Deteksi Autis Dari Tidur Bayi

Reporter

Editor

Rabu, 19 Mei 2010 12:31 WIB

REUTERS

TEMPO Interaktif, Amerika – Mengamati pola tidur bayi anda bisa menjadi salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya gangguan perkembangan si kecil. Sebuah studi dari University of Florida menyebutkan risiko autis dan disleksia (ketidakmampuan belajar disebabkan kesulitan membaca dan menulis) dapat diketahui dari pola tidur bayi yang baru lahir.

“Kami menemukan gejalanya dari pola tidur bayi yang baru lahir,” kata psikolog University of Florida, Dana Byrd. Menurut dia, anak yang baru berusia satu hingga dua hari dengan waktu tidur 16 sampai 18 jam sehari dapat belajar atau menyerap informasi dan pengetahuan dengan cepat.

Untuk mengetahi bagaimana bayi yang baru lahir mulai dapat "belajar", Byrd bersama rekan-rekannya mengetes kemampuan belajar dengan cara menyenandungkan nada kepada bayi-bayi yang sedang tertidur sambil menghembuskan angin lembut ke kelopak matanya secara berulang-ulang. Dua puluh menit kemudian, 24 dari 26 bayi yang masih tertidur itu menggerak-gerakkan kedua kelopak matanya secara bersamaan ketika musik masih menyala tanpa hembusan angin.

Selain mengamati gerakan pada kelopak mata, para peneliti juga menggunakan alat perekam gelombak otak untuk mengetahui sistem kerja syaraf pada otak. Hasilnya, terjadi perubahan atau pergerakan syaraf pada 24 bayi yang menggerakkan kelopak matanya sebagai tanda pembaruan ingatan. "Metode ini dilakukan untuk mengetahui kerja sistem syaraf pada saat anak-anak masih terlelap,” katanya.

Byrd mengatakan, penelitian sebelumnya menyebutkan pendeteksian kemampuan respon syaraf hanya dapat dilakukan ketika bayi sedang terjaga. “Jadi ini adalah penelitian terbaru yang dilakukan ketika bayi masih terlelap,” katanya. Tenyata dalam waktu tidur bayi baru lahir yang sangat panjang itu, menurut Byrd, mereka tetap dapat menyerap informasi dan merespon informasi tersebut dengan tepat.

Dengan adanya respon melalui gerakan kelopak mata tadi, artinya struktur syaraf, khsusnya cerebellum -bagian dari otak besar- pada otak bayi itu berfungsi dengan baik. "Artinya, ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi autis dan disleksia," katanya.

Namun, dia menjelaskan, pola tidur anak yang baru lahir ini tidak dapat diterapkan pada anak yang sudah besar atau orang dewasa karena tidur pada anak baru lahir lebih "damai" tanpa dipengaruhi detak jantung dan nafas dapat berubah-ubah dengan cepat.

Selain itu, otak pada anak yang baru lahir memiliki syaraf yang masih kenyal sehingga memungkinkan perubahan dalam sistem syarafnya. "Anak yang baru lahir mudah beradaptasi karena otak mereka mulai belajar menyesuaikan diri,' katanya.

Hasil penelitian tim ini sudah dipublikasikan pekan ini di Proceedings of the National Academy of Sciences. Penelitian ini dilakukan terhadap bayi yang baru berusia satu atau dua hari.

Rini K | Sciencedaily

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya