Ilmuwan Achmad Mochtar Rela Mati Demi Selamatkan Stafnya  

Reporter

Editor

Selasa, 3 Agustus 2010 10:51 WIB

Gedung Lembaga Eijkman. TEMPO/Nickmatulhuda
TEMPO Interaktif, London - Ilmuwan Indonesia Achmad Mochtar dipenggal tentara pendudukan Jepang demi menyelamatkan bawahannya dengan menjadi kambing hitam kasus racun vaksin tetanus.

Hal tersebut terungkap dari penelitian seorang akademisi Inggris Kevin Baird dari Oxford University Clinical Research United. Berdasarkan penelitian Baird, ditemukan bahwa Achmad Mochtar tidak hanya menjadi martir untuk negara dan profesinya. Ternyata, Achmad Mochtar juga menyelamatkan nyawa seluruh staf yang bekerja di bawahnya.

Baird- Direktur Oxford University Clinical Research Unite di Jakarta- selama berbulan-bulan menyelidiki pemenggalan Achmad Mochtar yang dilakukan tentara pendudukan Jepang pada 1945.

Saat itu, Achmad Mochtar memimpin Eijkman Institute di Jakarta. Lembaga penelitian medis tersebut dituding meracuni ratusan buruh paksa asal Indonesia yang bekerja untuk Jepang.

Padahal, kematian buruh paksa tersebut merupakan hasil dari eksperimen medis yang dilakukan otoritas militer Jepang. Dari hasil penelitian Baird, ternyata eksperimen itu keliru.

Para buruh paksa diberikan vaksin tetanus yang diujicoba. Vaksin tersebut dibuat para dokter Jepang. Para buruh paksa menjadi kelinci percobaan militer Jepang sebelum vaksin itu diberikan kepada tentara Jepang. Akan tetapi, ternyata vaksin tersebut gagal. Akibatnya, sekitar 900 buruh paksa Indonesia tewas.

Untuk menutupi kasus tersebut, Jepang mengkambinghitamkan Achmad Mochtar dan staf di Eijkman yang kebetulan tengah meneliti vaksin serupa. Achmad Mochtar beserta staf pun ditangkap pada Oktober 1944. Mereka dipukuli, dibakar, dan disetrum. Salah satu dari mereka tewas.

Tentara Jepang akhirnya melepaskan staf lembaga Eijkman kecuali Achmad Mochtar. Achmad Mochtar dipenggal dan tubuhnya dilindas mesin giling. Setelah tewas, jasad Achmad Mochtar dimakamkan di kuburan massal.

Menurut kesimpulan penelitian Baird, Achmad Mochtar bersedia menjadi kambing hitam kasus racun tersebut asalkan seluruh staf dan rekannya dibebaskan.

“Achmad Mochtar bukan hanya seorang pahlawan Indonesia, tetapi juga pahlawan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan,” ujar Baird kepada Observer. “Ia rela meninggalkan semuanya, termasuk seorang istri di rumahnya. Ia mengorbankan jiwanya untuk stafnya, rekan sejawat, serta teman-temannya.”

Kesimpulan penelitian Baird disokong para ilmuwan yang menyelidiki kematian Achmad Mochtar bersama Baird. “Ia meninggal sebagai martir dengan melindungi bawahannya,” ujar Sjamshidajat Ronokusumo dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Butuh 65 tahun untuk membongkar misteri kematian Achmad Mochtar. Baird mendengar cerita eksekusi Achmad Mochtar dari seorang pelajar. Bersama ahli biologi Sangkot Marzuki, Baird lalu mewawancarai para keluarga korban.

GUARDIAN| KODRAT SETIAWAN

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya