Orang Tibet Punya Gen Unik Hingga Bisa Hidup dengan Oksigen Tipis  

Reporter

Editor

Sabtu, 15 Mei 2010 10:23 WIB

sxc.hu

TEMPO Interaktif, Utah - Warga Tibet yang hidup di "atap" bumi mempunyai gen unik. Gen unik ini berevolusi sehingga membantu mereka bertahan hidup di ketinggian puncak gunung yang miskin oksigen.

Ilmuwan mengatakan, genetik mereka membuat langkah pencegahan dari penyakit ketinggian yang berpotensi fatal pada penderita kurang oksigen. Sebagai hasilnya, mereka bernapas dengan mudah dalam kondisi udara yang tipis. Padahal kondisi seperti itu biasanya menjadi penyebab penyakit bertambah parah atau bahkan membawa kematian.

Para ilmuwan membuat penemuan setelah pengambilan sampel darah dari 31 warga di sebuah desa di Tibet, yang terletak di ketinggian 14,720 kaki atau sekitar 4.486 meter di atas permukaan laut.

Analisis DNA penduduk desa setidaknya mengungkapkan 10 gen yang dapat membantu tubuh mereka mengatasi di hidup di daerah ketinggian. Dua bagian tertentu mempengaruhi haemoglobin, oksigen yang membawa molekul dalam sel darah merah.

"Apa yang unik tentang orang-orang Tibet adalah mereka tidak mengembangkan jumlah sel darah merah tinggi," kata Profesor Joseph Prchal, salah seorang peneliti dari Universitas Utah di Amerika Serikat. "Jika kami bisa memahami ini, kami bisa mengembangkan terapi untuk penyakit manusia."

Advertising
Advertising

Dataran tinggi Tibet, dikenal sebagai atap dunia, adalah dataran tertinggi di Bumi. Ini adalah dataran tinggi, termasuk dua puncak tertinggi, yakni Everest dan K2.

Para ilmuwan percaya orang-orang yang tinggal di wilayah ini menyesuaikan dengan lingkungan mereka lebih dari ribuan tahun melalui seleksi alam.

Penduduk yang belajar untuk bertahan hidup di dataran tinggi lainnya di dunia, seperti penduduk Amerika Selatan di pegunungan Andes, dan warga Etiopia di pegunungan Afrika. Namun, tak satu pun yang mengalami perubahan genetik yang sama dengan Tibet.

Sakit pada ketinggian, yang biasanya menyerang pendaki gunung, dapat berakibat fatal. Biasanya berpotensi membangun cairan di otak dan paru-paru. Warga Tibet tampaknya tidak akan mendapatkan efek semacam ini.


PA| NUR HARYANTO


Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya