Orang Kota Lebih Kebal Penyakit

Reporter

Editor

Selasa, 28 September 2010 16:51 WIB

Sejumlah kendaraan terjebak macet di kawasan Mampang, Jakarta (28/9). Lalulintas di Jakarta kembali padat, karena sebagian besar warga mulai bekerja, setelah libur Lebaran. Foto: TEMPO/Panca Syurkani

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kota-kota yang memiliki peradaban panjang ternyata memiliki warga yang kebal terhadap tuberkolosis, lepra, dan penyakit lainnya. Kesimpulan ini diperoleh dari penelitian yang diterbitkan jurnal Evolution pekan lalu. "Varian genetik pelindung ditemukan pada orang dari Timur tengah hingga India dan sebagian Eropa, di mana kota-kota telah ada selama ribuan tahun," kata Profesor Mark Thomas dari jurusan Genetika, Evolusi, dan Lingkungan di University College London.

Selain University College London, tim peneliti berasal dari Royal Holloway, University of London dan Oxford University. Untuk sampai pada kesimpulan itu, mereka menguji sampel DNA dari 17 populasi manusia yang hidup di Eropa, Asia, dan Afrika. Selain itu, mereka mencari literatur arkeologis dan historis untuk menemukan kota-kota tertua yang ada di daerah-daerah ini.
Memang, di kota kuno, sanitasi yang buruk dan kepadatan penduduk yang tinggi menjadi tempat ideal untuk berkembang biaknya penyakit. Dua penyakit tersebut pernah menjadi epidemi yang menewaskan jutaan penduduk. Seiring dengan perjalanan waktu, terjadi seleksi alam, yakni manusia harus mengembangkan pertahanan terhadap penyakit dalam populasi yang berusia panjang.

Namun relasi itu sulit dipelajari, terutama pada kota-kota di era prasejarah. Uji DNA mampu menguak keterkaitan antara lingkungan kota dan ketahanan tubuh warganya terhadap penyakit. Dr Ian Barnes, dari Sekolah Biologi di Royal Holloway, menjelaskan, metode yang dipakai tim peneliti adalah menggunakan data arkeologis dan historis sebagai alat untuk menjelaskan persebaran dan frekuensi varian genetik, serta menemukan sumber seleksi alam.
Dengan membandingkan laju resistensi penyakit genetik dengan sejarah perkotaan, mereka menunjukkan bahwa paparan masa lalu pada patogen membawa pada resistensi penyakit menular yang menyebar dalam populasi, di mana para leluhur menurunkan kekebalannya kepada keturunannya.

Menurut Mark Thomas, varian pelindung ini ditemukan di hampir semua orang dari Timur Tengah hingga India dan sebagian Eropa--di kota-kota telah ada selama ribuan tahun lalu. "Hal ini tampaknya contoh elegan evolusi yang sedang bekerja. Ia menandai pentingnya aspek terbaru evolusi kita sebagai spesies, perkembangan kota sebagai sebuah gaya seleksi. Ia juga dapat menjelaskan beberapa perbedaan yang kita amati pada pola kekebalan penyakit di dunia," kata Barnes.

Kepadatan populasi, kata Thomas, berperan penting dalam membentuk begitu banyak aspek spesies manusia. Variabel ini jadi faktor vital dalam evolusi kemampuan kompleks dan budaya dari spesies manusia dan membedakannya dengan primata lainnya.

Advertising
Advertising

Faktor ini juga mengendalikan banyak perbedaan genetik yang terlihat sekarang di antara berbagai populasi di dunia. Kondisi saat ini memperlihatkan bagaimana penyakit menular tersebar di masa lalu dan bagaimana manusia berevolusi untuk menghambat penyakit tersebut.

UNTUNG WIDYANTO | the guardian | sciencedaily

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya