Berlari?  

Reporter

Editor

Rabu, 17 Februari 2010 08:38 WIB

sxc.hu
TEMPO Interaktif, Salt Lake City - Kecepatan Usain Bolt, pemegang rekor dunia lari 100 meter, menunjukkan bahwa manusia dapat berlari separuh kecepatan cheetah, binatang tercepat di dunia. Namun temuan sebuah studi yang dilakukan ilmuwan Amerika Serikat memperlihatkan bahwa pada dasarnya manusia tak dirancang untuk berlari.

Gaya berjalan manusia yang melangkah dengan tumit menyentuh tanah terlebih dulu, diikuti dengan bantalan dan jari kaki, merupakan bukti bahwa kita beradaptasi untuk berjalan, bukan berlari. Gaya melangkah seperti itu memerlukan energi lebih sedikit daripada berjalan dengan bantalan kaki, yang menyerap 53 persen lebih besar. Gaya itu juga jauh lebih efisien dibanding berjalan dengan jari kaki yang membutuhkan 83 persen energi lebih banyak.

Tak hanya manusia yang mengembangkan cara berjalan yang hemat energi itu. Kerabat jauhnya, kera besar lain--simpanse, gorilla dan orangutan--juga beruang adalah beberapa jenis mamalia yang melangkah dengan bagian tumit menyentuh tanah terlebih dahulu.

Studi ilmuwan University of Utah itu memperlihatkan bahwa tumit manusia menyentuh tanah pada awal setiap langkah. “Pada sebagian besar mamalia, tumit tetap terangkat selama berjalan dan berlari,” kata David Carrier, peneliti senior studi baru yang telah dipublikasikan secara online dalam Journal of Experimental Biology, akhir pekan lalu. “Sebagian besar mamalia, seperti anjing dan kucing, berjalan dan berlari dengan bantalan kaki. Binatang berkuku seperti kuda dan rusa berlari dan berjalan pada ujung jari mereka. Hanya sejumlah spesies yang mendarat dengan tumitnya, yaitu beruang, manusia dan kera besar lain.”

Studi Carrier menunjukkan bahwa postur tumit menyentuh tanah meningkatkan ekonomi berjalan, tapi bukan ekonomi berlari. “Anda akan mengonsumsi energi lebih besar ketika anda berjalan dengan bantalan kaki atau jari daripada dengan tumit terlebih dulu,” kata dosen biologi itu.

Gaya berjalan ekonomis ini kemungkinan telah membantu manusia pemburu-pengumpul purba berjalan jauh untuk menemukan makanan, katanya. Keunggulan ini bukan monopoli manusia karena kera besar lain juga berjalan dengan gaya serupa. Itu berarti karakteristik tersebut berkembang sebelum nenek moyang manusia maupun kera besar turun dari pohon.

“Nenek moyang manusia memiliki postur kaki seperti ini ketika masih hidup di atas pohon,” ujarnya. “Berjalan dengan tumit telah dimiliki kera besar, tetapi mereka tidak berjalan jauh. Sehingga ekonomi berjalan kemungkinan tidak menjelaskan postur kaki dan bagaimana perubahannya, meski postur itu membantu kita berjalan secara ekonomis.”

Carrier menduga postur kaki tumit menjejak tanah terlebih dulu itu amat berguna pada saat berkelahi dengan meningkatkan stabilitas dan memberikan lebih banyak tenaga putaran ke tanah untuk berputar, mendorong dan menggali. Tumit juga meningkatkan ketangkasan dalam manuver berbalik dengan cepat.

Dalam eksperimennya, Carrier dibantu oleh Nadja Schilling, pakar zoologi di Friedrich Schiller University of Jena, Jerman dan Christoph Anders, dokter di University Hospital Jena. Studi mereka melibatkan 27 sukarelawan, sebagian besar atlet berusia 20-an, 30-an dan 40-an. Setiap sukarelawan itu diminta berjalan atau berlari dengan tiga cara berbeda, yaitu melangkah dengan tumit, atau memakai bantalan kaki dengan tumit sedikit terangkat atau berjinjit dengan tumit terangkat lebih tinggi.

Di laboratoriumnya, Carrier dan timnya mengukur konsumsi oksigen serta energi yang digunakan oleh 11 sukarelawan yang diminta berjalan atau berlari di atas treadmill. Pengukuran dilakukan dengan memasang masker menutupi wajah para sukarelawan. Untuk menghitung tenaga yang disalurkan ketika kaki menjejak, mereka diminta berjalan di atas sebuah “plat tenaga.”

Sebagian studi juga dilakukan di laboratorium Anders di Jerman. Tim ilmuwan itu meminta 16 orang berjalan atau berlari di atas treadmill sementara mereka memonitor aktivitas otot yang membantu pergelangan kaki, lutut, pinggul dan punggung bekerja selama tubuh berjalan dan berlari.

Hasil studi mereka menunjukkan bahwa berjalan dengan tumit terlebih dulu tidak lebih ekonomis karena gaya itu lebih stabil atau melibatkan langkah panjang dan lebih sedikit, melainkan lebih sedikit energi yang dilepaskan dan hilang ke dalam tanah. “Kita juga mempunyai kekuatan mengungkit lebih besar, serta perubahan energi kinetik dan potensial yang lebih efisien,” kata Carrier.

L TJANDRA DEWI | SCIENCEDAILY

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya