Pelajar Pencipta Sel Surya

Reporter

Editor

Jumat, 28 Mei 2010 07:13 WIB

Panel sel surya
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemberitaan tentang krisis energi yang mengancam dunia mengusik Healtha Padmanusa dan Nabila binti Ahmad Anshori. Kedua pelajar berjilbab itu mafhum, teknologi sel surya (solar cell, photovoltaic) merupakan solusi jitu dan gratis karena bersumber dari sinar matahari.

Hanya, selama ini, untuk mengubah energi matahari menjadi energi listrik, sel surya masih menggunakan silikon, yang harganya mahal. Atau menggunakan ruthenium (zat pewarna sintesis), yang tidak ramah lingkungan. "Kami melakukan penelitian, kira-kira zat pewarna dari tumbuhan apa yang bisa digunakan sel surya," kata Healtha.

Berbagai literatur dan informasi via Internet dibuka. Praktek lapangan juga dilaksanakan dengan meneliti berbagai daun, biji-bijian, dan buah-buahan. Setelah hampir putus asa, akhirnya mereka menemukan biji pada tanaman senduduk (Melastoma malabathricum). Biji ini mengandung banyak antosianin (zat warna merah-keunguan), yang bisa menggantikan fungsi silikon.

Untuk memanfaatkan antosianin pada senduduk, terlebih dulu daun ini harus melewati proses ekstraksi. Caranya, biji senduduk ditumbuk, lalu dicampur dengan asam asitat, metanol, dan akuades selama 24 jam.

Untuk memanfaatkan zat warna senduduk pada sel surya, dilakukanlah uji coba dengan menggunakan dua potongan kaca ukuran 3 x 4 sentimeter. Kaca pertama terlebih dulu dilapisi konduktif (TCO) dan titanium dioksida (TIO2). Kaca kedua dilapisi dengan karbon. Selanjutnya, kaca pertama direndam dalam zat warna dari ekstrak senduduk selama 30 menit. Setelah itu, permukaan kaca diolesi elektrolit.

Energi panas matahari (foton) akan mendorong elektron dari zat warna yang sudah terserap pada sel surya. Dengan demikian, terjadi perubahan dari energi matahari menjadi listrik.

Healtha dan Nabila menamakan temuannya dengan "Utilization of Anthocyanint Compound from Senduduk Plant as Sensitizers in Dye Sensitized Solar Cell". "Atau sel surya pewarna yang tersensitasi," kata Nabila.

Kelebihan temuan ini adalah pada pemanfaatan tanaman senduduk. Selama ini senduduk tidak memiliki nilai ekonomis, baik untuk sayuran maupun pakan ternak. Tanamannya juga mudah tumbuh. Berbeda dengan singkong. Meski bisa dijadikan bioetanol, pemanfaatannya bersinggungan dengan nilai ekonomisnya sebagai bahan makanan.

Meski demikian, menurut Healtha, hasil penelitian ini tidak cocok diterapkan untuk rumah tangga, melainkan untuk skala industri. Sebab, alat ini harus terkena sinar matahari langsung. Sedangkan untuk mendapatkan daya listrik yang besar, diperlukan medan kaca yang lebar.

Sebagai gambaran, dari uji coba dengan kaca seukuran 3 x 4 sentimeter, alat ini hanya mampu menghasilkan listrik sebesar 50 milivolt. Agar lebih optimal, energi listrik yang dihasilkan sebaiknya ditampung dalam sebuah alat penyimpan energi. Satu hal lagi, untuk menghasilkan ekstrak zat warna senduduk, dibutuhkan alat pemanas dengan suhu mencapai 450 derajat Celsius.

Hasil kajian kedua pelajar itu dianugerahi medali perak pada forum International Sustainable Energy Engineering and Environment Project Olympic di Houston, Texas, Amerika Serikat, pertengahan April lalu. Penelitian itu mengalahkan peserta dari 70 negara serta 40 negara bagian di Amerika. Selain medali, keduanya berhak atas uang pendidikan sebesar US$ 600.

"Bukan uang dan trofinya, dapat juara, kita sudah sangat senang," kata Healtha sambil nyengir. Meski berhasil menemukan teknologi baru untuk dunia energi, keduanya tak ingin menjadi ahli energi. Healtha ingin menjadi seperti ayahnya sebagai dokter, sedangkan Nabila ingin menjadi ahli farmasi.

Sohirin

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya