Penjajah Lebih Memperhatikan Keanekaragaman Hayati

Reporter

Editor

Selasa, 25 Mei 2010 13:19 WIB

.

TEMPO Interaktif, BOGOR - Pakar ekologi hutan Dr. Kuswata Kartawinata mengatakan perjalanan ekpedisi yang dilakukan pada awal abad 17 oleh Pemerintah Hindia Belanda menjadi modal literatur untuk menelusuri keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia. “Pemerintah Hindia Belanda sangat concern untuk melakukan ekpedisi dan mencatat penemuan serta mengelompokkan berbagai jeinis keanekaragaman hayati," kata Kuswata hari ini.



Dalam diskusi Boidversitas Internasional 2010 dan Tahun Kunjungan Museum Indonesia, Kuswata menjabarkan ekspedisi penting yang dilakukan Kerajaan Belanda di sejumlah tempat di tanah air. "Ekspedisi itu menghasilkan data yang konprehensif dan dapat dijadikan pijakan untuk penelitian selanjutnya," ujarnya. Salah satu ekspedisi yang dilakukan Belanda, kata dia, misalnya menginfentarisasi jenis flora dan fauna dari berbagai daerah di Indonesia.



Advertising
Advertising

Bukti kongkrit dari ekpedisi yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda, menurut dia, adanya Kebun Raya Bogor serta Kebun Raya Cibodas yang menginfentarisi berbagai jenis hayati. Pemerintah Belanda melakukan ekspedisi untuk menemukan tempat yang ideal bagi tanaman sayur yang biasa di konsumsi oleh masyarakat Belanda. "Setelah melakukan ekpedisi di sejumlah tempat pada tahun 1840, ditetapkan wilayah Gunung Gede Pangrango khususnya di Cibodas serta Cipanas merupakan areal untuk menanam sayuran,” katanya. “Itu masih berlangsung hingga sekarang.”

Kuswata menjelaskan, pada saat itu wilayah Gede Pangrango merupakan surga bagi para peneliti hayati dengan pusat penelitian yang dikonsentrasikan di Cipanas. Namun setelah Indonesia merdeka, justru tidak pernah dilakukan penelitian lagi di kawasan tersebut. "Terakhir penelitian di wilayah itu (Cibodas dan Cipanas) pada tahun 1933, jadi sudah 80 tahun lalu," katanya.

Penelitian di wilayah itu, lanjut Kuswata untuk mengetahui bagaimana perubahan iklim yang mempengaruhi keanekaragaman hayati. "Apakah serangga yang dulu ditemukan di wilayah itu masih ada sekarang? Kondisi itu belum terungkap," ujarnya menyesalkan.


Pada kesempatan yang sama Guru Beasar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Sri Baniati Komar Prajoga menyatakan keprihatinannya karena sedikit sekali penambahan literatur hayati yang dilakukan oleh peneliti tanah air. Oleh karenanya, menurut dia, tidak heran banyak peneliti justeru “lari” ke luar negeri untuk mencari literatur kekayaan hayati yang ada di tanah air. “Sangat disayangkan untuk mengetahui khasanah hayati sendiri, kita harus ke Belanda," katanya.



Diki Sudrajat

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya