Taman Nasional Baluran Identifikasi 39 Jenis Burung Baru
Selasa, 22 Juni 2010 08:51 WIB
TEMPO Interaktif, Situbondo - Taman Nasional Baluran (TNB), Situbondo, Jawa Timur, selama 10 tahun terakhir berhasil mengidentifikasi 39 jenis burung. Dengan demikian total jenis burung yang telah teridentifikasi hingga tahun ini sebanyak 189 jenis.
"Tahun 2000 lalu kita hanya mampu mengidentifikasi 150 jenis," kata Kepala TNB, Indra Arinal, kepada Tempo Selasa (22/6).
Menurut Indra, kegiatan mengindentifikasi jenis burung itu dilakukan di delapan tipe habitat berbeda di kawasan TNB, di antaranya, habitat mangrove, savana, hutan pantai, hutan dataran tinggi, dan rawa.
Petugas Pengendali Ekosistem Hutan, Swiss Winnasis, mengatakan jenis burung yang baru teridentifikasi itu antara lain jenis Cikalang Christmast (Fregata andrewsi), Elang Tiram (Pandion haliaetus), Elang Perut-karat (Hieraaetus kienerii), Elangalap Nipon (Accipiter gularis) dan Cerek Kalung-kecil (Charadrius dubius).
Keanekaragaman jenis burung di TNB, kata Swiss, kemungkinan akan terus bertambah. Sebab selain burung penetap, Baluran menjadi kawasan singgah bagi burung migran dari Asia bagian utara menuju Australia. "Saat ini ada sekitar 15 jenis burung migran yang mampir di Baluran," katanya.
Namun dengan bertambahnya jenis baru, Swiss menyebut ada dua spesies burung yang saat ini sudah hilang. Yakni jenis Takur butok dan Punglor. Sedangkan tiga jenis burung, yaitu Jalak putih, Elang jawa dan Merak hijau, saat ini tergolong langka. Dari pengamatan terakhir, Jalak putih hanya tersisa 7 ekor dan Elang jawa satu ekor.
Menurut Swiss, penyebab hilang dan langkanya spesies burung di TNB karena maraknya perburuan liar. Dalam setahun, paling sedikit ada 3 kasus perburuan dalam jumlah besar.
Kepala TNB Indra Arinal menambahkan, maraknya perburuan tersebut akibat tidak seimbangnya petugas lapangan dengan luasnya kawasan. "Dengan luas wilayah 25 ribu hektare, TNB hanya memiliki 50 petugas," ujarnya.
Namun, kata dia, TNB telah melakukan sejumlah upaya untuk menekan perburuan dengan merazia warga yang masuk ke TNB denga tujuan mencari rumput. "Kebanyakan berasal dari warga desa sekitar," ujarnya.
IKA NINGTYAS