Aktivitas Matahari yang Meningkat Diduga Justru Mendinginkan Bumi

Reporter

Editor

Kamis, 7 Oktober 2010 04:31 WIB

AP Photo/Petar Petrov
TEMPO Interaktif, London - Meningkatnya aktivitas matahari diperkirakan justru mendinginkan Bumi. Hal tersebut terungkap dalam sebuah penelitian baru yang bakal memperbarui debat mengenai perubahan iklim.

Penelitian tersebut membalikkan anggapan tradisional mengenai hubungan matahari dan pemanasan global. Penelitian yang memfokuskan pengumpulan data dari 2004 sampai 2007 tersebut menemukan dugaan bahwa anggapan peran manusia dalam membuat temperatur di Bumi meningkat merupakan sesuatu yang terlalu berlebihan.

Saat aktivitas matahari menurun dalam siklus 11 tahun, data dari penelitian terbaru menunjukkan jumlah cahaya dan panas yang mencapai Bumi justru meningkat.

Para ilmuwan memperkirakan kemungkinan ketika siklus tersebut mulai memasuki tahap awal dengan aktivitas matahari yang meningkat, maka akan ada efek pendinginan terhadap permukaan Bumi.

Meski itu bisa menyokong keraguan mengenai penyebab perubahan iklim, para analisis justru menduga ini membuktikan bahwa pemanasan terhadap Bumi merupakan fenomena yang terkait dengan siklus.

Dalam beberapa dekade terakhir, aktivitas matahari secara keseluruhan meningkat dan diperkirakan bakal mendinginkan Bumi. Namun, temperatur global saat ini terus meningkat.

Profesor Joanna Haigh dari Imperial College London mengatakan, "Hasil penelitian ini membalikkan pengetahuan kami selama ini mengenai dampak matahari terhadap iklim. Akan tetapi, itu hanya menunjukkan cuplikan saja mengenai aktivitas matahari. Gejala-gejala yang ditunjukkan selama tiga tahun penelitian kami pun bisa saja sebuah anomali."

"Kami tidak bisa menyimpulkan berdasarkan penemuan kami dalam penelitian yang singkat ini. Kami juga harus melakukan penelitian lanjutan untuk menggali aktivitas matahari dan bentuk-bentuk yang kami temukan dalam jangka waktu panjang," ujarnya.

"Akan tetapi, jika penelitian lanjutan menemukan bentuk-bentuk yang sama untuk periode yang lebih panjang, itu bisa menjadi isyarat bahwa kita terlalu berlebihan menilai peran matahari dalam pemanasan planet ini. Seharusnya kita tidak terlalu membesar-besarkannya," ujarnya.

Ia membantah hasil studinya akan membuat penelitian soal perubahan iklim diragukan.

"Saya rasa itu tidak memberi alasan untuk skeptis mengenai iklim," ujarnya. "Itu bisa dianggap sebagai pertanda bahwa kita tidak tahu banyak mengenai matahari."

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature berdasarkan data dari sebuah satelit bernama SORCE(Solar Radiation and Climate Experiment) yang menakar hasil energi matahari dengan sinar X, ultraviolet.

Direktur Granthan Institute for Climate Change di Imperial College London, Profesor Sir Brian Hoskins, mengatakan, "Kami tahu iklim di Bumi dipengaruhi aktivitas manusia dan kekuatan alam. Dan penelitian hari ini membuat kami semakin paham mengenai bagaimana matahari mempengaruhi iklim bumi."

"Penelitian seperti ini penting untuk membantu kita mendapat gambaran lebih jelas mengenai bagaimana iklim berubah. Dan melalui ini, kita bisa melindungi planet kita dengan lebih baik," tambahnya.

TELEGRAPH| KODRAT SETIAWAN

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya