TEMPO Interaktif, Jakarta - Para peneliti menemukan spesies baru fauna Kala-cemeti yang hanya ada di gua Kalimantan. Dalam Jurnal Taksonomi ZOOTAXA edisi pekan ini, penulis artikel yang juga peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cahyo Rahmadi bersama M. S. Harvey dan J. Kojima, melaporkan ada lima spesies Kala-cemeti di pulau terbesar ketiga di dunia itu. Empat spesies diantaranya merupakan jenis baru dan sebarannya terbatas di Kalimantan.
Empat jenis kala cemeti itu ditemukan di kegelapan gua pedalaman Pegunungan Mueller, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat serta di belantara karst Sangkulirang, Kalimantan Timur. Kala cemeti adalah binatang yang termasuk dalam bangsa Amblypygi dan satu kelas dengan bangsa laba-laba dan kalajengking dalam kelompok besar bernama Arachnida.
Kelompok kala cemeti memiliki tubuh pipih, capit yang dilengkapi dengan duri-duri tajam, empat pasang kaki namun kaki terdepan berubah menjadi seperti antena dan hanya tiga pasang kaki yang digunakan untuk berjalan. Kala cemeti ini mempunyai dua bagian tubuh yaitu kepala-dada (cephalothorax/prosoma) dan abdomen (ophistosoma).
Empat jenis kala cemeti baru yang ditemukan di pegunungan Mueller Kalimantan Tengah yaitu Sarax yayukae. Jenis ini tersebar sampai di gua di Kalimantan Barat dan bahkan sampai di pulau kecil di sebelah utara Kota Kinabalu (Sabah, Malaysia).
Adapun tiga jenis lainnya hanya ditemukan di belantara perbukitan karst di Sangkulirang, Kalimantan Timur. Ketiga jenis baru tersebut merupakan salah satu hasil ekspedisi kerjasama Puslit Biologi LIPI dan The Nature Conservancy (TNC Indonesia) pada 2004 di empat lokasi berbeda di pedalamann perbukitan karst Sangkulirang.
Jenis pertama adalah Sarax Sangkulirangensis. Jenis ini ditemukan di tiga lokasi yang berbeda yaitu di daerah Tabalar, Danau Tebo dan Pengadan. Sarax sangkulirangensis relatif tersebar luas dibandingkan dua jenis lainnya dan tidak mempunyai perubahan morfologi yang teradaptasi dengan kehidupan di dalam gua.
Jenis kedua adalah Sarax Mardua yang hanya ditemukan di Gua Mardua, Pengadan. Jenis ini sangat khas karena mempunyai tubuh pucat dan beberapa alat geraknya lebih panjang dari jenis sebelumnya. Ukuran matanya juga lebih kecil ketimbang Sarax sangkulirangensis.
Jenis ketiga dari karst Sangkulirang adalah Sarax Cavernicola. Nama Cavernicola diambil dari bahasa latin “cavernae” yang berarti gua dan “colo” yang berarti menghuni atau hidup.
Jenis ini merupakan jenis paling unik dari ketiga Kala Cemeti yang ditemuka di Borneo, karena susunan duri pada capit hampir sama panjang ke arah distal. Sarax cavernicola ditemukan di dua daerah yaitu Gua Ambulabung (Baai) dan beberapa gua di daerah Marang.
LIPI|Rini K
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya