TEMPO Interaktif, Washington - Para peneliti di California Institute of Technology (Caltech) membuat sebuah metode pengukuran temperatur tubuh dinosaurus untuk mengetahui apakah binatang purba itu termasuk jenis binatang berdarah panas atau dingin.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya. Pada umumnya, temperatur tubuh binatang itu lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya sehingga sebagian panas tubuh dihilangkan melalui proses radiasi dengan cara berkeringat. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia. Sementara hewan berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya. Jenis hewan berdarah dingin ini misalnya buaya, kadal dan cicak.
Temuan yang telah dipublikasikan dalam Jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) ini berusaha mengetahui jenis darah pada dinosaurus dengan menggunakan analisa isotop pada tulang, gigi dan kulit telur dinosaurus. "Ini tidak seperti termometer pada umumnya di mana kita dapat menjepitkan termometer ke tubuh binatang yang berbadan besar itu," kata penelitia John Eiler, seorang profesor geokimia di California Institute of Technology . "Tapi hasilnya mendekati seperti itu."
Sebelumnya digunakan untuk mengetahui jenis darah dinosaurus, para peneliti menggunakan metode pengukuran suhu tersebut kepada gajah dan ikan hiu. Mereka rencananya akan menggunakan analisa itu untuk meneliti fosil Rhineceros yang diperkirakan berusia 12 juta tahun lalu.
Rini K | AFP
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya