“Saya ingin menyebarkan teori-teori sains dan teknologi yang rumit menjadi mudah dan menarik,” kata Ataka saat ditemui Tempo di Yayasan Tim Olimpiade Fisika Indonesia di Serpong, Banten, Rabu petang.
Di sana, ia tengah menjalani karantina untuk mengikuti olimpiade fisika tingkat dunia di Kroasia pertengahan Juli nanti. April lalu, ia meraih perunggu pada olimpiade tingkat Asia di Taipei, Taiwan.
Dari beberapa kaus yang sengaja dibawanya dari Yogyakarta sebagai cinderamata untuk teman-temannya di TOFI, tampak setumpuk kaus aneka warna dengan gambar para ilmuwan. “Murah kok, cuma Rp 50 ribu,” ujar remaja yang baru lulus dari SMA 3 Yogyakarta itu berpromosi.
Tempo pun mencoba mematut sebuah kaus berwarna putih dengan gambar penemu listrik, Thomas Alva Edison. Gambar kartun Thomas itu disertai kalimat, “Bakat= 1% ilham + 99% kerja keras”. Di bagian punggung tertulis penjelasan lebih lengkap tentang sosok Thomas. “Dia adalah raja penemu, karena sepanjang hidupnya ada seribu dua ratus macam penemuan seperti telepon, listrik, proyektor film dan lain-lain.”
Bisnis kaus yang baru ditekuni bersama sang ayah itu pula yang membuat Ataka tak terlalu berambisi mencari beasiswa kuliah di luar negeri. Ia cukup puas bisa diterima di Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada. “Saya harus memajukan bisnis kaus dulu. Ke luar negeri nanti saja untuk S-2,” ujar remaja kelahiran Banyuwangi, 24 Juli 1992 itu.
Profesor Yohanes Surya, Ketua Yayasan TOFI, mengaku terkesan dengan naluri bisnis Ata. Selain mendapat uang, upaya yang ditempuh Ataka, kata Yohanes, bisa menjadi media pembelajaran ilmu pengetahuan secara lebih menarik, menyenangkan dan fashionable.
Yohanes lebih kagum lagi saat mengetahui Ata ternyata juga sangat berbakat di bidang sastra. Tiga novel telah diterbitkan Ata pada 2005 – 2007, yakni Misteri Pedang Skinhead (2 seri) dan Misteri Pembunuh Penggemar Harry Potter. Ataka juga mengaku suka bermain teater dan keyboard. “Wah, dahsyat itu. Jarang-jarang ada jago fisika berbakat di bidang seni,” kata Yohanes.
SUDRAJAT