Ilmuwan Hitung Volume Dan Kedalaman Laut Via Satelit

Reporter

Editor

Kamis, 20 Mei 2010 15:50 WIB

Teori tabrakan matahari dengan bumi

TEMPO Interaktif, Jakarta – Para peneliti dari Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI) Department of Marine Chemistry and Geochemistry Amerika Serikat mulai menghitung volume dan kedalaman air laut melalui satelit.

“Data yang ada saat ini adalah kondisi air laut pada 30 hingga 40 tahun yang lalu,” kata Matthew Charette. Pengukuran melalui satelit, jelas Charette, dilakukan karena lebih akurat dan detil.

Charette melakukan pengukuran ini bersama rekannya Walter H.F. Smith, seorang Geophysicist pada Nasional Environmental Satellite, Data and Information Service of The Nasional Oceanic and Atmospheric Administration. Menurut dia, jika anda mencari tahu berapa kedalaman dan volume air laut melalui daring pencarian Google, dia mengatakan, anda anda mendapatkan lima jawaban yang berbeda.

Dari pengukuran sementara melalui satelit, Charette memperkirakan jumlah volume air laut kira-kira sebanding dengan lima kali air laut di teluk Meksiko atau lima ratus kali lebih banyak dari Great Lakes. “Jumlah ini lebih sedikit 0,3 persen ketimbang perkiraan yang ada pada 30 tahun lalu,” ujarnya.

Charette dan Smith dibuat takjub dengan keakuratan pengukuran volume air laut yang dilakukan John Murray, seorang peneliti pada tahun 1888 yang mengukur volume air laut dengan cara menjatuhkan tali yang diberi pemberat berupa timah dari sebuah kapal. “Hasil pengukuran Murray hanya selisih 1,2 persen dari

Mulai tahun 1920-an, para ilmuwan mulai menggunakan alat echosounder -alat untuk mengukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara.

Penghitungan melalui satelit ini, menurut Charette adalah yang pertama kali di dunia. Hasilnya memang memberikan data volume air laut yang lebih sedikit ketimbang hasil penghitungan melalui echosounder. Namun, Charette mengatakan, ini bukan karena air laut semakin berkurang.

Penyebabnya, jelas dia, karena perbedaan daya sorot alat tersebut terhadap kondisi di bawah laut. “Di bawah laut itu terdapat gunung dan bantuan yang menurut alat echosounder adalah tempat air,” katanya. Hasil radar satelit menunjukkan bahwa kedalaman lautan itu berbeda-beda.

Penghitungan melalui satelit ini dapat menampakkan seluruh bentuk permukaan laut di dunia secara virtual, kecuali beberapa daerah di Arctic atau Kutub Utara yang tertutup es. "Dari sini kita dapat melihat gambar yang lebih baik tentang potongan atau bentuk dan volume air laut," katanya.

Namun pengukuran melalui satelit juga memiliki kelemahan. "Ada masalah di sisi resolusi spasialnya, seperti fokus kamera untuk memperbesar dan memperkecil objek," katanya. Akibatnya, kata Charette, perlu penambahan penelitian untuk mengukur secara langsung data satelit tadi, yakni dengan menggunakan echosound tadi.

Berdasarkan perkiraan Angkatan Laut AS, penelitian dengan alat echosound itu membutuhkan waktu selama 200 tahun, atau dibutuhkan sepuluh kapal selama 20 tahun untuk mengukur seluruh permukaan dasar laut. "Itu membutuhkan dana sekitar US$ 2 juta," kata Smith.

Rini K | Sciencedaily

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya