Sepekan lagi, Matahari Sampai di Atas Indonesia  

Reporter

Editor

Kamis, 16 September 2010 16:22 WIB

AP/The Journal Times, Scott Anderson

TEMPO Interaktif, Bandung - Matahari akan tepat berada di atas garis khatulistiwa pada 23 September mendatang. Posisi itu menandakan dimulainya peralihan musim dari kemarau ke hujan selama tiga bulan dari September hingga November. Masyarakat diminta mewaspadai kemunculan angin puting beliung.

Peneliti hubungan matahari bumi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin mengatakan saat ini matahari mulai bergerak dari utara ke selatan bumi. Saat tepat di atas wilayah Indonesia, dalam kondisi normal suhu akan terasa naik. Temperatur pada September-Oktober mirip seperti Maret-April, dengan rata-rata suhu berkisar 28 derajat dan maksimal 33 derajat Celcius.

“Tapi sekarang karena ada anomali cuaca kemarau basah akibat La Nina dan menghangatnya suhu permukaan laut, kemungkinan suhu di Indonesia tetap normal,” ujarnya, hari ini. Gumpalan awan diperkirakan bakal mengurangi terik yang biasa menyengat di musim kemarau. Menurut Djamaluddin, walau posisi matahari di atas Indonesia tidak berarti jarak sang surya menjadi lebih dekat. Jaraknya tetap, sekitar 150 juta kilometer dari bumi.

Adapun Direktur Observatorium Bosscha, Lembang, Hakim L Malasan mengatakan, posisi matahari juga tidak akan memperpanjang waktu siang atau memperpendek malam. “Siang dan malam tidak berubah,” katanya. Pengaruh matahari hanya berdampak pada musim secara makro, yaitu dari musim panas ke musim dingin.

Bersamaan dengan itu, angin dari utara akan bergerak ke selatan, begitu pula sebaliknya. Akibatnya, ujar Djamaluddin, angin hanya akan berputar-putar di wilayah Indonesia. “Pada peralihan di bulan September, Oktober, November itu angin masih bisa berubah,” katanya. Masa pancaroba tersebut juga bisa memicu kemunculan angin puting beliung di berbagai daerah.

Anggota Dewan Pakar dari Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda Supardiyono Sobirin memperingatkan perubahan cuaca yang cukup cepat hingga ekstrim saat matahari tepat di atas Indonesia. Dari catatannya beberapa tahun terakhir di Bandung misalnya, hujan akan turun disertai butiran es, pohon-pohon bertumbangan karena angin kencang, hingga muncul angin puting beliung. “Setiap tahun begitu, waspada nanti di bulan Oktober, karena matahari tepat di atas Pulau Jawa,” ujarnya.

Djamaluddin mengatakan, kemunculan angin puting beliung sulit diprediksi waktu dan tempatnya. Angin yang digolongkan berskala nol karena kejadiannya berlangsung cepat dan bersifat lokal tersebut, diakui bisa muncul di mana saja. “Daerah yang sebelumnya pernah kena tetap harus waspada,” katanya.

Walau sulit diperkirakan, namun ada kondisi-kondisi tertentu yang bisa memicu kemunculan angin puting beliung. Tingginya tingkat pemanasan suatu daerah dan perubahan tutupan lahan menjadi beberapa penyebab. “Ada kecederungan muncul di wilayah yang lahan hijaunya berkurang,” ujarnya.

Menurut peneliti senior astronomi dan astrofisika tersebut, angin puting beliung terjadi karena perubahan aliran udara yang cepat di angkasa dari kondisi cuaca panas ke dingin. Misalnya terik dari pagi kemudian siangnya mendung atau sorenya turun hujan. “Sambil udara yang menguap membawa uap air, puting beliung juga bisa disertai hujan es,” jelasnya.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya