Jambi Turunkan Emisi Karbon 70 Juta Ton  

Reporter

Editor

Selasa, 13 April 2010 13:57 WIB

Hutan Gambut yang telah terbakar. TEMPO/Robin Ong

TEMPO Interaktif, Jambi - Pemerintah Provinsi Jambi bertekad untuk mengurangi emisi karbonnya sebesar 70 juta ton hingga tahun 2030. Upaya ini sebagai salah satu bentuk komitmen daerah ini dalam mengurangi emisi karbon dunia yang sudah sangat memprihatinkan.

Langkah itu diambil mengingat hasil perhitungan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Jambi menyumbang sebesar 57 juta ton karbon emisi pada 2005. "Bila tidak ada upaya untuk menguranginya, dikhawatirkan pada 2030 bisa meningkat menjadi 74 juta ton," kata Arfan, Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jambi, kepada Tempo, Selasa (13/4).

Penyebab semua itu, akibat terjadinya kebakaran lahan dan hutan, eksploitasi hutan alam serta adanya penegelolaan kawasan gambut tidak tepat.

Atas dasar itu, maka pemerintah setempat, antara lain akan memulai kegiatannya dengan pencegahan kebakaran lahan dan hutan, mengelola lahan gambut dengan menggunakan manajemen tepat serta menghentikan adanya upaya pengelolaan hutan alam secara berkelanjutan.

Khusus pengelolaan kawasan gambut, dengan mereklamasi kawasan hutan lindung gambut dengan kedalaman lebih dari tiga meter, yakni di kawasan Taman Nasional Berbak, luas keseluruhannya mencapai 140 ribu hektare dan di beberapa lokasi lainnya yang mencapai 62.204 ribu hektare lebih.

Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Jambi AM Firdaus mengemukakan, peningkatan pertumbuhan ekonomi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, tentunya akan menambah pula jumlah dan ragam kegiatan masyarakat.

Pada gilirannya akan dapat mempengaruhi alam dan lingkungan, karena dari kegiatan masyarakat tersebut tidak jarang menambah kerawanan, kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Pengelolaan sumber daya pembangunan yang tidak mengikuti prinsip pengelolaan lestari terhadap lingkungan, antara lain dapat mengakibatkan tanah, air dan udara akan terus mengalami degradasi, sehingga dapat menimbulkan bencana lingkungan.

“Salah satu isu lingkungan yang sangat menonjol dan menjadi perhatian masyarakat dunia. Akhir-akhir ini adalah masalah pemanasan global (global warming)," katanya.

Konferensi Perubahan Iklim di Copenhagen beberapa waktu lalu, pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengurangan emisi karbon sebesar 26-41 persen sampai tahun 2020. Ini tentunya harus dijabarkan dalam rencana aksi nasional, merupakan rangkuman rencana aksi setiap provinsi.

Provinsi Jambi sendiri telah membuat langkah-langkah strategis dalam bentuk rencana aksi untuk mengurangi emisi melalui konsep pembangunan rendah emisi karbon.

Pemerintah Australia telah menetapkan Provinsi Jambi sebagai salah satu daerah di Indonesia sebagai kawasan percontohan dalam membangun kawasan hutan. Tujuannya, tidak hanya menjadikan hutan tetap lestari, tapi juga sekaligus membantu meningkatkan tarap hidup masyarakat.

Australia sudah menyatakan kesanggupannya untuk membantu keinginan tersebut, mulai dari dana hingga pada pembinaan dan peningkatan sumber daya manusia. Dana yang akan dikucurkan mencapai 30 juta dolar Australia atau setara Rp250 miliar.

Dipilihnya Provinsi Jambi, karena kondisi hutan di daerah ini dinilai masih relatif cukup baik, terutama di beberapa kawasan hutan di taman nasional, hutan adat dan taman hutan rakyat.

Provinsi Jambi dalam kegiatan ini akan membangun kawasan hutan kering. Sementara daerah lain yang dipilih dan mendapatkan bantuan, yakni Provinsi Kalimantan Timur, khusu kawasan hutan gambut.

Tujuannya, merupakan bentuk kepedulian pemerintah Australia mengurangi emisi karbon sebagai penyebab pemanasan secara global.

Duta Besar Australia untuk Indonesia Bill Farmer, kepada Tempo, akhir Februari lalu, di Jambi, mengakui jika pihaknya benar-benar serius untuk melakukan kerjasama dengan Indonesia dalam upaya membangun kawasan hutan.

"Kami memang sangat ingin melakukan kerja sama untuk masalah ini, tapi kami juga tidak memaksa. Bila pemerintah Indonesia juga memiliki pemikiran dan keinginan yang sama, kenapa tidak," ujar Farmer.

SYAIPUL BAKHORI

Berita terkait

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

2 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

4 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

5 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

6 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

13 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

16 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

17 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

17 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

22 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya