TEMPO Interaktif, Jakarta -Bau tanah atau jamur, ditambah dengan bukti visual adanya ganggang biru hijau atau cyanobacteria, adalah peringatan keberadaan racun cyanotoxin yang berbahaya pada danau atau tempat penampungan air. Dalam studi terbaru lembaga survei geologi Amerika Serikat, USGS, tentang ledakan populasi cyanobacteria di sejumlah danau di kawasan Midwest, Amerika Serikat, senyawa bau dan rasa tak enak ditemukan hampir setiap kali toksin tersebut ditemukan. Itu mengindikasikan bau busuk tersebut mungkin berfungsi sebagai sinyal adanya racun berbahaya.
"Banyak orang menganggap bahwa tak ada risiko kesehatan dengan adanya senyawa bau dan rasa tak enak itu," kata Dr Jennifer Graham, ahli limnologi USGS dan peneliti utama studi ini. "Meski senyawa bau dan rasa tak enak itu tidak beracun, senyawa berbau tajam dan kuat ini selalu ditemukan bersama cyanotoxin dalam sampel ganggang. Temuan ini menunjukkan perlunya pemantauan peningkatan cyanotoxin selama ditemukannya senyawa bau tersebut sehingga masyarakat mendapat peringatan dan air dapat diolah dengan efektif."
Cyanotoxin diproduksi oleh beberapa bakteri cyanobacteria. Bakteri cyanobacteria ini umumnya membentuk lapisan film tipis biru-hijau, cokelat, atau merah di permukaan danau atau tempat air. Fenomena ini kerap ditemukan di berbagai wilayah Amerika Serikat selama musim panas, tetapi juga terjadi pada musim lain.
Cyanotoxin beracun bagi manusia, organisme akuatik, binatang peliharaan, hingga ternak. Membuang atau mengolah air yang terkontaminasi membutuhkan biaya dan waktu. "Terpapar toksin itu dapat menyebabkan beragam gejala, termasuk ruam kulit, sakit perut, kejang, bahkan kematian," kata Dr Keith Loftin, insinyur teknik lingkungan dan riset kimia USGS. "Binatang peliharaan dan ternak amat rentan terhadap paparan langsung, tapi manusia juga bisa terpapar selama rekreasi, dengan menyantap makanan terkontaminasi, atau dengan mengkonsumsi air terkontaminasi yang belum diolah dengan tepat."
Dalam melakukan studi itu, tim peneliti mengumpulkan dan menganalisis sampel cyanobacteria dari 23 danau di Iowa, Kansas, Minnesota, dan Missouri untuk mencari 13 toksin serta senyawa bau. Danau dipilih karena kerap terjadi ledakan populasi cyanobacteria.
Microcystins, jenis toksin yang spesifik, adalah satu-satunya cyanotoxin yang kerap dipertimbangkan ketika mengevaluasi risiko yang berasosiasi dengan cyanobacteria dalam perairan di daerah wisata atau suplai air minum. Microcystins ditemukan di seluruh sampel, namun studi ini juga mengindikasikan bahwa toksin lain mungkin jauh lebih sering dijumpai daripada perkiraan.
TJANDRA | SCIENCEDAILY