Astronot Beri Penghargaan "Bebas Gravitasi" Untuk Newton
Reporter
Editor
Jumat, 21 Mei 2010 13:23 WIB
Foto yang disiarkan kantor berita AP hari ini (3/9), memperlihatkan astronot Nicole Stott, sedang melakukan berjalan di lauar angkasa untuk melakukan perawatan Stasiun Luar Angkasa Internasional Foto: AP/NASA
TEMPO Interaktif, Jakarta - Para astronot yang tergabung dalam International Space Station memberikan penghargaan "Bebas Gravitasi" atau "Zero Gravity" untuk ilmuwan termasyur pada abad ke-17, Sir Isaac Newton. Penghargaan ini diberikan karena Newton adalah orang pertama yang mencetuskan konsep grafitasi.
Seorang astronot Inggris, Piers Sellers, yang sedang melayang-layang di stasiun luar angkasa menunjukkan gambar Newton yang sedang melayang-layang dan di sebelahnya ada sebuah potongan kayu yang mengkisahkan buah apel yang jatuh dari pohonnya dan menginspirasi Newton untuk mempelajari grafitasi. "Sir Isaac pasti menyukainya," kata Sellers.
Sellers yang juga sedang menjalani misi Atlantis STS 132 sengaja membawa gambar Newton dan potongan kayu dari pohon apel. Dia dan lima kru lainnya telah menjalani 12 hari berada di luar angkasa. Sellers membuat momentum ini sebagai sebuah tanda mata bagi Royal Society di London, sebuah komunitas ilmuwan tertua di dunia.
Sebelum berangkat ke luar angkasa pada 14 Mei lalu, Sellers menanyakan kepada komunitas tersebut, apa yang dapat dia lakukan untuk kalangan ilmuan. Astronot Inggris itu mengira komunitas akan memberikannya medali atau teleskop. "Tapi mereka memberikan potongan kayu dari pohon apel Newton," ujarnya.
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.